Kontrol Emosi

Kontrol adalah kemampuan untuk menekan atau untuk mencegah tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605). Menurut Chaplin (dalam Adeonalia, 2002: 36) kontrol diri adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri, kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif.
Kontrol menurut Wallstons (dalam Adeonalia, 2002: 36) adalah keyakinan individu bahwa tindakannya akan mempengaruhi perilakunya dan individu sendiri yang dapat mengontrol perilaku tersebut. Individu dengan kontrol diri yang tinggi akan melihat dirinya mampu mengontrol segala hal yang menyangkut perilakunya, begitu juga sebaliknya apabila kontrol dirinya rendah, maka individu tersebut tidak mampu untuk mengontrol segala hal yang menyangkut dengan perilakunya.
Kontrol merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya. Selain itu, juga kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi.
Calhoun dan Acocella (dalam Ghufron & Risnawita, 2011: 21-22) mendefinisikan kontrol emosi sebagai pengaturan proses-proses fisik, psikologis dan perilaku seseorang. Dengan kata lain serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri. Golgfriend dan Merbaum (dalam  Ghufron & Risnawita, 2011: 22mendefinisikan kontrol emosi sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif. Kontrol diri juga menggambarkan keputusan individu yang melalui pertimbangan kognitif untuk menyatukan perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu seperti yang diinginkan.
Synder dan Gangestad (dalam Ghufron & Risnawita, 2011: 22) mengatakan bahwa konsep mengenai kontrol emosi secara langsung sangat relevan untuk melihat hubungan antara pribadi dengan lingkungan masyarakat dalam mengatur kesan masyarakat yang sesuai dengan isyarat situasional dalam bersikap dan berpendirian yang efektif.
Ketika berinteraksi dengan orang lain, seseorang akan berusaha menampilkan perilaku yang dianggap paling tepat bagi dirinya, yaitu perilaku yang dapat menyelamatkan interaksi-interaksi dari akibat negatif  yang disebabkan karena respon yang dilakukannya. Kontrol emosi diperlukan guna membantu individu dalam mengatasi kemampuannya
Manusia adalah makhluk sosial yang pada umumnya saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam berinteraksi dengan orang lain, individu akan berusaha menampilkan perilaku yang dianggap baik bagi dirinya maupun orang lain. Seringkali, individu kehilangan kontrol dalam berbicara dan berperilaku. Adanya kontrol berguna untuk membantu individu dalam mengatasi berbagai hal buruk yang kemungkinan terjadi. Kontrol berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan emosi atau dorongan-dorongan yang  berasal dari dalam dirinya. Oleh karena itu, kontrol membantu kita agar dapat  berperilaku dengan baik dan tidak menyimpang dari norma yang ada dimasyarakat.
Kontrol merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya.  Selain itu, juga kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dan melakukan sosialisasi kemampuan untuk mengendalikan perilaku, kecenderungan menarik perhatian, keinginan mengubah  perilaku agar sesuai dengan orang lain, menyenangkan orang lain, selalu conform dengan orang lain, dan menutupi perasaannya (M. Nur & Rini. 2010: 22)
Kontrol emosi diartikan sebagai kemampuan menekan atau merintang impuls-impuls atau tingkah laku yang impulsif. (Meirina Ramadhani, 2013: 41) Kontrol secara spesifik berhubungan dengan usaha untuk mengarahkan perilaku, khususnya dalam menahan dorongan/impuls dan melawan gangguan atau godaan yang muncul.
Menurut Berk dalam M. Rizki Nurul Huda (2011: 51) kontrol emosi adalah kemampuan individu untuk menahan keinginan atau dorongan sesaat yang bertentangan dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma sosial.
Messina & messina (2003: 73) menyatakan bahwa kontrol emosi adalah seperangkat tingkah laku yang berfokus pada keberhasilan mengubah diri pribadi, keberhasilan menangkal pengrusakan diri (self-distruction) perasaan mampu pada dirinya, perasaan mampu pada dirinya sendiri, perasaan mampu (autonomy) atau bebas dari pengaruh orang lain, kebebasan menentukan tujuan, kemampuan,  kemampuan untuk memisahkan perasaan dan pikiran rasional, serta perangkat tingkah laku yang berfokus pada tanggung jawab atas diri pribadi.
Sydner dan Gangestad dalam M. Nur & Rini. (2010: 22) mengatakan bahwakonsep mengenai kontrol secara langsung sangat relevan untuk melihat hubungan antara pribadi dengan lingkungan masyarakat dalam mengatur kesan masyarakat yang sesuai dengan isyarat situasional dalam bersikap dan berpendirian yang efektif.
Berdasarkan pengertian-pengertian dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kontrol emosi kemampuan individu untuk mengatur, membimbing, dan mengarahkan perilaku ke arah yang positif dengan melibatkan fungsi fisik dan psikologis agar dapat memberikan kesan yang baik bagi orang. Selain itu, kontrol juga merupakan kemampuan menahan emosi  serta menahan impuls/dorongan agar individu dapat membaca situasi yang ada  dan bertingkah laku sesuai dengan norma sosial yang ada disekitarnya.
1)      Pengertian emosi
Emosi ialah kapasitas untuk mengontrol dan menyesuaikan emosi yang timbul pada tingkat intensitas yang tepat untuk mencapai suatu tujuan. Emosi yang tepat meliputi kemampuan untuk mengatur perasaan, reaksi fisiologis, kognisi yang berhubungan dengan emosi, dan  reaksi yang berhubungan dengan emosi. Shaffer, dalam (Anggraeny, 2014:34).
Menurut M Idrus (2011:97) mengemukakan aspek-aspek kontrol emosi ada tiga jenis yaitu:
a)    Over control, yaitu kontrol yang berlebihan dan menyebabkan seseoran banyak mengontrol dan menahan diri untuk bereaksi terhadap suatu  stimulus
b)   Under control, yaitu kecenderungan untuk melepaskan impuls yang bebas tanpa perhitungan yang masak
c)    Appropriate control, yaitu kontrol yang menungkinkan individu mengendalikan impulsnya secara tepat.
Dari penjabaran aspek-aspek kontrol emosi maka, dapat diambil kesimpulan bahwa jenis kontrol diri yaitu over control, under control, dan appropriate  control.
Sementara itu, Gross (2007:52)) menyatakan bahwa
Emosi ialah strategi yang dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar untuk mempertahankan, memperkuat atau mengurangi satu atau lebih aspek dari respon emosi yaitu pengalaman emosi dan perilaku. Seseorang yang  memiliki regulasi emosi dapat mempertahankan atau meningkatkan emosi  yang dirasakannya baik positif maupun negatif. Selain itu, seseorang juga  dapat mengurangi emosinya baik positif maupun negatif.

