hasil belajar diposkan oleh Sapri
II.A. Hasil Belajar
II.A.1. Belajar
Belajar adalah
perubahan yang relatif
permanen pada
perilaku,
pengetahuan dan kemampuan berfikir
yang diperoleh
karena pengalaman
(Santrock, 2004). Pengalaman tersebut
dapat diperoleh dengan adanya interaksi
antara
seseorang dengan lingkungannya (Sardiman, 2000). Perubahan-perubahan
yang terjadi tidak karena perubahan fisik atau kedewasaan, tidak karena
kelelahan, penyakit atau pengaruh
obat-obatan, melainkan terjadi
sebagai akibat
interaksinya dengan lingkungannya. Perubahan tersebut haruslah bersifat
relatif
permanen
dan menetap, tidak berlangsung sesaat saja (Sadiman,
dkk 2005).
Sementara
itu Spears (dalam Sardiman, 2000) mengemukakan bahwa belajar itu
adalah mengobservasi, membaca, meniru,
mencoba sesuatu sendiri, mendengar,
dan mengikuti perintah.
II.A.2. Defenisi hasil belajar
Hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah
ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar
siswa pada hakikatnya adalah
perubahan
mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris yang berorientasi
pada proses belajar
mengajar yang dialami siswa (Sudjana, 2005).
Sementara
menurut
Gronlund (1985) hasil belajar
adalah suatu bagian pelajaran misalnya
suatu unit, bagian
ataupun bab tertentu
mengenai materi tertentu
yang telah
![](file:///C:/DOCUME~1/EMACHI~1/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
![](file:///C:/DOCUME~1/EMACHI~1/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif)
![](file:///C:/DOCUME~1/EMACHI~1/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image003.gif)
berhubungan dengan tujuan instruksional dan pengalaman belajar
yang dialami
siswa; sebagaimana
dituangkan dalam bagan 1:
Bagan.1
Hubungan Tujuan Instruksional, Pengalaman
Belajar, dan Hasil Belajar
Tujuan Instruksional
a
c
Pengalaman
belajar b Hasil belajar
(Sumber:
Sudjana, 2005).
Bagan ini menggambarkan
unsur yang terdapat
dalam proses belajar
mengajar.
Hasil belajar dalam
hal ini berhubungan dengan tujuan instruksional
dan pengalaman belajar. Adanya tujuan instruksional merupakan
panduan tertulis
akan perubahan perilaku
yang diinginkan pada diri siswa (Sudjana, 2005),
sementara pengalaman belajar meliputi apa-apa
yang dialami siswa baik itu
kegiatan
mengobservasi, mengobservasi, membaca, meniru, mencoba
sesuatu
sendiri, mendengar, mengikuti perintah
(Spears, dalam Sardiman, 2000).
Sistem pendidikan nasional dan rumusan
tujuan pendidikan; baik tujuan
kurikuler
maupun tujuan instruksional pada umumnya menggunakan klasifikasi
hasil belajar Bloom
yang secara garis besar membaginya
menjadi tiga ranah,
ranah kognitif, afektif,
dan psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil
belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni: knowledge (pengetahuan),
comprehension (pemahaman), aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Kedua
termasuk
kognitif tingkat tinggi.
Ranah afektif berkenaan dengan
sikap yang
terdiri
dari lima aspek,
yakni: penerimaan, jawaban
atau reaksi, penilaian,
organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar
keterampilan dan kemampuan bertindak
yang terdiri atas enam aspek,
yakni:
gerakan
refleks, keterampilan gerakan dasar,
kemampuan perseptual,
keharmonisan atau ketepatan, gerakan
keterampilan kompleks, dan gerakan
ekspresif dan interpretatif (Sudjana,
2005).
Dari uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah
perubahan
pada kognitif, afektif
dan konatif sebagai
pengaruh pengalaman belajar
yang dialami siswa baik berupa suatu bagian,
unit, atau bab materi tertentu
yang
telah diajarkan. Dalam penelitian ini aspek yang di ukur adalah
perubahan pada
tingkat kognitifnya saja.
