contoh RPP PAI kurikulum 2013


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )


Sekolah : SMA Muhammadiyah 1 Pontianak
Mata Pelajaran : Al-Qur’an
Kelas/Semester : X/Ganjil
Materi Pokok : Ayat al-Qur’an tentang manusia dan tugas-nya sebagai khalifah di bumi.
Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit


A. Kompotensi Inti
1. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang manusia dan tugas-nya sebagai khalifah di bumi.

B. Kompetensi Dasar
1. Membaca QS Al Baqarah : 30, Al - Mukminun: 12-14, Az -Zariyat: 56 dan An Nahl : 78
2. Menyebutkan arti QS Al Baqarah: 30, Al-Mukminun: 12-14, Az-Zariyat: 56 dan An Nahl: 78.
3. Menampilkan perilaku sebagai khalifah di bumi seperti terkandung dalam QS Al Baqarah: 30, Al-Mukminun: 12-14, Az-Zariyat: 56 dan An Nahl; 78

C. Tujuan Pembelajaran
Siswa diharapkan mampu untuk :
1. Membaca dengan fasih Q.S Al-Baqarah; 30, Q.S. Al-Mukminun: 12-14, Q.S. Az-Zariyat : 56, dan An-Nahl: 78
2. Mengidentifikasi tajwid Q.S Al-Baqarah; 30, Q.S. Al-Mukminun: 12-14, Q.S. Az-Zariyat: 56, dan An-Nahl: 78
3. Mengartikan masing-masing kata yang terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah: 30, Al Mukminun; 12-14, Az-Zariyat; 56. dan An Nahl: 78
4. Mengartikan ayat Q.S. Al-Baqarah: 30, Al Mukminun; 12-14, Az-Zariyat; 56. dan An Nahl: 78
5. Mendiskusikan arti dan kandungan Q.S. Al-Baqarah: 30, Al Mukminun; 12-14, Az-Zariyat; 56. dan An Nahl: 78
6. Mengidentifikasi perilaku Khalifah di bumi yang terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah;30, Al Mukminun;12-14, Az Zariyat;56, dan An Nahl;78
7. Mempraktikkan perilaku sebagai khalifah di bumi sesuai QS Al-Baqarah;30, Al Mukminun;12-14, Az Zariyat;56, dan An Nahl;78
8. Menunjukkan perilaku khalifah dalam kehidupan.





D. Materi Pembelajaran
Manusia Dan Tugasnya Sebagai Kholifah Di Bumi”

1. PERANAN MANUSIA SEBAGAI KHOLIFAH

Bacalah ayat-ayat dibawah ini dengan tartil perhatikan tajwid dan kefasihanmu lakukan selama 5 - 10 menit sebelum memulai pelajaran agama Islam.

a. Surat Al-Baqarah 30 tentang peranan manusia sebagai kholifah.

Bacaan surat Al Baqarah ayat 30 :


Artinya : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seseorang khalifah di muka bumi” mereka berkata : “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau? Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui”. (Al Baqarah ayat 30).

Kedudukan manusia di dunia adalah sebagai khalifah Allah dan hamba Allah di bumi yang mempunyai peranan :
• Manusia berkewajiban untuk memakmurkan bumi dan menjaganya dari hal-hal yang dapat merusak kehidupan di bumi
• Manusia berkewajiban untuk memajukan kehidupan di dunia dengan cara-cara ang tidak bertentangan dengan ketentuan Allah
• Sabagai hamba Allah manusia bekwajiban untuk menyembah dan mengabdi kepada Allah dengan melaksanakan segala perintah dan menjahui segala larangannya
Perbedaan manusia dan malaikat . Allah menciptakan manusia dan malaikat
dengan peran dan fungsi masing-masing ;
• Malaikat tidak pernah melakukan pelanggaran terhadap aturan Allah SWT,mereka selalu taat,tunduk dan patuh terhadap semua perintah Allah dan selalu mengabdi kepada NYA. Sedangkan manusia akan selalu berbuat kerusakan dibumi dan saling membunuh satu dengan yang lain.
• Malaikat tidak pernah melakukan kema’siatan sebab mereka tidak memiliki nafsu sedangkan manusia memiliki nafsu yang memiliki dampak positif dan negatif

Fungsi manusia sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah Allah di bumi pernah diragukan oleh para malaikat. Namun Allah menampik keraguan para malaikat tersebut melalui firman-Nya "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".

b. Surat Al-Mukminun ayat 12 - 14 tentang proses kejadian manusia.

Bacalah ayat-ayat dibawah ini dengan tartil perhatikan tajwid dan kefasihanmu lakukan selama 5 - 10 menit sebelum memulai pelajaran agama Islam.

Bacaan surat Al-Mukminun ayat 12 - 14 :











Artinya : “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.

Kejadian manusia dari awal penciptaannya melalui berapa tahapan sebagai berikut :

1. : sari pati tanah.


2. : sperma. (air mani ) yang disimpan dalam rahim ibu

3. : segumpal darah.

4. : segumpal daging

5. ; tulang belulang.

6. : tulang belulang yang dibungkus dengan daging.


7. : mahluk yang lain ( berbentuk manusia sempurna )

Allah menjelaskan tentang proses kejadian manusia yaitu berasal dari saripati tanah kemudian menjadi air mani, lalu berkembang menjadi segumpal darah kemudian menjadi segumpal daging, kemudian tulang belulang yang dibalut dengan daging, maka terciptalah manusia yang sempurna atas kekuasaan Allah swt.

 Saksikan tayangan CD Penciptaan Manusia oleh : Prof. Dr. Harun Yahya.

c. Surat Al-Dzariyah ayat 56 tentang tugas manusia

Bacalah ayat-ayat dibawah ini dengan tartil perhatikan tajwid dan kefasihanmu lakukan selama 5 - 10 menit sebelum memulai pelajaran agama Islam.

Bacaan Surat Al Dzariyat ayat 56 :


Artinya : Dan Aku tidak menciptaka jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu (Q.S. Al Dzariyat : 56)
Dengan tegas Allah menyatakan bahwa tujuan Allah menciptakan jin dan manusaia supaya menyembah kepada-Nya. Menyembah dalam arti menjadikan manusia itu sendiri sebagai abdi / hamba Allah yang selalu siap menerima perintah Allah, dan siap menginggalkan larangan-larangan Allah. Yaitu dengan menjalankan ibadah baik ibadah mahdloh ( yang berhubungan langsung kepada Allah ) seperti mengerjakan sholat, puasa dll, maupun ibadah ghoiru mahdloh ( ibadah yang tidak langsung kepada Allah ) seperti : membantu sesama manusia, mencari ilmu, dll
Selain itu manusia berkwajiban mengelola dan memelihara alam agar kelestariannya tetap terjaga.


d. Surat An Nahl 78 tentang kewajiban manusia untuk bersyukur

Bacalah ayat-ayat dibawah ini dengan tartil perhatikan tajwid dan kefasihanmu lakukan selama 5 - 10 menit sebelum memulai pelajaran agama Islam.


Bacaan Surat An Nahl 78:



Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.

Allah swt. Menjelaskan bahwa setiap manusialahir dari perut ibunya dalam keadaan tidak berilmu, dan Allah memberinya karunia yang tidak ternilai berupa pendengaran pengelihatan akal dan kalbu, maka manusia wajib bersyukur kepada Allah swt. Atas segala karuniaNya itu.


D. RANGKUMAN MATERI

1. Surah Al Baqarah ayat 30 menjelaskan tentang rencana Allah swt. Akan menciptakan Adam ( manusia ) sebagai kholifah di bumi. Kekhawatiran para malaikat bahwa manusia itu nantinya akan berbuat kerusakan dan saling membunuh antar sesamanya. Kekhawatiran para malaikat itu hilang setelah ada penjelasan dari Allah swt.
2. Surah Al Mu’minun ayat 12 – 14 menungkapan dua hal. Pertama manusia merupakan mahluk ciptaannya yang asal kejadiannya dari saripati tanah. Kedua informasi dari Allah swt. Tentang proses kejadian manusia ketika masih berada dalam kandungan.
3. Surah Adz Dzariyat ayat 56, mengungkapkan bahwa maksud dan tujuan Allah swt menciptakan jin dan manusia adalah agar jin dan manusia itu beribadah keadaNya, dengan jalan melaksanakan semua perintah dan menjahui segala laranganNya.
4. Surah An Nahl ayat 78, menjelaskan bahwa Allah swt. Telah mengeluarkan manusia dari perut ibunya dan memberinya karunia yang tidak ternilai, berupa pendengaran,penglihatan, akal dan kalbu. Manusia harus bersyukur kepada Allah swt atas segala karuniaNya itu.