Sedangkan menurut Gottman dan Katz (dalam Anggreiny, 2014: 31) Emosi merujuk pada kemampuan untuk menghalangi perilaku tidak tepat akibat kuatnya intensitas emosi positif atau negatif yang dirasakan, dapat menenangkan diri dari pengaruh psikologis yang timbul akibat intensitas yang kuat dari emosi, dapat memusatkan perhatian kembali dan mengorganisir diri sendiri untuk mengatur perilaku yang tepat  untuk mencapai suatu tujuan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka kontrol emosi adalah kemampuan individu untuk dapat mengontrol emosi yang dirasakannya dan respon emosi yang ditampilkan (respon fisiologis, tingkah laku dan nada suara), sehingga  individu tidak akan merasakan emosi yang berlebihan dan menunjukkan respon emosi yang tepat.
Hurlock (dalam Ghufron & Risnawita, 2011: 24) menyebutkan tiga kriteria emosi:
a)    Dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial.
b)   Dapat memahami seberapa banyak kontrol yang dibutuhkan untuk memuaskan kebutuhannya dan sesuai dengan harapan masyarakat.
c)    Dapat menilai situasi secara kritis sebelum meresponnya dan memutuskan cara reaksi terhadap situasi tersebut.
Jadi dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa emosi adalah kemampuan individu untuk memandu, mengarahkan dan mengatur perilakunya dalam menghadapi stimulus sehingga menghasilkan akibat yang diinginkan dan menghindari akibat yang tidak diinginkan. emosi juga dapat diartikan sebagai suatu aktivitas pengendalian tingkah laku. Individu memiliki pertimbangan-pertimbangan ketika berperilaku. Semakin tinggi kontrol emosi seseorang, maka semakin tinggi pengendalian diri individu terhadap tingkah lakunya
Bentukbentuk Emosi
Daniel Goleman (1995) Dalam M. Ali dan M. Asrori (2008:62-63) mengatakan bahwa bentuk emosi pada Guru, diantaranya adalah:
a)      Amarah, di dalamnya meliputi brutal, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, tindak kekerasan, dan kebencian patologis.
b)      Kesedihan, di dalamnya meliputi pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, depresi.
c)      Rasa takut, di dalamnya meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, perasaan takut sekali, sedih, waspada, tidak tenang, ngeri, kecut, panik, dan pobia.
d)      Kenikmatan, di dalamnya meliputi kebahagiaan, gembira, ringan puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub terpesona, puas, rasa terpenuhi, girang, senang sekali, dan mania.
e)      Cinta, di dalamnya meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih sayang.
f)       Terkejut, di dalamnya meliputi terkesiap, takjub, terpana.
g)      Jengkel, di dalamnya meliputi hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, dan mau muntah.
h)      Malu, di dalamnya meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, hina, aib, dan hati hancur lebur.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk emosi adalah amarah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, dan malu
Sedangkan Gross (2006:5-6) menjelaskan tentang implikasi  dari  emosi yaitu (1) emosi muncul ketika seseorang menghadapi situasi dan menganggapnya sebagai suatu hal yang berkaitan dengan tujuan hidupnya; (2) emosi merupakan berbagai macam segi atau fenomena yang melibatkan seluruh bagian tubuh sehingga mampu mengubah ranah pengalaman pribadi, perilaku serta susunan fisiologi syaraf pusat maupun tepi; dan (3) perubahan multi-sistem yang berkaitan dengan emosi, jarang.