II.A.3. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Djamarah (2003)
menyatakan bahwa berhasil
atau tidaknya seseorang
dalam belajar disebabkan oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu dan
faktor
dari luar individu.
Clark (dalam Sabri 2005) mendukung hal tersebut
dengan
menyatakan bahwa 70% hasil belajar
siswa di sekolah
dipengaruhi oleh
kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi
lingkungan.
Djamarah,
2002) adalah:
1. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan siswa.
Dalam lingkunganlah
siswa hidup
dan berinteraksi. Lingkungan yang mempengaruhi hasil belajar
siswa dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Lingkungan alami
Lingkungan alami adalah lingkungan tempat siswa berada
dalam arti
lingkungan fisik.
Yang termasuk lingkungan alami adalah lingkungan
sekolah, lingkungan tempat tinggal dan lingkungan bermain.
b. Lingkungan sosial
Makna lingkungan dalam hal ini adalah interaksi
siswa sebagai makhluk
sosial, makhluk
yang hidup bersama
atau homo socius. Sebagai anggota
masyarakat, siswa tidak bisa melepaskan
diri dari ikatan
sosial. Sistem
sosial yang berlaku dalam masyarakat tempat siswa tinggal
mengikat
perilakunya untuk tunduk pada norma-norma sosial,
susila, dan hukum.
Contohnya ketika anak berada di sekolah, ia menyapa guru dengan sedikit
membungkukkan tubuh atau memberi salam.
2. Faktor instrumental
Setiap penyelenggaraan pendidikan memiliki tujuan instruksional yang
hendak dicapai.
Untuk mencapai tujuan
tersebut diperlukan seperangkat
kelengkapan atau instrumen dalam
berbagai bentuk dan jenis. Instrumen
dalam pendidikan dikelompokkan menjadi:
|
|
|
Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Sebagai contoh, gedung
sekolah yang dibangun atas ruang kelas,
ruang konseling, laboratorium,
auditorium, ruang
OSIS akan memungkinkan untuk
pelaksanan berbagai
program di sekolah tersebut. Fasilitas mengajar merupakan kelengkapan
mengajar guru yang harus disediakan oleh sekolah. Hal ini merupakan
kebutuhan guru yang harus
diperhatikan. Guru harus memiliki buku
pegangan, buku penunjang, serta alat peraga yang sudah harus tersedia
dan
sewaktu-waktu dapat digunakan sesuai dengan metode pembelajaran yang
akan dilaksanakan. Fasilitas mengajar sangat
membantu guru dalam
menunaikan tugas mengajar di sekolah.
d. Guru
Guru merupakan
penyampai bahan ajar kepada siswa yang membimbing
siswa dalam proses penguasaan ilmu pengetahuan di sekolah. Perbedaan
karakter, kepribadian, cara mengajar yang berbeda pada masing-masing
guru,
menghasilkan kontribusi yang berbeda
pada proses pembelajaran.
Sementara faktor-faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar adalah:
1. Fisiologis
Merupakan faktor
internal yang berhubungan dengan proses-proses yang
terjadi
pada jasmaniah.
a. Kondisi fisiologis
Kondisi fisiologis umunya sangat berpengaruh terhadap kemampuan
belajar individu.
Siswa dalam keadaan lelah akan berlainan belajarnya
dari
siswa dalam keadaan tidak lelah.
b. Kondisi panca indera
Merupakan kondisi
fisiologis yang dispesifikkan pada kondisi indera.
Kemampuan untuk melihat, mendengar, mencium, meraba, dan merasa
mempengaruhi
hasil belajar. Anak yang memilki hambatan
pendengaran
akan sulit menerima pelajaran apabila
ia tidak menggunakan alat bantu
pendengaran.
2. Psikologis
Faktor psikologis merupakan faktor dari dalam diri individu yang
berhubungan dengan
rohaniah. Faktor psikologis yang mempengaruhi hasil
belajar adalah:
a. Minat
Minat adalah
suatu rasa lebih
suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal
atau aktivitas, tanpa ada yang memerintahkan. Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar
diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut,
semakin besar minat.
b. Kecerdasan
Kecerdasan berhubungan dengan kemampuan siswa untuk
beradaptasi,
menyelesaikan masalah dan
belajar dari pengalaman
kehidupan.