E. Metode Pembelajaran
1. Ceramah, tanya jawab dan Praktek

F. Media, Alat dan Sumber Pelajaran
1. Media : Film
2. Alat : LCD Proyektor
3. Sumber Pembelajaran :
3.1 Al Quran dan terjemahan Departemen Agama RI
3.2 Buku pelajaran PAI SMA kelas I

G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
a. Kegiatan Awal
1. Guru-Siswa memberi salam dan memulai pelajaran dengan mengucapkan basmalah dan kemudian berdoá bersama sebelum memulai pelajaran.
2. Siswa menyiapkan kitab suci Al Qurán
3. Secara bersama membaca Al Qurán selama 5 – 10 menit
4. Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan diajarkan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai.



b. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan intiUntuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi pembelajaran Q.S Al-Baqarah; 30, Q.S. Al-Mukminun: 12-14, Q.S. Az-Zariyat : 56, dan An-Nahl: 78,
5. guru mengawali dengan mengajukan beberapa pertanyaan, contohnya:
6. Pernahkah kalian mendengar orang lain membaca surat tersebut diatas?
7. Pernahkah kalian membaca surat tersebut diatas ?
8. Siapakah diantara kalian yang sudah hafal surat Q.S Al-Baqarah; 30, Q.S. Al-Mukminun: 12-14, Q.S. Az-Zariyat : 56, dan An-Nahl: 78 ?
9. Guru menunjuk seorang siswa yang sudah fasih membaca surat Q.S Al-Baqarah; 30, Q.S. Al-Mukminun: 12-14, Q.S. Az-Zariyat : 56, dan An-Nahl: 78, untuk memimpin teman-temannya membaca bersama-sama di bawah bimbingan guru 2 sampai dengan 3 kali.
10. Setelah para siswa selesai membaca secara klasikal, guru menunjuk beberapa siswa untuk membaca surat Q.S Al-Baqarah; 30, yaitu sebagai berikut:
                     •         
11. Setelah para siswa selesai membaca secara klasikal, guru menunjuk beberapa siswa untuk membaca surat Q.S. Al-Mukminun: 12-14, yaitu sebagai berikut.
             •                        

12. Setelah para siswa selesai membaca secara klasikal, guru menunjuk beberapa siswa untuk membaca surat Q.S. Az-Zariyat : 56, yaitu sebagai berikut:
      

13. Setelah para siswa selesai membaca secara klasikal, guru menunjuk beberapa siswa untuk membaca surat An-Nahl: 78, yaitu sebagai berikut:
    •            
14. Guru meminta beberapa siswa untuk menjelaskan hukum bacaan yang terdapat dalam Q.S Al-Baqarah; 30, Q.S. Al-Mukminun: 12-14, Q.S. Az-Zariyat : 56, dan An-Nahl: 78
15. Selanjutnya siswa membaca arti Q.S Al-Baqarah; 30, Q.S. Al-Mukminun: 12-14, Q.S. Az-Zariyat : 56, dan An-Nahl: 78 dengan berpedoman kepada Al Qur’an dan terjemahannya atau sumber bacaan lainnya dengan pengamatan dari guru.
16. Selanjutnya, guru mengajukan beberapa pertanyaan tentang arti Q.S Al-Baqarah; 30, Q.S. Al-Mukminun: 12-14, Q.S. Az-Zariyat : 56, dan An-Nahl: 78 kepada siswa.
17. Setelah mengartikan ayat demi ayat, guru meminta siswa agar menyalin Q.S Al-Baqarah; 30, Q.S. Al-Mukminun: 12-14, Q.S. Az-Zariyat : 56, dan An-Nahl: 78 berikut artinya dengan benar.
18. Setelah selesai menyalin Q.S Al-Baqarah; 30, Q.S. Al-Mukminun: 12-14, Q.S. Az-Zariyat : 56, dan An-Nahl: 78 berikut artinya, guru menjelas hukum bacaan (tajwid) yang terdapat pada ayat tersebut. Sebagai contoh:

Bacaan Hukum Bacaan Cara Membacanya
Nun mati( نْ ) bertemu dengan huruf “ta” ( ت )
Hukum bacaanya adalah “ Ikhfa ”
Nun mati( نْ ) pada kalimat مِـنْ تُـرَابٍ " " dibaca dengan dengung
Nun mati( نْ ) bertemu dengan huruf “nun” ( ن )
Hukum bacaanya adalah “Idgham bighunnah”
Nun mati( نْ ) pada kalimat مِـنْ نُـطْـفَـةٍ " " dibaca dengan dengung


Nun mati( نْ ) bertemu dengan huruf “ ‘ain” ( ع )
Hukum bacaanya adalah “ Izhar ”
Nun mati( نْ ) pada kalimat مِـنْ عَـلَـقَـةٍ " " dibaca dengan jelas

19. Guru menjelaskan kepada siswa akan hikmah yang terkandung dalam Q.S Al-Baqarah; 30, Q.S. Al-Mukminun: 12-14, Q.S. Az-Zariyat : 56, dan An-Nahl: 78.
20. Guru menugaskan kepada siswa untuk mendiskusikan tentang proses awal kejadian manusia sebagaimana yang terkandung dalam isi Q.S Al-Baqarah; 30, Q.S. Al-Mukminun: 12-14, Q.S. Az-Zariyat : 56, dan An-Nahl: 78 secara berkelompok.
21. Selanjutnya guru menugaskan kepada siswa untuk berdiskusi tentang hukum bacaan (tajwid) yang terdapat pada Q.S Al-Baqarah; 30, Q.S. Al-Mukminun: 12-14, Q.S. Az-Zariyat : 56, dan An-Nahl: 78 secara berkelompok.
22. Siswa diminta untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok.
23. Dalam Q.S Al-Baqarah; 30, Q.S. Al-Mukminun: 12-14, Q.S. Az-Zariyat : 56, dan An-Nahl: 78 banyak mengandung nilai-nilai sikap dan perilaku yang utama, seperti penciptaan manusia dan penguasaannya di bumi, perkembangan kejadian manusia dan kehidupannya di akhirat, serta tugas jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada Alloh SWT. Jika direnungkan, betapa tingginya derajat orang-orang yang beriman karena memiliki suatu amanah sebagai kholifah dimuka bumi ini.
24. Menjawab Soal

I. Tes Tertulis
No. Butir – butir Soal Kunci Jawaban
1. Bacalah penggalan ayat yang mengandung arti bahwa Allah Swt tidak menciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk menyembah-Nya وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ

2. لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ Arti penggalan ayat tersebut adalah........
Agar kamu menjadi orang-orang yang bersukur
3. Hukum bacaan “nun mati” bertemu dengan “nun” adalah…….
Idgham Bighunnah

II. Tes Perbuatan
No. Nama Siswa Kemampuan Membaca
1 2 3 4 5
1. 1 Usman
2. 2 Said
3. 3 Sutejo Ade
Dst Dst..........................

Keterangan : Skor Tes Perbuatan :
1. = Membaca lancar dan baik = 80 – 90 = A
2. = Membaca lancar kurang baik = 70 – 79 = B
3. = Membaca Terbata-bata = 60 – 69 = C
4. = Membaca Terbata-bata dengan bantuan guru = 50 – 59 = D
5. = Tidak dapat membaca = kurang dari 50 = E

III. Tes Sikap
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Tujuan Kita diciptakan oleh Allah SWT adalah ditugaskan sebagai Kholifah.
2. Membaca Al Qur’an banyak mengandung nilai ibadah.
3. Sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah dapat kita lalukan dengan mengucapkan hamdalah اَلْحَمْـدُِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْــنَ "“ setiap kali kita memperoleh nikmat serta menjalankan perintah Nya dan menjauhi larangan Nya.

Dst ……………………………………………….
Keterangan : Skor Tes Sikap:
SS = Sangat Setuju = 50
S = Setuju = 40
TS = Tidak Setuju = 10
STS = Sangat Tidak Setuju = 0

c. Kegiatan Akhir (Penutup)
25. Guru meminta agar para siswa sekali lagi membaca Q.S Al-Baqarah; 30, Q.S. Al-Mukminun: 12-14, Q.S. Az-Zariyat : 56, dan An-Nahl: 78 sebagai penutup materi pembelajaran.
26. Guru meminta agar para siswa rajin mempelajari arti dan hikmah isi kandungan Q.S Al-Baqarah; 30, Q.S. Al-Mukminun: 12-14, Q.S. Az-Zariyat : 56, dan An-Nahl: 78.
27. Guru menutup / mengakhiri pelajaran tersebut dengan membaca hamdalah/doá.
28. Guru mengucapkan salam kepada para siswa sebelum keluar kelas dan siswa menjawab salam.



Mengetahui
Kepala Sekolah




Iswaldi, S.Pd
NBM. 914815 Pontianak, Juli 2013
Guru Bidang Studi




Sapri, S.Pd.I
NBM. 1115138

























RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )


Sekolah : SMA Muhammadiyah 1 Pontianak
Mata Pelajaran : Al-Qur’an
Kelas/Semester : X/Ganjil
Materi Pokok : Ayat-ayat Al-Quran tentang keikhlasan dalam beribadah.
Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit

A. Kompotensi Inti
1. Memahami ayat-ayat Al-Quran tentang keikhlasan dalam beribadah.

B. Kompetensi Dasar
1. Membaca QS Al An’am: 162-163 dan Al-Bayyinah: 5
2. Menyebutkan arti QS Al An’am: 162-163 dan Al-Bayyinah: 5
3. Menampilkan perilaku ikhlas dalam beribadah seperti ter-kandung dalam QS Al An’am: 162-163 dan Al-Bayyinah : 5

C. Tujuan Pembelajaran
Siswa diharapkan mampu untuk :
1. Mampu membaca Q.S Al-An’am: 162-163 dengan baik dan benar
2. Mampu membaca Q.S Al-Bayyinah: 5 dengan baik dan benar
3. Mampu mengidentifikasi tajwid Q.S Al-An’am: 162-163
4. Mampu mengidentifikasi tajwid Q.S Al Bayyinah: 5
5. Mampu mengartikan masing-masing kata yang terdapat dalam Q.S Al-An’am: 162-163
6. Mampu mengartikan masing-masing kata yang terdapat dalam Q.S Al- Bayyinah : 5
7. Mampu mengartikan ayat Q.S Al - An’am: 162-163
8. Mampu mengartikan ayat Q.S Al - Bayyinah : 5
9. Mampu mengidentifikasi perilaku ikhlas dalam beribadah sesuai dengan Q.S Al-An’am: 162-163
10. Mampu mempraktikkan perilaku ikhlas dalam beribadah sesuai dengan Q.S Al - An’am: 162-163
11. Mampu menerapkan perilaku ikhlas dalam beribadah sesuai dengan Q.S Al-An’am: 162 - 163
12. Mampu mengidentifikasi perilaku ikhlas dalam beribadah sesuai dengan Q.S Al- Bayyinah : 5
13. Mampu mempraktikkan perilaku ikhlas dalam beribadah sesuai dengan Q.S Al-Bayyinah: 5
14. Mampu menerapkan perilaku ikhlas dalam beribadah sesuai dengtan Q.S Al-Bayyinah : 5




D. Materi Pembelajaran

“KEIKHLASAN DALAM BERIBADAH”

Bacalah ayat-ayat dibawah ini dengan tartil perhatikan tajwid dan kefasihanmu lakukan selama 5 - 10 menit sebelum memulai pelajaran agama islam.

a. Surat Al-An’am 162 - 163 tentang keikhlasan dalam beribadah.

