Postingan

Fase E. Akhlak

Riya dan Penanggulangannya Ingin terlihat baik, rajin, sempurna, dan saleh di hadapan umum merupakan tabi’at dasar manusia. Tabi’at dasar ini sangat sulit dilepaskan dalam diri manusia. Terlebih lagi, tidak ada manusia di dunia ini yang tidak ingin dipuji oleh orang sekitarnya. Bahkan untuk mendapatkan pujian itu, pencitraan diri sendiri pun dilakukan. Misalnya, pura-pura baik, dermawan, rajin, saleh ketika ada orang, diliput wartawan, atau pemotretan. Dalam kamus Islam, prilaku semacam ini disebut riya. Riya berati mengerjakan perbuatan lantaran mengharap pujian dan sanjungan orang lain, bukan didasarkan keikhlasan. Sifat ini tentu tidak lah elok dan bertentangan dengan doktrin Islam yang mengajarkan keikhlasan. Apalagi jika riya itu terbawa dalam urusan ibadah. Amalan yang dilakukan tidak akan ada nilainya di mata Allah SWT jika dikerjakan atas dasar ingin memperoleh pujian dan sanjungan manusia. Menurut Izzuddin bin Abdus Salam, ketika riya menghantui orang yang mau atau tengah beri

Koneksi Antar Materi Modul 2.3.A.9 Coaching

 Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara sangatlah relevan dengan dunia Pendidikan saat ini. Pemikiran-pemikirannya menjadi acuan dan dasar pemerintah dalam memajukan pendidikan di indonesia.  Menurut beliau bahwa pendidikan adalah proses menuntun tumbuh kembangnya anak sesuai dengan kodrat dan iradat yang dimilikinya agar anak tersebut memperoleh kebahagaian dan keselamatan baik sebagai individu maupun bagian dari masyarakat.  Untuk itu, salah satu proses menuntun tersebut dapat dilakukan dengan cara coaching. Dalam coaching guru berperan sebagai coach yang dapat menuntun murid sebagai coachee dengan mengajukan pertanyaan untuk menggali segala potensi dan kemampuan yang dimiliki murid dengan tujuan menuntun dan mengarahkan untuk mencari solusi. Guru sebagai coach sangat berperan penting dalam menciptakan kenyamanan bagi murid melalui keterampilan berkomunikasi dengan baik sehingga timbullah rasa empati, saling menghormati dan saling menghargai antara guru dan murid.  Dengan kemampuan d

1.4.a.10.1 Aksi Nyata - Budaya Positif

  Aksi Nyata - Budaya Positif Latar Belakang Berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara, tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat, yang ada pada anak, agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.  Oleh sebab itu, pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak). Dilandasi oleh budaya positif yang sesuai dengan pengertiannya yaitu kebiasaan baik yang harus dilakukan secara terus-menerus agar menjadi karakter. Penerapan budaya positif dapat diwujudkan dengan membuat kesepakatan kelas, untuk menumbuhkan disiplin positif melalui pembiasaan karakter, murid dapat bertanggung jawab atas pilihan mereka, tindakan guru yang tepat yaitu dengan bertanya dan membuat kesepakatan agar mendorong motivasi intrinsik. Oleh karena itu, sebagai calon guru penggerak dilakukan aksi nyata mela

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MEDIA VIDEO DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR MASA PANDEMI DI KELAS XI IPA3 SMA NEGERI 7 PONTIANAK

  EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MEDIA VIDEO DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR MASA PANDEMI DI KELAS XI IPA3   SMA NEGERI 7 PONTIANAK   Sapri SMA Negeri 7 Pontianak e-mail. sapri.ahmad2@gmail.com/sapri47@guru.sma.belajar.id   Abstrak Tujuan penelitian dengan menggunakan Media Video dalam proses mengajar di masa pandemi adalah untuk mengetahui keberhasilan kegiatan belajar dan hasil penilaian di masa Pandemi dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu siklus I dan Siklus II data yang diambil dalam penelitian berupa hasil observasi belajar siswa, yang dilakukan dengan bertahap-tahap mengalami peningkatan yang signifikan daripada siklus I pertemuan 1 , 2 dan 3 . Sedangkan pada penerapan siklus II pertemuan keempat rata-rata hasil belajar siswa terdapat 90% yang memperolah nilai yang tuntas sesuai KKM yang ada . Meningkatnya efektivitas siswa dalam proses pembelajaran juga berdampak pada meningkatnya pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan. Hal ini dapat