Kecerdasan dapat diasosiasikan dengan intelegensi. Siswa dengan nilai IQ
yang tinggi
umumnya mudah menerima
pelajaran dan hasil belajarnya
cenderung baik.
c. Bakat
Bakat adalah
kemampuan bawaan yang merupakan
potensi yang masih
perlu dilatih
dan dikembangkan. Bakat
memungkinkan seseorang
untuk
mencapai prestasi
dalam bidang tertentu.
d. Motivasi
Motivasi
adalah suatu kondisi psikologis yang mendorong
seseorang untuk
melakukan sesuatu.
e. Kemampuan
kognitif
Ranah kognitif
merupakan kemampuan intelektual yang berhubungan
dengan
pengetahuan, ingatan, pemahaman dan
lain-lain.
siswa dipengaruhi oleh lima faktor, yakni: a) bakat belajar,
b) waktu yang tersedia
untuk belajar, c) waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, d)
kualitas
pengajaran, dan e) kemampuan individu. Empat faktor
(a, b, c, dan d)
berkenaan dengan kemampuan individu dan
faktor d adalah faktor lingkungan.
II.A.4. Jenis-jenis hasil belajar
Bloom (dalam
Sudjana 2005) membagi hasil belajar dalam tiga ranah,
yakni ranah kognitif, ranah afektif dan
ranah psikomotoris.
a. Ranah kognitif
Ranah ini berkenaan dengan
hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek,
yakni:
1) Pengetahuan (knowledge)
Tipe hasil pengetahuan termasuk
kognitif tingkat rendah.
Namun, tipe
hasil belajar ini menjadi prasyarat
bagi tipe hasil belajar yang berikutnya.
Hal ini berlaku bagi semua bidang
studi pelajaran. Misalnya
hafal suatu
rumus akan menyebabkan paham bagaimana mengguankan rumus
tersebut;
hafal kata-kata akan memudahkan dalam membuat
kalimat.
2) Pemahaman
Pemahaman dapat dilihat dari kemampuan individu dalam menjelaskan
sesuatu
masalah atau pertanyaan.
20
3) Aplikasi
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi
pada situasi kongkret
atau situasi
khusus. Abstraksi tersebut
mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.
Menerapkan abstraksi
ke dalam situasi
baru disebut aplikasi. Mengulang-
ulang menerapkannya pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan
hafalan
atau keterampilan.
4) Analisis
Analisis adalah
usaha memilih suatu integritas menjadi
unsur-unsur atau
bagian-bagian sehingga
jelas hierarkinya dan atau susunannya. Analisis
merupakan kecakapan
yang kompleks, yang memanfaatkan
kecakapan
dari ketiga tipe sebelumnya.
5) Sintesis
Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh
disebut sintesis. Berpikir sintesis
adalah berpikir divergen
dimana
menyatukan unsur-unsur
menjadi integritas.
6) Evaluasi
Evaluasi adalah pemberian keputusan
tentang nilai sesuatu yang mungkin
dilihat
dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan
metode, dll.
b. Ranah afekif
Ranah afektif
berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar
afektif
tampak pada siswa dalam berbagai tingkah
laku seperti perhatiaannya
terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar,
menghargai guru, kebiasaan
belajar,
dan hubungan sosial.
21
c. Ranah
psikomotoris
Hasil belajar
psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu.
II.A.5. Tes hasil belajar
Tes dari wujud fisik adalah sekumpulan
pertanyaan atau tugas yang harus
dijawab
atau dikerjakan yang akan memberikan informasi
mengenai aspek
psikologis tertentu berdasarkan jawaban,
cara dan hasil subjek dalam melakukan
atau menjawab tugas tersebut (Azwar,
1996). Tes yang dipakai untuk merekam
kemajuan
siswa selama pengajaran disebut tes formatif. Tes ini disusun
untuk
mengukur
sampai di mana suatu bagian pelajaran tertentu sudah dikuasai
oleh
siswa,
misalnya suatu unit ataupun bab tertentu dalam buku pelajaran. Tes ini
dapat berupa pertanyaaan kuis atau tes mengenai unit pelajaran. Tes ini
menekankan pada pengukuran semua
hasil pengajaran yang dimaksudkan untuk
dicapai
dan memakai hasil tes untuk memperbaiki pengajaran dan tidak semata-
mata untuk memberi nilai (Gronlund, 1985).