Bacaan surat Al An’am 162 -163 :

Artinya : ”Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)."

Penyerahan diri kepada Allah sesuai dengan Surat Al An’am 162 – 163 merupakan komitmen manusia dengan Allah swt, yang merupakan pernyataan sikap baik hidup maupun mati semata-mata hanya mencari keridloan Allah, dan sepenuhnya harus berserah diri kepadaNya. Menyerahkan hidup dan mati kepada Allah swt, Selama hayat dikandung badan ia akan menghambakan diri kepada Allah swt, dengan jalan mentaati segala perntahnya dan menjahui larangannya.
Larangan menyekutukan Allah , misalnya mempercayai benda-benda pusakan sebagai penolak segala musibah, atau memberi kekuatan bagi pemiliknya, mempercayai ramalan bintang, menyembah berhala, mempercayai dukun yang bias merubah nasib manusia dll. Perbuatan syirik itu merupakan dosa besar yang paling berat sehingga pelakunya tidak akan memperoleh ampunan dari Allah swt.
( Lihat QS AN nisa’ ayat 48, dan AL Maidah ayat 72 )

Allah swt. Memerintahkan agar setiap muslim muslimah berkeyakinan bahwa sholatnya, ibadahnya hidup dan matinya semata-mata hanya untuk Allah swt. Tuhan pencipta alam semesta, Yang Maha Esa, Yang tidak ada sekutu baginya.Setiap muslim hendaknya berserah diri kepada Allah swt. Dengan dilandasi niat ikhlas.

a. Surat Al-Bayyinah ayat 5 tentang keikhlasan dalam beribadah.

Bacalah ayat-ayat dibawah ini dengan tartil perhatikan tajwid dan kefasihanmu lakukan selama 5 menit .

Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Q.S. Al- Bayyinah:5).

Perintah untuk beribadah kepada Allah dengan ikhlas dan mentaati agama Allah dengan lurus, yaitu tidak bercampur dengan riya’ bid’ah dan syirik. Jika kalian melakukan ibadah seperti sholat puasa, zakat, membaca Al Qur’an, dll hanya karena Allah maka berarti kalian ikhlas , namun sebaliknya jika melakukan sesuatu dengan mengharap pujian berarti kalian riya’ dan amal akan sia-sia . Begitu juga jika dalam melakukan ibadah tujuan pikiran dan konsentrasi bukan karena Allah berarti anda telah berbuat syirik.
Niat ikhlas hanya karena Allah, niat adalah dorongan yang tumbuh dalam hati manusia untuk melaksanakan alam perbuatan tertentu, sedangkan ikhlas berarti murni suci atau bersih. Dalam mengamalkan setiap ajaran Islam hendaknya dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah swt, maksudnya dengan kesadaran semata-mata hnaya mentaati perintahnya dan untuk memperoleh ridloNya.
Melandasi pengamalan setia[ ajaran islam ( ibadah dan amal sholeh ) dengan niat ikhlas karena Allah swt. Wajib hukumya. Hal itu karena perbuatan ibadah dan amal soleh jika tidak dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah tidak akan diterima Allah swt.
Allah swt memerintahkan agar dalam meyakini kebenaran islam dan mengamalkan seluruh ajarannya dilandasi dengan niat ihlas karena Allah swt semata dan untuk memperoleh ridlonya.

D. RANGKUMAN MATERI

1. QS Al An’am 162 – 163 menjelaskan bahwa Allah swt. Memerintahkan agar setiap muslim muslimah berkeyakinan bahwa sholatnya, ibadahnya hidup dan matinya semata-mata hanya untuk Allah swt.T
2. Allah swt. pencipta alam semesta, Yang Maha Esa, Yang tidak ada sekutu baginya.Setiap muslim hendaknya berserah diri kepada Allah swt. Dengan dilandasi niat ikhlas.
3. QS al Bayyinah ayat 5 menjelaskan bahwa Allah swt memerintahkan agar dalam meyakini kebenaran islam dan mengamalkan seluruh ajarannya dilandasi dengan niat ihlas karena Allah swt semata dan untuk memperoleh ridlonya.






E. Metode Pembelajaran
1. Ceramah, tanya jawab dan Praktek

F. Media, Alat dan Sumber Pelajaran
1. Media : Film
2. Alat : LCD Proyektor
3. Sumber Pembelajaran :
3.3 Al Quran dan terjemahan Departemen Agama RI
3.4 Buku pelajaran PAI SMA kelas I

a. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
a. Kegiatan Awal
29. Guru-Siswa memberi salam dan memulai pelajaran dengan mengucapkan basmalah dan kemudian berdoá bersama sebelum memulai pelajaran.
30. Siswa menyiapkan kitab suci Al Qurán
31. Secara bersama membaca Al Qurán selama 5 – 10 menit
32. Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan diajarkan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai.
b. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti, guru dan para siswa melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:
Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi pembelajaran Q.S. Al-An’am; 162-163 dan Q.S Al - Bayyinah : 5
33. Guru mengawali dengan mengajukan beberapa pertanyaan, contohnya:
• Pernahkah kalian mendengar orang lain membaca surat tersebut diatas?
• Pernahkah kalian membaca surat tersebut diatas ?
• Siapakah diantara kalian yang sudah hafal surat Q.S. Al-An’am; 162-163 dan Q.S Al - Bayyinah : 5 ?
34. Guru menunjuk seorang siswa yang sudah fasih membaca surat Q.S. Al-An’am; 162-163 dan Q.S Al - Bayyinah : 5, untuk memimpin teman-temannya membaca bersama-sama di bawah bimbingan guru 2 sampai dengan 3 kali.
35. Setelah para siswa selesai membaca secara klasikal, guru menunjuk beberapa siswa untuk membaca surat Q.S. Al-An’am; 162-163 yaitu sebagai berikut:
 •                •  

36. Setelah para siswa selesai membaca secara klasikal, guru menunjuk beberapa siswa untuk membaca surat Q.S Al - Bayyinah : 5, yaitu sebagai berikut:
            •     
37. Guru meminta beberapa siswa untuk menjelaskan hukum bacaan yang terdapat dalam Q.S. Al-An’am; 162-163 dan Q.S Al - Bayyinah : 5

38. Selanjutnya siswa membaca arti Q.S. Al-An’am; 162-163 dan Q.S Al - Bayyinah : 5 dengan berpedoman kepada Al Qur’an dan terjemahan-nya atau sumber bacaan lainnya dengan pengamatan dari guru.
39. Selanjutnya, guru mengajukan beberapa pertanyaan tentang arti Q.S. Al-An’am; 162-163 dan Q.S Al - Bayyinah : 5 kepada siswa.
40. Setelah mengartikan ayat demi ayat, guru meminta siswa agar menyalin Q.S. Al-An’am; 162-163 dan Q.S Al - Bayyinah : 5 berikut artinya dengan benar. Seperti dibawah ini :
Q.S. Al-An’am; 162-163
 •                •  
Katakanlah: "Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, ….
tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".
Q.S Al - Bayyinah : 5
            •     
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”.

41. Setelah selesai menyalin Q.S. Al-An’am; 162-163 dan Q.S Al - Bayyinah : 5 berikut artinya, guru menjelaskan hukum bacaan (tajwid) yang terdapat pada ayat tersebut.
42. Guru menjelaskan kepada siswa akan hikmah yang terkandung dalam Q.S. Al-An’am; 162-163 dan Q.S Al - Bayyinah : 5 .
43. Guru menugaskan kepada siswa untuk mendiskusikan tentang keikhlasan dalam beribadah sebagaimana yang terkandung dalam isi Q.S. Al-An’am; 162-163 dan Q.S Al - Bayyinah : 5 secara berkelompok.
44. Selanjutnya guru menugaskan kepada siswa untuk berdiskusi tentang hukum bacaan (tajwid) yang terdapat pada Q.S. Al-An’am; 162-163 dan Q.S Al - Bayyinah : 5 secara berkelompok.
45. Siswa diminta untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok.
46. Dalam Q.S. Al-An’am; 162-163 dan Q.S Al - Bayyinah : 5 banyak mengandung nilai-nilai sikap dan perilaku yang utama, seperti keikhlasan dalam beribadah dan menerapkan perilaku ikhlas dalam beribadah. Jika direnungkan, betapa indah manisnya ibadah yang diikuti sifat ikhlas.
47. Menjawab Soal

I. Tes Tertulis
No. Butir – butir Soal Kunci Jawaban
1. Bacalah penggalan ayat yang mengandung arti orang-orang yang memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
2. لا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ Arti penggalan ayat tersebut adalah........
Tiada sekutu bagin-Nya, dan demikian itulah…
3. Hukum bacaan “nun mati” bertemu dengan “ba” adalah…….
Iklab

II. Tes Perbuatan
No. Nama Siswa Kemampuan Membaca
1 2 3 4 5
4. 1 Haykal
5. 2 Masdar
6. 3 Handoyo
Dst Dst..........................