Ada beberapa cara yang dapat diterapkan oleh guru dalam menerapkan konsep pembelajaran yang menyisipkan control emosi, yaitu:
a.       Mengembangkan empati dan kepedulian: pengajar mengajarkan siswanya untukmenolong orang, bersedia berbagi dengan temannya, meminjamkan peralatan tulis kepada teman yang tidak membawa.
b.      Mengajarkan kejujuran dan integritas: disetiap pelajaran yang diajarkan pengajar juga menyisipkan nasehat-nasehat tentang nilai-nilai positif, pengajar memberikan kepercayaan kepada sisiwa untuk berperilaku jujur dan integritas ketika pengajar meminta siswa untuk menilai hasil ulangan.
c.       Menghargai privasi anak didik: pengajar berusaha untuk tidak membeberkan hal buruk tentang anak didiknya di depan umum yang akan membuat anak didik itu merasa malu dan minder.
Mengajarkan memecahkan masalah: pengajar memberikan pelajaran mengenai cara berpikir sistematis agar dapat menyelesaikan persoalan dengan baik.
Impian sebagaimana yang dinyatakan oleh Robert S. Feldman  merupakan sebuah hal yang didambakan oleh manusia secara tidak sadar atas pengaruh dari berbagai hal untuk menjadi kenyataan. Sebagai seorang manusia, adalah merupakan suatu hal yang paling alami mempunyai impian atau pekerjaan yang ingin ia lakukan “suatu hari kelak‟ walau masih kecil. Bagi seorang yang mempunyai cita-cita namun terhalang oleh beberapa faktor dan terpaksa merubah arah tujuan hidupnya. Karena tidak mencapai keinginannya ia merasa depresi. Sedangkan ada juga yang mampu mencapai cita-citanya namun atas faktor-faktor yang kurang mendukung maka bisa saja memberi efek negatif sehingga merasa terbebankan oleh halangan dan akan mengalami depresi
Bentuk-Bentuk Emosi
Adapun menurut Daniel Goleman “2009” menggolongkan bentuk emosi sebagai berikut:
  • Amarah : beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, tersinggung, bermusuhan dna paling hebat ialah tindakan kekerasan dan kebencian patologis.
  • Kesedihan : pedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, kesedihan, ditolak dan depresi berat.
  • Rasa takut : tekut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak senang, ngeri, takut sekali, fobia dan panic.
  • Kenikmatan : bahagia, gembira, puas, terhibur, bangga, takjub, terpesona, senang sekali dan manis.
  • Cinta : persahabatan, penerimaan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat dan kasmaran.
  • Terkejut : terpana dan takjub.
  • Jengkel : hina, jijik, muak, benci.
  • Malu : rasa bersalah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib dan hati hancur lebur.
Emosi Positif Dan Emosi Negatif
Berikut ini penjelasan mengenai Emosi Positif Dan Emosi Negatif yaitu:
Emosi Positif
Misalnya bahagia, senang, ceria, damai, rasa syukur. Emosi positif mengexpresikan sebuah evaluasi atau perasaan menguntungkan.
Emosi Negatif
Misalnya sedih, menangis, marah, kecewa, benci, dll. Emosi negatif mengexpresikan sebuah evaluasi atau perasaan merugikan.
Suatu contoh ada seorang remaja cewek usia 18 tahun. Dia punya seorang teman cowok yang memiliki hubungan dekat lebih dari sekedar teman, sebut saja mereka pacaran. Dia sudah lama menjalin hubungan ini “pacaran sudah sejak kelas 3 SMP”. Hari berganti bulan, bulan berganti tahun, hingga tak terasa hubungan mereka berjalan selama kurang lebih 3 tahun. Hubungan yang sudah terjalin begitu lama, entah ada masalah apa, akhirnya mereka putus.
Bagaimanakah emosi yang muncul ketika kalian mengalami kejadian tersebut? Pastinya akan muncul rasa marah, kecewa, benci dll. Inilah contoh emosi yang timbul karena ada stimulus. Namun dari peristiwa diatas sebenarnya anda juga bisa memunculkan emosi positif. Tapi kebanyakan orang, akan cenderung melihat peristiwa tersebut melihat dari sudut pandang negatif, sehingga emosi yang muncul juga negatif.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelas XI Bab 2 Hidup Nyaman dengan Perilaku Jujur

Tari Lenggang Patah Sembilan: Tari Klasik Kesultanan Serdang di Sumatra Utara

Metode dan Teknik Pembelajaran diposkan oleh Sapri