Tujuan tes ini adalah untuk
mengidentifikasi keberhasilan dan kegagalan
siswa belajar, sehingga
dapat
dilakukan penyesuaian dalam proses belajar
mengajar.
Penelitian ini lebih ditekankan untuk melihat hasil belajar pada ranah
kognitif khususnya pengetahuan (knowledge) yang telah disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran
Kurikulum 2006. Hal ini didasarkan pada waktu pemberian
tes hasil belajar
yang singkat, yaitu selama 20 menit pada akhir jam pelajaran
biolog
22
II.B. Media Pembelajaran Audio-Visual
II.B.1. Defenisi media pembelajaran
Media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar
mengajar.
Istilah
media merupakan bentuk
jamak dari medium
yang secara harfiah
berarti
tengah,
perantara atau pengantar
(Arsyad, 2004). Association of Education and
Communication Technology (AECT) membatasi media sebagai segala bentuk dan
saluran
yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi (dalam
Sadiman,
2005). Sementara Olson (dalam Miarso, 2004) mendefinisikan medium
sebagai
teknologi untuk menyajikan, merekam, membagi, dan mendistribusikan
simbol melalui rangsangan indera tertentu, disertai
penstrukturan informasi.
Selanjutnya Briggs (dalam Sadiman, 2005) berpendapat bahwa
media adalah
segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk
belajar,
contohnya buku, film, kaset, dan lain-lain. Secara lebih khusus,
pengertian
media dalam proses belajar mengajar
cenderung di artikan
sebagai alat-alat grafis,
photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun
kembali informasi visual atau verbal (Gerlach & Ely, dalam Arsyad, 2004).
Istilah pembelajaran memiliki arti perencanaan atau perancangan (desain)
sebagai
upaya untuk membelajarkan siswa.
Oleh karena itu, pembelajaran
memusatkan perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa dan bukan
apa
yang dipelajari siswa”
dengan kata lain memperhatikan cara mengorganisasikan
pembelajaran, cara menyampaikan isi pembelajaran dan penataan interaksi
antara
sumber-sumber belajar yang ada, agar dapat berfungsi
secara optimal (Uno,
2006). Pada hakikatnya
istilah pembelajaran digunakan untuk menunjukkan
usaha
23
pendidikan yang dilaksanakan secara
sengaja, dengan
tujuan yang ditetapkan
terlebih
dahulu sebelum proses
dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali.
Pada pembahasan
tentang media istilah media pendidikan dan media
pembelajaran pada beberapa literatur menunjukkan makna yang sama dan dapat
digunakan secara bergantian (Miarso,
2004).
Gagne (dalam Miarso, 2004) menyatakan bahwa media pendidikan adalah
berbagai
jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa
untuk belajar. Sementara
itu Briggs mengemukakan bahwa media pembelajaran
adalah sarana untuk memberikan perangsangan bagi si belajar agar proses belajar
terjadi. Selanjutnya Miarso (2004) menyatakan
bahwa media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang
pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan dan terkendali.
Secara
umum media pembelajaran mempunyai
kegunaan-kegunaan
sebagai berikut (Miarso, 2004):
1. Media mampu memberikan rangsangan
yang bervariasi kepada otak, sehingga
otak dapat
berfungsi secara optimal.
Penelitian yang dilakukan oleh Sperry menunjukkan bahwa perangsangan
dengan audio-visual mempengaruhi kerja otak sebelah dan sebelah kanan,
sehingga
otak berfungsi secara optimal.
2. Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh siswa.