Keterangan : Skor Tes Perbuatan :
6. = Membaca lancar dan baik = 80 – 90 = A
7. = Membaca lancar kurang baik = 70 – 79 = B
8. = Membaca Terbata-bata = 60 – 69 = C
9. = Membaca Terbata-bata dengan bantuan guru = 50 – 59 = D
10. = Tidak dapat membaca = kurang dari 50 = E
III. Tes Sikap
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Ibadah seharusnya selalu diniatkan mencari Ridlo Allah dengan Keikhlasan dan selalu memurnikan niat.
2. Kesalehan Ibadah hendaknya selalu diikuti dengan Kesalehan Sosial .
3. Allah SWT, mencintai hamba yang dalam ibadah selalu mengharap ridlo-Nya dengan keikhlasan sepenuh hati.

dst ……………………………………………….
Keterangan : Skor Tes Sikap:
SS = Sangat Setuju = 50
S = Setuju = 40
TS = Tidak Setuju = 10
STS = Sangat Tidak Setuju = 0













c. Kegiatan Akhir (Penutup)
48. Guru meminta agar para siswa sekali lagi membaca Q.S. Al-An’am; 162-163 dan Q.S Al - Bayyinah : 5 sebagai penutup materi pembelajaran.
49. Guru meminta agar para siswa rajin mempelajari arti dan hikmah isi kandungan Q.S. Al-An’am; 162-163 dan Q.S Al - Bayyinah : 5 .
50. Guru menutup / mengakhiri pelajaran tersebut dengan membaca hamdalah/doá.
51. Guru mengucapkan salam kepada para siswa sebelum keluar kelas dan siswa menjawab salam.


Mengetahui
Kepala Sekolah




Iswaldi, S.Pd
NBM. 914815 Pontianak, Juli 2013
Guru Bidang Studi




Sapri, S.Pd.I
NBM. 1115138






















RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )


Sekolah : SMA Muhammadiyah 1 Pontianak
Mata Pelajaran : Akhlak
Kelas/Semester : X/Ganjil
Materi Pokok : Prilaku Terpuji
Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit

A. Kompotensi Inti
1. Membiasakan perilaku terpuji.

B. Kompetensi Dasar
1. Menyebutkan pengertian perilaku husnuzhan.
2. Menyebutkan contoh-contoh perilaku husnuzhan terhadap Allah, diri sendiri dan sesama manusia.
3. Membiasakan perilaku husnuzhan dalam kehidupan sehari-hari.

C. Tujuan Pembelajaran
Siswa diharapkan mampu untuk :
1. Mampu menyebutkan pengertian husnu zhan terhadap Allah.
2. Mampu menyebutkan pengertian husnu zhan terhadap diri sendiri.
3. Mampu menyebutkan pengertian husnu zhan terhadap sesama manusia.
4. Mampu menyebutkan contoh husnu zhan terhadap Allah.
5. Mampu menyebutkan contoh husnu zhan terhadap diri sendiri.
6. Mampu menyebutkan contoh husnu zhan terhadap sesama manusia.
7. Menunjukkan sikap husnu zhan terhadap Allah.
8. Menunjukkan sikap husnu zhan terhadap diri sendiri.
9. Menunjukkan sikap husnu zhan terhadap sesama manusia.












D. Materi Pembelajaran
1. Pengertian Husnudzan
Husnuzhan (حُسْنُ الظَّنِّ) berasal dari bahasa Arab yang artinya berprasangka baik (positive thinking). Berkenaan dengan husnudzan ini perhatikan hadits qudsi di bawah ini!















Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasuulullah saw. bersabda : "Allah swt. berfirman : "Aku menurut sangkaan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersamanya ketika ia mengingatKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam dirinya maka Aku ingat kepadanya dalam diriKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam kelompok orang banyak maka Aku mengingatnya dalam kelompok yang lebih baik dari padanya. Jika ia mendekat kepadaKu sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia datang kepadaKu dengan berjalan maka Aku datang kepadanya dengan berlari-lari kecil''. (Hadits ditakhrij oleh Ibnu Majah).

Lebih dalam lagi, Ibnu Atha'illah dalam kitab Al Hikam mengungkapkan bahwa siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah, maka lihatlah seberapa tinggi kedudukan Allah dalam hatinya. Demikian pula, siapa yang ingin mengetahui seberapa dekat Allah dengan dirinya, maka lihatlah seberapa dekat Allah dengan hatinya.
Dalam hadis qudsi di atas tersirat sebuah ajakan dari Rasulullah SAW agar kita berusaha selalu dekat dengan Allah SWT, berbaik sangka (husnudzan) dan tidak berburuk sangka (su'udzhan) kepada-Nya. Karena Allah SWT "berbuat" sesuai prasangka hamba-Nya. Bila seorang hamba berprasangka bahwa Allah itu jauh, maka Allah pun akan "menjauh", sebaliknya bila ia berprasangka bahwa Allah itu dekat, maka Allah pun akan "mendekat" kepadanya.
Lewat hadis ini pula Rasulullah SAW pun mengajarkan umatnya untuk selalu berpikir positif dalam segala hal. Semua kejadian, apa pun itu, berada sepenuhnya dalam genggaman Allah SWT dan terjadi karena seizin-Nya. Dengan berpikir positif, seseorang akan mampu menyikapi setiap kejadian dengan cara terbaik. Selain itu, ia pun akan mampu menghadapi hidup dengan optimis. Betapa tidak, ia dekat dengan Allah Dzat Penguasa yang ada. Karena itu, Rasulullah SAW mengungkapkan bahwa orang beriman itu tidak pernah rugi, diberi nikmat dia bersyukur. Syukur adalah kebaikan bagi dirinya, diberi ujian dia bersabar, dan sabar adalah kebaikan bagi dirinya.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa Allah tidak pernah membuat jarak dengan manusia. Manusia sendiri yang membuat jarak dengan Allah. Demikian pula, Allah tidak pernah menghambat manusia untuk sukses, tapi manusia sendiri yang menghalangi diirnya untuk sukses. Kunci dari semua itu adalah pikirannya. Manusia adalah bentukan pikirannya. Tak heran bila Norman Vincent Peale mengatakan, "You are what you think!"; Anda adalah apa yang Anda pikiran.
Sebuah penelitian yang dilakukan Harvard University membuktikan bahwa kesuksesan seseorang 85 persen ditentukan oleh sikap, dan 15 persen sisanya ditentukan oleh keterampilan dan intelektualitas. Sikap itu sendiri dibentuk oleh pikiran. Dengan kata lain, 85 persen kesuksesan dan kegagalan ditentukan oleh kualitas pikiran. Dalam konteks bahasan ini, kesuksesan untuk dekat dengan Allah sangat dipengaruhi oleh sejauh mana seseorang berpikir positif tentang Allah. Wallahu a'lam.

A. Contoh-Contoh Perilaku Husnudzan
B.1 Husnudzan Kepada Allah SWT
Husnudzan kepada Allah SWT artinya berbaik sangka kepada Allah Yang memiliki segala kesempurnaan serta bersih dari segala sifat kekurangan. Dengan demikian, kita menyakini segala perbuatan dan ciptaan Allah tiada yang sia-sia. Segalanya pasti ada hikmahnya.
Manifestasi perilaku husnudzan manusia kepada Allah SWT adalah syukur dan sabar. Rasulullah SAW mengungkapkan bahwa orang beriman itu tidak pernah rugi. Jika ia diberi nikmat, maka dia bersyukur. Syukur adalah kebaikan bagi dirinya. Dan jika ia diberi ujian dia bersabar. Sabar adalah kebaikan bagi dirinya.

1. Syukur
Dalam QS Al-Baqarah [2] :152, Allah SWT berfirman, ''Maka ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.'' Ayat ini secara jelas dan gamblang memerintahkan kepada kita untuk selalu mengingat Allah dan bersyukur atas segala nikmat-Nya.
Secara bahasa, syukur berarti berterima kasih kepada Allah. Sedangkan Ar-Raghib Al-Isfahani, salah seorang yang dikenal sebagai pakar bahasa Alquran, dalam Al Mufradat fi Gharib Al Quran, mengatakan bahwa kata 'syukur' mengandung arti gambaran dalam benak tentang nikmat dan menampakkannya ke permukaan.
Kesyukuran, pada hakikatnya, merupakan konsekuensi logis bagi seorang manusia, yang notabene sebagai makhluk, kepada Allah, sebagai Tuhan yang telah menciptakan dan melimpahkan berbagai nikmat. Namun, kerap kali manusia terlupa dan tidak bersyukur atas karunia-Nya.
Ketidakbersyukuran manusia, biasanya disebabkan oleh tiga hal. Pertama, salah melakukan ukuran/menilai. Dalam konteks ini maksudnya bahwa manusia selalu mengukur suatu nikmat dari Allah itu dengan ukuran keinginannya. Artinya, jika keinginannya dipenuhi, maka ia akan mudah untuk bersyukur. Sebaliknya, jika belum dikabulkan, maka ia akan enggan untuk bersyukur.
Penilaian seperti ini jelas bertentangan dan cenderung menafikan nikmat yang diberikan. Penilaian yang benar adalah berdasarkan apa yang kita peroleh. Karena, apa yang kita inginkan belum tentu yang terbaik di hadapan Allah. Dan, belum tentu juga itu yang terbaik buat diri kita. Perhatikan firman Allah, ''Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.'' (QS. Al Baqarah [2] : 216).
Kedua, selalu melihat kepada orang lain yang diberikan lebih banyak nikmat. Perilaku ini hanya menyuburkan iri, hasad, dan dengki kepada orang lain. Sedangkan perilaku bagi orang beriman haruslah melihat kepada orang yang kurang beruntung. Rasulullah, sebagaimana diriwayatkan Bukhari dan Muslim, mengajarkan, ''Apabila seseorang di antara kamu melihat orang yang dilebihkan Allah dalam hal harta benda dan bentuk rupa, maka hendaklah ia melihat kepada orang-orang yang lebih rendah daripadanya.''
Ketiga, menganggap apa yang didapati dari nikmat Allah adalah hasil usahanya. Perilaku ini menumbuhkan sifat kikir dan melupakan Allah sebagai pemberi nikmat tersebut. Padahal, tidak ada satu nikmat pun yang datang dengan sendirinya. Melainkan, Allah yang telah mengatur semuanya. Firman Allah SWT, ''Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.'' (QS. Luqman [31] : 12). Kini, mumpung Allah masih memberikan waktu, sudahkah kita mensyukuri semua nikmat-Nya? Wallahu a'lam bis-shawab.

2. Sabar
Salah satu sifat yang dapat dijadikan parameter kualitas keimanan seseorang adalah sabar. Semakin kuat keimanan seseorang kepada Allah SWT, semakin kuat pula kesabaran yang dimilikinya, dan begitu sebaliknya. Dengan begitu, iman dan sabar bagaikan dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan. ''Iman itu sabar,'' sabda Rasulullah SAW.
Sabar menurut bahasa adalah tahan menghadapi cobaan, tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati, tabah, tenang, tidak tergesa-gesa, dan tidak terburu nafsu. Sedangkan lawan dari sabar adalah sedih dan keluh kesah. Dalam Alquran, sabar diartikan sebagai sikap menahan diri atas sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridha Allah (QS. Ar Ra’d [13] : 22).
Sabar tidak identik dengan ketidakberdayaan. Sabar juga bukan merupakan kejumudan (statis), hanya berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa. Sabar adalah kemampuan mengendalikan diri untuk tidak mengambil tindakan sebelum tepat saatnya. Sabar lebih cenderung kepada usaha untuk menjaga kejernihan pikiran dan kebersihan hati, sehingga tidak mengambil tindakan secara tergesa-gesa.
Oleh sebab itulah Allah memerintahkan orang-orang beriman agar bersikap sabar dalam menghadapi berbagai cobaan kehidupan (QS. Al Baqarah [2]: 155-157), sebagai ujian untuk menentukan kualitas keimanan seseorang (QS. Muhammad [47]: 31 dan QS An Nahl [16] : 65). Allah SWT juga menyatakan bahwa orang-orang yang besar imannya hanyalah orang yang sabar (QS. Al Baqarah [2] : 177), hamba yang sabar adalah pribadi yang tidak pernah mengeluh ketika cobaan datang menghantamnya, karena ia meyakini bahwa di balik kesusahan dan cobaan itu terdapat kemudahan (QS. Al Insyirah [94]: 5-6) atau hikmah kebaikan yang tidak ia ketahui (QS. Al Baqarah [2] : 216).
Untuk itulah Rasulullah mengatakan, ''Sungguh aneh persoalan seorang Mukmin! Sesungguhnya semua permasalahannya adalah baik baginya, hal ini tidak dimiliki kecuali oleh orang-orang Mukmin. Jika mendapatkan kebaikan maka ia bersyukur dan kesyukurannya itu menjadi hak baginya, dan jika ditimpa kesusahan maka ia bersabar dan kesabaran itu menjadi baik baginya.'' (HR Muslim).
Adapun buah dari kesabaran yang dilakukan seseorang adalah ridha, kedamaian, kebahagiaan, terciptanya 'izzah (keagungan), kemuliaan, kebaikan, kemenangan, bantuan, dan kecintaan dari Allah. Dan, puncak dari semua itu adalah buah yang akan didapat di akhirat, yaitu kenikmatan abadi yang tidak terbatas (QS. Az Zumar [39] : 10).
Siapa pun kita hendaknya mampu mewujudkan dan mengedepankan sikap sabar ini dalam setiap aspek kehidupan. Tak sepatutnya kita hanya pandai berkeluh kesah dan berputus asa apabila menghadapi persoalan. Karena, keluh kesah, tidak tenang, tidak tabah, cepat marah, dan cepat putus asa adalah sifat yang tidak layak disandang oleh seorang Muslim. Wallahu a'lam bis-shawab.

B.2 Husnudzan Kepada Diri Sendiri
Setiap orang yang berperilaku husnudzan kepada diri sendiri akan berpeilaku positif terhadap dirinya sendiri. Di antara perilaku positif tersebut adalah perilaku percaya diri dan perilaku gigih.
1. Percaya Diri
Percaya diri termasuk sikap dan perilaku terpuji yang harus dimiliki oleh setiap umat Islam. Seseorang yang percaya diri tentu akan yakin terhadap kemampuan dirinya, sehingga ia berani mengeluarkan pendapat dan melakukan suatu tindakan. Sikap optimis terhadap rahmat dan pertolongan Allah akan membawa kepada sikap percaya diri. Tentunya percaya diri dalam menjalan segala yang tidak dilarang oleh Allah SWT.
Imam Malik, dalam bukunya Al-Muwatha' meriwayatkan bahwa Abu 'Ubaidah ibn al-Jarrah, sahabat Nabi yang memimpin pasukan Islam menghadapi Romawi pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, suatu ketika menyurati Umar, menggambarkan kekhawatirannya akan kesulitan menghadapi pasukan Romawi.
Umar menjawab, "Betapapun seorang Muslim ditimpa kesulitan, Allah akan menjadikan sesudah kesulitan itu kelapangan, karena sesungguhnya satu kesulitan tidak akan mampu mengalahkan dua kelapangan.
Kesulitan dan kelapangan adalah dua hal yang senantiasa berputar menimpa diri manusia, silih berganti. Kesulitan identik dengan kegagalan dan kesengsaraan. Seseorang yang ditimpa kesulitan, maka ia tengah berkutat dengan kekhawatiran dan kesedihan.
Kelapangan yang dimaksud dalam jawaban Umar merupakan bentuk penyikapan terhadap kesulitan, mengubah energi negatif menjadi energi positif. Kelapangan akan mampu mengalahkan kesulitan tatkala dalam diri pemilik kesulitan terpatri sikap optimisme.
Optimisme tidak berarti kepercayaan diri berlebih, bukan pula kepasrahan jiwa. Akan tetapi, sebentuk semangat yang bersemayam dalam hati untuk senantiasa berusaha dan berupaya ketika kesulitan menimpa.
Di samping itu, dalam konteks seorang Muslim, optimisme merupakan pemicu agar kita bersungguh-sungguh dalam melaksanakan suatu pekerjaan, walaupun baru saja menyelesaikan pekerjaan yang lainnya. Tiada kekosongan setelah satu bidang terpenuhi.
Rasulullah Saw mengajak umatnya agar terus-menerus bekerja dan berusaha tanpa menggantungkan diri kepada orang lain. Sabda beliau, "Demi Tuhan, sesungguhnya seseorang di antara kamu mengambil tali, kemudian mengikat sekeping kayu dan memikul di punggungnya untuk dijual, sehingga Allah memelihara air mukanya dari meminta-minta, adalah lebih baik daripada ia meminta kepada orang lain, baik ia diberi maupun tidak." (HR Bukhari).
Sepatutnya sikap optimisme tetap tersemai di hati umat Islam. Membangun sikap optimisme, setidaknya ada dua hal yang seyogianya kita lakukan, Pertama, melakukan perbaikan diri lewat usaha-usaha konkret dan amal nyata. Sesungguhnya keterpurukan menimpa umat Islam karena kita belum mampu menghasilkan karya berharga bagi umat. Kata belum menjadi perbuatan. Konsep belum berwujud aksi.
Kedua, yakin akan ada kelapangan di hari kemudian. Kelapangan yang diperoleh dari kesungguhan, kontinuitas beramal, dan berinovasi tiada henti dengan dibarengi keyakinan adanya bantuan Ilahi. "Sesungguhnya kewajiban kita lebih banyak dari waktu yang tersedia," demikian kata Muhammad Abduh.

2. Gigih
Seorang yang berbaik sangka kepada Allah terhadap dirinya sendiri tentu akan berperilaku gigih, karena ia yakin bahwa dengan berperilaku gigih apa yang diinginkan akan tercapai. Dorongan agar kita gigih berusaha adalah spirit yang terkandung dalam QS Ar Ra’d [13]: 11



“… Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaaan yang ada pada diri mereka sendiri.…”
Sikap gigih yang sejati dicontohkan oleh Rasulullah saw. Sesampainya Rasulullah saw dan kaum Muhajirin di Madinah, agenda yang Beliau prioritaskan adalah memperat tali persaudaraan (ukhuwah) antara Muhajirin dan Anshar. Ikatan kuat inilah yang mendasari kerukunan, kasih sayang, serta berlomba-lomba untuk melakukan kebaikan dengan pengorbanan harta benda, jiwa, dan raga. Hal ini mereka tumpahkan hanya untuk mengharapkan keridlaan-Nya. Bahkan, kaum Anshar senantiasa mengutamakan kaum Muhajirin, sekalipun mereka dalam keadaan susah.
Terdengarlah pada saat itu, Abdurahman bin 'Auf dari Muhajirin dipersaudarakan dengan sahabat Sa'ad bin Rabi'. Sa'ad bin Rabi' adalah salah seorang konglomerat Madinah. Sa'ad mempersilakan kepada Abdurrahman untuk mengambil apa saja yang ia inginkan untuk memenuhi kebutuhannya.
Abdurrahman bin 'Auf selaku seorang sahabat yang zuhud, wara', jujur, serta baik akhlaknya tidak serta-merta mengabulkan permohonan saudaranya ini. Ia tidak mau menerima sesuatu tanpa didasari oleh usaha dan kerja keras untuk mendapatkannya. Oleh karenanya, Abdurrahman meminta kepada Sa'ad untuk mengantarkannnya ke pasar. Kepiawaian berdagang yang ia miliki tidak disia-siakannya. Ia tidak hanya berpangku tangan untuk mendapatkan belas kasih orang lain, selagi masih ada kemampuan untuk berusaha.
idak lama kemudian, karena sifatnya yang jujur, ulet, serta kerja keras, akhirnya ia pun menjadi pedagang yang sukses, sehingga ia menjadi seorang konglomerat yang dermawan, serta senantiasa menginfakkan hartanya demi keberlangsungan dakwah.
Dari kisah tersebut, kita bisa memetik hikmah, di tengah-tengah himpitan krisis ekonomi yang berkepanjangan ini, bangsa Indonesia sangat membutuhkan semangat Abdurahman bin 'Auf-Abdurahman bin 'Auf yang baru guna menyegarkan dan menghidupkan bangsa ini, sehingga mampu mengembalikan identitas bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat di mata dunia. Karena selama ini, kita telah kehilangan jati diri sebagai bangsa besar, disebabkan pemimpin-pemimpinnya yang selalu berharap untuk mendapatkan bantuan dari bangsa lain. Hal ini mengakibatkan ketergantungan rakyatnya untuk senantiasa mendapatkan sesuatu tanpa didasari usaha.
Bukankah bangsa ini sangat kaya dengan sumber daya alamnya? Ini adalah modal dasar yang telah kita miliki. Untuk itu, selanjutnya tinggal bagaimana kita mampu mengolahnya. Insya Allah dengan kejujuran, keuletan, dan kerja keras di antara kita, baik pejabat maupun rakyat, bangsa ini akan kembali menjadi bangsa yang diperhitungkan di kancah dunia. Semoga! Wallahu a'lam bis-shawab.