Pengalaman yang dimiliki tiap siswa berbeda-beda. Kehidupan keluarga dan
masyarakat sangat menentukan pengalaman yang dimiliki. Ketersediaan buku
24
dan bacaan lain, kesempatan bepergian
adan sebagainya adalah
faktor yang
menentukan kekayaan
pengalaman anak. Jika dalam mengkongkritkan suatu
materi ajar, siswa tidak mungkin untuk dibawa ke objek yang dipelajari maka
objek yang
dibawa ke siswa melalui media.
3. Media dapat melampaui batas ruang kelas.
Banyak hal yang tak mungkin untuk dialami
secara langsung di dalam kelas,
karena:
a) Objek yang terlalu
besar – dapat digantikan dengan
realita, gambar,
film
atau model.
b) Objek yang kecil – di bantu dengan proyektor mikro, mikroskop, film atau
gambar.
c) Gerak yang terlalu
lambat atau terlalu
cepat, dapat dibantu
dengan
timelapse.
d) Kejadian
atau peristiwa yang terjadi di masa lalu dapat ditampilkan lagi
lewat
rekaman film, video, maupun foto.
e) Objek yang terlalu
kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan
dengan
model atau diagram.
f) Bunyi-bunyi yang amat halus atau memaksimalkan suara pengajar di kelas
yang besar
dapat dilakukan dengan adanya media.
g) Konsep
yang terlalu luas, dan rintangan-rintangan dalam mempelajari
pelajaran misalnya: peristiwa
gunung berapi, gempa bumi, iklim,
kehidupan singa, atau ikan dapat divisualisasikan dalam bentuk film,
gambar dan lain-lain.
25
4. Media memungkinkan adanya interaksi langsung
antara siswa
dan
lingkungannya.
5. Media menghasilkan keseragaman pengamatan.
Pengamatan yang dilakukan
bisa bersama-sama diarahkan
kepada hal-hal
yang dimaksudkan
oleh guru.
6. Membangkitkan keinginan dan minat
baru.
7. Media membangkitkan
motivasi dan merangsang untuk belajar.
8. Media memberikan
pengalaman yang integral
atau menyeluruh dari sesuatu
yang kongkret
maupun abstrak. Sebuah
film atau serangkaian foto dapat
memberikan
imajinasi yang kongkret
tentang wujud, ukuran,
lokasi, dan
sebagainya.
9. Media memberikan
kesempatan untuk belajar
mandiri, pada tempat,
waktu
serta kecepatan yang ditentukan sendiri.
10. Media meningkatkan kemampuan keterbacaan baru (new literacy) yaitu
kemampuan untuk membedakan dan menafsirkan objek, tindakan,
dan
lambang yang tampak, baik yang dialami
maupun buatan manusia
yang
terdapat
dalam lingkungan.
11. Media mampu meningkatkan efek sosialisasi, yaitu dengan meningkatkan
kesadaran akan dunia sekitar.
12. Media dapat meningkatkan kemampuan ekspresi diri siswa maupun guru.
26
II.B.2. Jenis-jenis media pembelajaran
Perkembangan media pembelajaran mengikuti perkembangan teknologi.
Berdasarkan perkembangan teknologi. Menurut
Ashby (dalam Miarso,
2004)
perkembangan media telah menimbulkan empat kali revolusi dunia
pendidikan.
Revolusi
pertama terjadi puluhan
abad yang lalu,
yaitu pada saat orang tua
menyerahkan pendidikan anak-anaknya kepada orang lain yang berprofesi
sebagai
guru; revolusi kedua terjadi dengan digunakannya bahasa tulisan sebagai
sarana
utama pendidikan; revolusi
ketiga timbul dengan tersedianya media cetak yang
merupakan
hasil penemuan mesin dan teknik
percetakan; dan revolusi keempat
berlangsung dengan meluasnya penggunan media elektronik.
Seels dan Richey (dalam Arsyad, 2004) membagi media pembelajaran
dalam empat kelompok, yaitu:
1. Media hasil teknologi
cetak.
Media hasil teknologi cetak adalah cara untuk menghasilkan atau
menyampaikan
materi melalui proses
pencetakan mekanis atau fotografis.