B.3 Husnudzan Kepada Sesama Manusia
Husnudzan atau berbaik sangka terhadap sesama manusia merupakan sikap mental terpuji yang harus diwujudkan melalui sikap lahir, ucapan, dan perbuatan yang baik dan diridhai Allah SWT dan bermanfaat.
Sikap, ucapan dan perbuatan baik, sebagai perwujudan husnudzan itu hendaknya diterapkan dalam kehidupan berkeluarga, bertetangga serta bermasyarakat.

1. Kehidupan Berkeluarga
Tujuan hidup berkeluarga yang islami adalah terbentuknya keluarga atay rumah tangga yang memperoleh ridha dan rahmat Allah SWT, bahagia serta sejahtera baik di dunia maupun di akhirat.
Agar tujuan luhur tersebut terwujud, maka suami sebagai kepala keluarga dan isteri sebagai ibu rumah tangga, pendamping suami, hendaknya saling berperasangka baik, tidak boleh saling curiga, saling memenuhi hak dan melaksanakan kewajiban masing-masing dengan sebaik-baiknya.
Demikian juga hubungan antara anak-anak dan orang tua hendaknya dilandasi dengan perasangka dan saling pengertian. Anak-anak berbakti pada orang tuanya dengan bersikap terpuji dan menyenangkan kedua orang tua. Orang tua pun hendaknya memberi kepercayaan yang diperlukan anak un tuk mengembangkan diri dalam melakukan hal-hal yang bermanfaat.

1. Kehidupan Bertetangga
Tetangga adalah orang-orangnya yang tempat tinggalnya berdekatan dengan tempat tinggal kita. Antara tetangga yang satu dengan tetangga lainnya hendaknya saling berperasangka baik dan jangan saling mencurigai.
Kehidupan bertetangga dianggap saling berperasangka baik dan tidak saling mencurigai apabila antara lain bersikap dan berperilaku berikut ini:
a. saling menghormati
Antara tetangga yang satu dengan tetangga lainnya hendaknya saling menghormati dan menghargai, baik melalui sikap dan ucapan lisan atau melalui perbuatan sikap. Ucapan lisan dan perbuatan menghormati serta menghargai tetangga termasuk akhlaq mulia, serta termasuk tanda-tanda beriman. Rasulullah saw bersabda :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْاخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ (رَوَاهُ الْمُسْلِم)
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia memuliakan tetangganya.” (HR. Muslim)

b. berbuat baik kepada tetangga
Perintah berbuat baik kepada tetangga tercantum dalam QS. An Nisa [4] : 36











“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat, ibnu sabi dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.”
Berbuat baik kepada tetangga adalah dengan cara melakukan kewajiban terhadap tetangga dan perbuatan-perbuatan baik lainnya yang bermanfaat itu.
Bersikap, bertutur kata, dan melakukan perbuatan-perbuatan yang menyakiti dan merugikan tetangga termasuk perbuatan yang diharamkan Allah SWT. Pelaku tidak akan masuk surga. Rasulullah saw bersabda:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ لاَ يَأْمَنُ جَارَهُ بَوَائِقَهُ (رَوَاهُ الْمُسْلِم)
“Tidak masuk surga orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguan-gangguannya.” (HR. Muslim)

c. Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara
Tujuan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ialah terwujudnya kehidupan yang aman, tentram, adil dan makmur, di bawah ampunan dari ridha Allah SWT.
Agar tujuan luhur tersebut terwujud salah satu usaha yang harus ditempuh adalah sesama anggota masyarakat atau sesama warga negara saling berperasangka baik yang diikuti dengan berbagai sikap dan perilaku terpuji yang bermanfaat. Sesama mereka juga tidak boleh saling berprasangka buruk yang iikuti dengan berbagai sikap dan perilaku tercela yang merugikan serta mendatangkan bencana.
Sikap dan perilaku terpuji yang harus diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara itu, antara lain:
1. Generasi tua menyayangi generasi muda, antara lain dengan membimbing mereka agar kualitas kehidupannya dalam berbagai bidang positif lebih maju daripada generasi tua. Sedangkan generasi muda hendaknya menghormati generasi tua dengan sikap, ucapan, dan perbuatan yang baik dan bermanfaat, seperti melaksanakan segala nasihat mereka yang baik dan berguna.
Rasulullah saw bersabda :
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيْرَنَا وَ لَمْ يَوَقِّرْ كَبِيْرَنَا (رَوَاهُ اَحْمَد)

“Bukan dari golongan kami (umat Islam) orang yang tidak menyayangi yang muda dan tidak menghormati yang tua.” (HR. Ahmad)

2. Sesama anggota masyarakat atau sesama warga negara hendaknya saling menolong dalam kebaikan, serta ketaqwaan dan jangan saling menolong dalam dosa serta pelanggaran.
Tolong menolong dalam kebajikan sesama anggota masyarakat atau sesama warga negara itu antara lain:
a. Pemerintah dan rakyat dari kelompok kaya berusaha bekerja sama untuk menghilangkan kemiskinan. Kelompok kaya mengeluarkan sebagian hartanya untuk menyantuni kaum dhuafa’ melalui zakat, infaq dan sedekah.
b. Pemerintah dan masyarakat hendaknya bekerja sama dalam memberantas kejahatan dan kemungkaran yang muncul di masyarakat dengan cara yang bijaksana, sesuai dengan hukum yang berlaku.


C. Membiasakan perilaku husnuzhan dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap muslim atau muslimah hendaknya membiasakan diri berperilaku husnuzhan baik terhadap Allah SWT, diri sendiri maupun terhadap sesama manusia. Hidup adalah pencarian kebaikan, karena "Tuhan adalah sumber kebaikan yang tersembunyi".
Diri kita ini tak pernah berguna jika tidak senantiasa mencari. Mencari adalah mengupayakan; mencari adalah memikirkan; mencari adalah kemaslahatan; kemaslahatan adalah gerak: gerak adalah langkah yang positif. Sebaliknya adalah kevakuman dan diam. Karena vakum dan diam itu berarti netral dan tenggelam, berarti awal dari segala kemafsadahan.
Tidak ada gerak tanpa semangat, yaitu ide dan pemikiran. Semangat juga berarti ketulusan; dan tiada ketulusan tanpa akal fikiran. Makanya tindakan orang gila itu netral (tidak bisa dihakimi), dan tindakan orang waras adakalanya baik, adakalanya buruk. Bisa baik karena menggunakan akalnya, dan buruk karena melampiaskan hawa nafsunya.
Yang pertama: akal fikiran ==> ketulusan ==> ide dan pemikiran ==> semangat ==> gerak menuju ke kebaikan dan kemaslahatan.
Kebalikan dari itu: hawa nafsu ==> kedengkian ==> kepongahan ==> gerak menuju kemafsadahan.
Orang diam itu tidak berdasar, makanya tenggelam, gara-gara menganggurkan akalnya. Statusnya hampir kayak orang gila. (Lain dengan orang istirahat, karena istirahat, selama itu sesuai kebutuhan, adalah bagian dari gerak). Patah semangat dan putus asa, lebih parah lagi, adalah minus dan merupakan awal dari segala kemafsadahan.
Orang yg semangat tentu dia bahagia dan tentram. Semangat dan gerak adalah bukti dari adanya kebahagiaan dan ketentraman. Makanya Allah selalu mengaitkan "pahala" --sebagai konsekuensi gerak-- (lahum ajruhum 'inda rabbihim) dengan kemantapan-keberanian- ketidakkhawatiran (wa laa khaufun 'alaihim) dan kebahagiaan/ketentraman/ketidaksedihan (wa laa hum yahzanuun) dalam ayat al-Baqarah : 277.
Sebaliknya, putus asa adalah akibat dari kesedihan, dan kesedihan mempunyai kaitan erat dengan kebodohan sebagaimana kebahagiaan dan ketentraman berjalinan dengan kecerdasan dan intelektualitas.
Itu semua adalah prinsip dasar manusia hidup. Adapun hasil, besar kecilnya, itu tergantung proses kesungguhan dan keteledorannya. (wall-ladziina jaahaduu fiinaa lanahdiyannahum subulana) "Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh mendekatiKU, pasti Aku tunjukkan jalannya" . (al-Ankabut: 69)
Prinsip seperti itu menunjukkan kedirian manusia. Kedirian adalah totalitas ide dan pemikiran dari dalam diri sendiri. Kedirian itu tidak identik dengan ketidakperdulian, kecuekkan, dan acuh tak acuh. Karena kecuekan, acuh tak acuh, dan sebangsanya itu sebanding dengan kebodohan, hampir setengah dari kesombongan. Kedirian adalah penyerapan dan filterisasi informasi sehingga menyusun sebuah keutuhan ide dan pemikiran. Walaupun ada beberapa tiruan/takliid tapi seakan-akan keluar dari diri sendiri, karena telah difilter dengan akal sehat tentunya.
Pemikiran dan ide di sini berarti kemantapan (akan sebuah kebenaran). Di sinilah relevansinya firman Allah SWT "fa idzaa 'azamta fatawakkal 'alaa Allah" (jika kamu sudah mantap, bertawakkallah pada Allah) (Ali Imran: 159). Kemantapan di sini sebanding dengan kepengetahuan, keberanian, dan ketegasan.
Ringkasnya, gerak-kemantapan-kebahagian itu harus saling terkait. Kalau sudah bisa mengkaitkan ketiganya, baru boleh bertawakkal. Semoga bermanfaat,

E. Metode Pembelajaran
Ceramah, tanya jawab dan Praktek

F. Media, Alat dan Sumber Pelajaran
1. Media : Film
2. Alat : LCD Proyektor
3. Sumber Pembelajaran :
3.1. Al Quran dan terjemahan Departemen Agama RI
3.2. Buku pelajaran PAI SMA kelas I

G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
a. Kegiatan Awal
1. Guru-Siswa memberi salam dan memulai pelajaran dengan mengucapkan basmalah dan kemudian berdoá bersama sebelum memulai pelajaran.
2. Siswa menyiapkan kitab suci Al Qurán
3. Secara bersama membaca Al Qurán selama 5 – 10 menit
4. Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan diajarkan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai.
b. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti, guru dan para siswa melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:
Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi pengertian Perilaku Husnuzhan
5. Guru mengawali dengan mengajukan beberapa pertanyaan, contohnya:
• Pernahkah kalian mendengar orang lain berbicara tentang perilaku husnuzhan?
• Pernahkah kalian berperilaku husnuzhan?
• Siapakah diantara kalian yang mengerti tentang arti perilaku husnuzhan?
6. Guru menunjuk seorang siswa yang sudah pernah mengetahui tentang perilaku husnuzhan untuk memberikan opininya kepada teman-temannya di bawah bimbingan guru.
7. Setelah para siswa selesai mendengarkan secara klasikal, guru menunjuk beberapa siswa untuk menerangkanya kembali.
8. Guru menjelaskan tentang perilaku husnuzhan baik terhadap Allah maupun terhadap diri sendiri.
9. Selanjutnya siswa menyebutkan perilaku husnuzhan dari sumber bacaan dengan pengamatan dari guru.
10. Selanjutnya, guru mengajukan beberapa pertanyaan tentang arti perilaku husnuzhan kepada siswa.
11. Setelah selesai guru menjelaskan perilaku husnuzhan.
12. Guru menjelaskan kepada siswa akan hikmah yang terkandung dalam perilaku husnuzhan.
13. Guru menugaskan kepada siswa untuk mendiskusikan tentang perilaku husnuzhan secara berkelompok.
14. Siswa diminta untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok.
15. Perilaku husnuzhan banyak mengandung nilai-nilai sikap dan perilaku yang utama, seperti selalu berfikir positif terhadap takdir Allah dan tidak berprasangka terhadap nikmat-Nya . Jika direnungkan, betapa Indah dan mulianya bersikap positif tanpa prasangka .
16. Pertanyaan Soal

I. Tes Tertulis
No. Butir – butir Soal Kunci Jawaban
1. Apakah yang dimaksud dengan Husnuzhan itu............. Berfikir dan bersikap yang baik. (Positif Thinking)

2. Segala musibah yang terjadi di Negeri ini merupakan azab karena kesalahan kolektif dari pemimpin dan rakyat yang tidak menghendaki adanya syariat,dengan tanpa menyalahkan Allah. Merupakan cerminan dari……

Husnuzhan terhadap Allah.
3. Nanang berghorim kepada Udin sebesar Rp. 50.000 dan belum juga terlunasi. Sikap Udin membiarkan karena ia berpendapat bahwa Nanang sedang tidak ada uang dan mungkin tertimpa kesulitan.
Husnuzhan terhadap sesama manusia.

II. Tes Sikap
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Musibah datang dari Allah untuk memberikan pelajaran dan hikmah.
2. Allah Yang Berkuasa dan Yang Menentukan .
3. Tanamkan kebaikan sejak dini karena ia merupakan benih yang akan kita peroleh hasilnya dilain hari
dst ……………………………………………….
Keterangan : Skor Tes Sikap:
SS = Sangat Setuju = 50
S = Setuju = 40
TS = Tidak Setuju = 10
STS = Sangat Tidak Setuju = 0















c. Kegiatan Akhir (Penutup)
1. Guru meminta agar para siswa sekali lagi tentang hikmah yang terkandung dalam perilaku husnuzhan sebagai penutup materi pembelajaran.
2. Guru meminta agar para siswa rajin mempelajari arti dan hikmah yang terkandung dalam perilaku husnuzhan .
3. Guru menutup / mengakhiri pelajaran tersebut dengan membaca hamdalah/doá.
4. Guru mengucapkan salam kepada para siswa sebelum keluar kelas dan siswa menjawab salam.




Mengetahui
Kepala Sekolah




Iswaldi, S.Pd
NBM. 914815 Pontianak, Juli 2013
Guru Bidang Studi




Sapri, S.Pd.I
NBM. 1115138





















RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )


Sekolah : SMA Muhammadiyah 1 Pontianak
Mata Pelajaran : Tarikh
Kelas/Semester : X/Ganjil
Materi Pokok : Tarikh dan Budaya Islam
Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit

A. Kompotensi Inti
1. Memahami keteladanan Rasulullah dalam membina umat periode Makkah.

B. Kompetensi Dasar
1. Menceritakan sejarah dakwah Rasulullah SAW periode Mekkah
2. Mendeskripsikan substansi dan strategi dakwah Rasulullah SAW periode Makkah
C. Tujuan Pembelajaran
Siswa diharapkan mampu untuk :
1. Mampu menceritakan sejarah dakwah Rasulullah pada periode Mekkah.
2. Mampu menjelaskan pengaruh dakwah Rasulullah SAW terhadap umat.
3. Mampu menunjukkan keteladanan yang dapat diambil dari cara dakwah Rasulullah.
4. Mampu menjelaskan substansi dakwah Rasulullah periode Makkah.
5. Mampu menjelaskan strategi dakwah Rasulullah periode Makkah.

D. Materi Pembelajaran

1. KONDISI MASYARAKAT MAKKAH SEBELUM KENABIAN

Menurut Ahli sejarah kondisi bangsa Arab di zaman Jahiliyah waktu itu dalam segi keagamaan, mereka menyembah berhala, serta menyembelih hewan-hewan qurban dihadapan patung-patung itu untuk memuliakannya. Mereka pada umumnya tenggelam dalam kemusyrikan dan dalam kehidupan yang berpecah belah serta saling berperang. Setiap sengketa yang timbul dikalangan mereka, mereka serahkan penyelesaiannya kepada para pemimpin mereka.

2. STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW PADA PERIODE MAKKAH

Dalam mensyiarkan agama Islam pada periode ini, beliau menggunakan cara-cara yang sangat bijaksana agar mudah diterima dikalangan masyarakat Makkah secara keseluruhan. Maka beliau menggunakan cara sebagai berikut :
a. Dakwah secara sembunyi-sembunyi
Sesudah Rasulullah SAW menerima wahyu yang kedua yaitu Q.S. Al Muddatsir : ayat 1-7 yang menjelaskan tugas dakwah atas diri beliau. Mulailah beliau secara sembunyi-sembunyi menyeru kepada keluarganya yang tinggal dalam satu rumah dan sahabat-sahabat beliau yang terdekat agar mereka meninggalkan berhala dan menyembah Allah SWT. Adapun yang mula-mula beriman kepada Allah SWT dari kalangan keluarga beliau adalah :
1) Istri beliau yaitu Siti Khodijah.
2) Putra paman beliau yaitu Ali bin Abi Tholib
3) Budak dan sekaligus putra angkat beliau yaitu Zaid Bin Haritsah
Kemudian dari sahabat beliau adalah Abu Bakar As-Shidiq yang kemudian disusul oleh sahabat-sahabat yang lain yaitu :
1) Utsman bin ‘Affan
2) Zubair bin ‘Awwam
3) Sa’ad bin Abi Waqosh
4) Abdurrohman bin ‘Auf
5) Thalhah bin ‘Ubaidillah
6) Abi ‘Ubaidillah bin Jarrah
7) Fatimah binti Khaththab
8) Sa’id bin Zahid Al ‘Adawi

Karena mereka dalam mengimani tentang Allah SWT adalah yang pertama kali, maka mereka disebut dengan Assabiqunal Awwaluun. Mereka mendapat pelajaran tentang Agama Islam adalah dari Rasulullah SAW sendiri yang dilakukan di rumah sahabat Arqam bin Abil Arqam.

b. Dakwah secara terang-terangan
Tiga tahun lamanya Rasulullah SAW melakukan Dakwatul Afrod (mengajak seorang demi seorang untuk masuk Islam) secara diam-diam dari satu rumah ke rumah yang lain.Tak lama kemudian turunlah firman Allah Q.S. Al Hijr ayat 94 yang intinya memerintahkan kepada Nabi untuk mensyiarkan Islam secara terang-terangan, maka mulailah beliau mengajak secara terang-terangan kepada penduduk Makkah agar menyembah Allah SWT.
Disamping itu dijelaskan juga dalam Al Qur’an Menyatakan bahwa “agama yang diridhoi Allah adalah agama Islam” maka dengan dasar ayat ini pula sehingga Nabi SAW dengan sangat berani melakukan dakwah secara terang-terangan kepada seluruh umat manusia.

Dengan cara dakwah ini mulailah Nabi dan agama Islam yang beliau sampaikan menjadi perhatian dan bahan pembicaraan masyarakat kota Makkah. Pada awalnya mereka menganggap dakwah beliau ini dianggap sebuah gerakan yang tidak mempunyai dasar dan tujuan yang benar sehingga mereka bersikap acuh kepada beliau dan ajarannya. Namun seiring dengan perjalanan waktu dakwah beliau tidak semakin surut, bahkan pengikut beliau semakin bertambah banyak.

3. SUBSTANSI DAKWAH RASULULLAH SAW PADA PERIODE MAKKAH

Dakwah yang dilakukan beliau pada intinya adalah menegakkan kalimah tauhid yaitu laa ilaaha illa Allah ( tiada Tuhan selain Allah ) dengan segala konsekuensinya. Penegakan kalimah tauhid tersebut bukanlah perkara yang sangat mudah, sebab hal itu harus diikuti dengan sikap dan perbuatan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Pada proses dakwah yang dilakukan oleh Nabi SAW juga mengandung makna mengeluarkan dari zaman kebodohan ke alam yang terang benderang yaitu, meninggalkan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Nabi SAW.
Disamping itu mengangkat derajat kaum hawa yang tenggelam jauh kelembah kenistaan. Sebab di sisi manusia kaum hama sama kedudukannya, yang membedakan adalah tingkat ketaqwaannya. Sebagaimana firman Allah surat al Hujurat ayat 13 :

Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.


4. REAKSI MASYARAKAT MAKKAH TERHADAP DAKWAH RASULULLAH SAW.

Dengan diangkatnya Muhammad menjadi Rasul Allah, maka kemudian masyarakat Makkah terjadi perbedaan pandangan tentang adanya Aqidah (keyakinan terhadap Allah). Dari perbedaan itu, ada yang menerima yang disebut orang Islam, bahkan ada yang menentang/memusuhi yang disebut orang Kafir, serta pura-pura menerima ajaran yang dibawa Rasulullah yang disebut orang Munafiq.
Mengapa mereka ada yang menerima dan menolak, menentang bahkan memusuhi terhadap ajaran yang dibawa Rasulullah ? bahkan ada juga yang berpura-pura menerima ajaran Rasulullah?
a. Alasan orang-orang yang menerima ajaran Nabi SAW (orang Islam)
1. Mereka meyakini bahwa apa yang disampaikan Nabi SAW adalah berdasarkan Wahyu
2. Keteladanan Nabi Muhammad SAW yang dilakukan dalam kesehariannya.
3. Ajaran yang dibawa beliau bersifat rasional
4. Dalam melakukan syiarnya beliau tidak melakukan kekerasan
b. Yang menolak atau menentang ajaran Nabi SAW (orang Kafir)
1. Mereka khawatir tuhan mereka akan tidak disembah oleh masyarakat Makkah
2. Ajaran yang disampaikan Rasulullah bertentangan dengan ajaran yang mereka lakukan selama itu.
3. Mereka takut akan kehilangan kekuasaan
c. Yang berpura-pura menerima ajaran Nabi SAW (orang Munafiq)
1. Ingin menghancurkan Islam dari dalam
2. Ingin merebut kekuasaan Nabi SAW

RANGKUMAN

Dari uraian diatas maka diambil suatu kesimpulan :
1. Pada awal kenabian Rasulullah SAW beliau mendapat tugas suci untuk menyeru masyarakat makkah yang masih jahiliyah di bidang agama, moral dan hukum agar meyakini ajaran Islam yang disampaikan olehnya dan mengamalkan ajarannya.
2. Strategi dakwah Rasulullah SAW pada periode makkah mula-mula dengan cara sembunyi-sembunyi, kemudian dilakukaqn Nabi secara terang-terangan
3. Ajaran Islam yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode makkah adalah tentang ke-Esaan Allah SWT
4. Dalam dakwah pada periode makkah Rasulullah SAW dan para pengikutnya mendapat tekanan dan kekerasan dari kaum kafir Quraisy, sehingga mereka meninggalkan kota Makkah dan berhijrah ke Yatsrib (Madinah)

E. Metode Pembelajaran
1. Ceramah, tanya jawab dan Praktek

F. Media, Alat dan Sumber Pelajaran
1. Media : Film
2. Alat : LCD Proyektor
3. Sumber Pembelajaran :
a. Al Quran dan terjemahan Departemen Agama RI
b. Buku pelajaran PAI SMA kelas I

G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
a. Kegiatan Awal
1. Guru-Siswa memberi salam dan memulai pelajaran dengan mengucapkan basmalah dan kemudian berdoá bersama sebelum memulai pelajaran.
2. Siswa menyiapkan kitab suci Al Qurán
3. Secara bersama membaca Al Qurán selama 5 – 10 menit
4. Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan diajarkan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai.
b. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti, guru dan para siswa melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut: Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi keteladana Rasulullah SAW.
Guru mengawali dengan mengajukan beberapa pertanyaan, contohnya:
• Pernahkah kalian mendengar orang lain berbicara tentang Keteladanan Rasulullah SAW ?
• Pernahkah kalian membaca tentang kisah Keteladanan Rasulullah SAW?
• Siapakah diantara kalian yang mengerti tentang Keteladanan Rasulullah SAW ?
5. Guru menunjuk seorang siswa yang sudah pernah mengetahui tentang Keteladanan Rasulullah SAW untuk memberikan opininya kepada teman-temannya di bawah bimbingan guru.
6. Setelah para siswa selesai mendengarkan secara klasikal, guru menunjuk beberapa siswa untuk menerangkanya kembali.
7. Guru menjelaskan tentang Keteladanan Rasulullah SAW.
8. Selanjutnya siswa menyebutkan kisah tentang Keteladanan Rasulullah SAW dari sumber bacaan dengan pengamatan dari guru.
9. Selanjutnya, guru mengajukan beberapa pertanyaan tentang apakah yang harus diteladani dari Rasulullah SAW kepada siswa.
10. Setelah selesai guru menjelaskan tentang kisah Keteladanan Rasulullah SAW, dengan ringkasan sebagai berikut :

Sejarah di Mekah
1. Berdakwah secara terang-terangan
­ Perintah berdakwah secara terang-terangan
­ Kekhawatiran Nabi saw. terhadap kaumnya
­ Dakwah Nabi saw. kepada kaum kerabatnya
­ Masyarakat Mekah berpaling dari Nabi saw.
­ Allah memantapkan (hati) RasulNya
­ Pembuktian kerasulan Nabi saw.
2. Penghinaan kaum Quraisy
­ Pendustaan Quraisy terhadap Nabi saw
­ Cobaan kaum muslimin dari kaum Quraisy
­ Orang musyrik mengejekan kaum muslimin
­ Kaum Quraisy meminta mukjizat
­ Kaum Quraisy bersekutu untuk kufur
­ Abu Jahal menyakiti Nabi saw.
3. Permusuhan Abu Jahal:
­ Permusuhan Abu Lahab
­ Penyiksaan terhadap orang mukmin yang lemahOrang-orang musyrik mendustai Al Quran
­ Orang-orang musyrik menuduh Nabi saw. menutup-nutupi wahyu
­ Orang-orang musyrik menuduh Nabi saw. mengetahui hal ghaib
­ Kaum Quraisy menuduh kaum Yahudi mengajari Nabi saw.
­ Nabi saw. dituduh sebagai penyihir
­ Nabi saw. dituduh sebagai orang gila
­ Nabi saw. dituduh sebagai pembohong
­ Nabi saw. dituduh sebagai penyair
4. Peristiwa Isra' dan Mi'raj
­ Malaikat naik ke langit bersama Nabi saw
­ Dada Nabi saw. dibelah dan dikeluarkan hatinya
­ Nabi saw. melihat Jibril as. dalam bentuk aslinya,
­ Nabi saw. melihat surga
­ Kaum Quraisy mendustai peristiwa isra' dan mi'raj
5. Perjanjian Aqabah kedua
­ Janji setia untuk beriman dan meninggalkan syirik
­ Janji setia kaum wanita pada malam 'Aqabah
6. Guru menjelaskan kepada siswa akan hikmah keteladanan Rasulullah SAW.
7. Guru menugaskan kepada siswa untuk mendiskusikan tentang keteladanan Rasulullah SAW secara berkelompok.
8. Siswa diminta untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok.
9. Rasullullah SAW adalah suri tauladan utama yang mengajarkan umat tentang akhlakul karimah kepada umat. Oleh sebab itu dengan akhlakul karimah kita menjadi rahmatan lilngalamin.
10. Pertanyaan soal

I. Tes Tertulis
No. Butir – butir Soal Kunci Jawaban
1. Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Quran).Siapakah yang dimaksud kamu dalam ayat tersebut….
Nabi Muhammad SAW

2. Sebutkanlah macam-macam sumber hukum Islam……
Al-Qur’an, Al-Hadist, Ijma dan Qiyas
3. Sebutkan contoh-contoh keteladanan Rasullullah dalam periode Makkah Contoh dalam syariat : tidak ada lagi beban-beban yang berat yang dipikulkan kepada Bani Israil. Umpamanya: mensyari'atkan membunuh diri untuk sahnya taubat, mewajibkan kisas pada pembunuhan baik yang disengaja atau tidak tanpa membolehkan membayar diat, memotong anggota badan yang melakukan kesalahan, membuang atau menggunting kain yang kena najis


II. Tes Sikap
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Rasullullah SAW, memiliki strategi dalam berdakwah
2. Dakwah yang dilakukan Rasullullah SAW di Mekkah menggunakan cara-cara yang baik.
3. Akhlakul-Karimah adalah strategi dakwah Rasullullah SAW.
Dst ……………………………………………….
Keterangan : Skor Tes Sikap:
SS = Sangat Setuju = 50
S = Setuju = 40
TS = Tidak Setuju = 10
STS = Sangat Tidak Setuju = 0












c. Kegiatan Akhir (Penutup)
11. Guru meminta agar para siswa sekali lagi tentang hikmah yang terkandung dalam keteladanan Rasulullah SAW sebagai penutup materi pembelajaran.
12. Guru meminta agar para siswa rajin mempelajari arti dan hikmah yang terkandung dalam keteladanan Rasulullah SAW.
13. Guru menutup / mengakhiri pelajaran tersebut dengan membaca hamdalah/doá.
14. Guru mengucapkan salam kepada para siswa sebelum keluar kelas dan siswa menjawab salam.





Mengetahui
Kepala Sekolah




Iswaldi, S.Pd
NBM. 914815 Pontianak, Juli 2013
Guru Bidang Studi




Sapri, S.Pd.I
NBM. 1115138
































Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelas XI Bab 2 Hidup Nyaman dengan Perilaku Jujur

Tari Lenggang Patah Sembilan: Tari Klasik Kesultanan Serdang di Sumatra Utara

Metode dan Teknik Pembelajaran diposkan oleh Sapri