Kelompok media hasil teknologi
cetak meliputi teks, grafik, foto, dan
representasi fotografik. Materi cetak dan visual merupakan
pengembangan dan
penggunaan kebanyakan
materi pengajaran
lainnya. Teknologi
ini
menghasilkan materi
dalam bentuk salinan
tercetak, contohnya buku teks,
modul, majalah, hand-out, dan lain-lain.
2. Media hasil teknologi
audio-visual.
Media hasil teknologi audio-visual menghasilkan atau menyampaikan materi
dengan menggunakan mesin–mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan
27
pesan-pesan audio dan visual. Contohnya
proyektor film, televisi,
video, dan
sebagainya.
3. Media hasil teknologi berbasis komputer.
Media hasil teknologi berbasis
komputer merupakan cara menghasilkan atau
menyampaikan
materi dengan menggunakan sumber-sumber yang berbasis
mikro-prosesor. Berbagai
jenis aplikasi teknologi berbasis komputer dalam
pengajaran umumnya dikenal
sebagai computer-assisted instruction
(pengajaran
dengan bantuan komputer).
4. Media hasil teknologi
gabungan.
Media hasil teknologi gabungan
adalah cara untuk menghasilkan atau
menyampaikan
materi yang menggabungkan beberapa bentuk media yang
dikendalikan oleh komputer. Perpaduan
beberapa teknologi ini dianggap
teknik yang paling canggih. Contohnya:
teleconference.
II.B.3. Definisi
media pembelajaran audio-visual
Media Pembelajaran Audio-Visual merupakan media
yang menyampaikan
materi dengan menggunakan mesin–mesin mekanis
dan elektronik untuk
menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Contohnya
proyektor film, televisi,
video,
dan sebagainya. Salah satu jenis
media pembelajaran audio-visual adalah
video (Seels dan Richey dalam Arsyad, 2004).
Seiring dengan perkembangan teknologi
bentuk video berubah dari bentuk
kaset (perekaman dalam pita magnetik) hingga berbentuk piringan
plastik atau
disc. Video Compact
Disc (VCD) adalah sistem penyimpanan dan perekaman
28
video di mana signal audio-visual direkam pada disket plastik,
bukan pada pita
magnetik
(Arsyad, 2004). VCD merupakan piringan
tipis yang terdiri
dari
informasi
dalam bentuk video dan audio. VCD digunakan oleh industri hiburan
untuk menyimpan dan memainkan
film dan dalam pendidikan berisi informasi
seperti sebuah ensiklopedia. VCD dibuat dari plastik bening yang dilapisi dengan
material
photosensitive yang tipis. Diameternya 12 cm (atau 5 inci). Sebuah VCD
terdiri dari sejumlah seri microscopic pits yang dimasukkan dengan menggunakan
laser. Seiring perkembangan teknologi ada hal baru yang disebut
compression
technology, dengan teknologi
ini, informasi yang tepat
dapat disimpan dan di
transfer dari
disc, dengan jumlah yang
lebih banyak.
Teknologi ini
memungkinkan untuk memproduksi
generasi baru dalam media penyimpanan
optik yang dikenal
sebagai Digital Video
Disc (DVD) (Miller, Lawrence G., and
Baldwin, R. Alan, 2006).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka media pembelajaran audio-visual
dapat dinyatakan sebagai
alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan
isi materi pengajaran yang berupa perangkat keras yang memberikan penekanan
pada pengalaman konkrit atau nonverbal melalui
mata dan telinga
dalam proses
belajar. Dalam penelitian ini media pembelajaran audio-visual yang digunakan
adalah media video, yang diputar
dengan menggunakan perangkat keras yaitu
VCD pembelajaran biologi
yang diterbitkan oleh PUSTEKKOM, VCD
Player,
dan televisi sebagai monitor.
29
II.B.4. Keuntungan dan keterbatasan media pembelajaran audio-visual
Media audio-visual memilki sejumlah keuntungan sebagaimana pada
beberapa
poin kegunaan media
pembelajaran yang telah diutarakan sebelumnya.
Secara lebih khusus
ada beberapa keuntungan media pembelajaran
audiovisual
yang belum tentu dimilki media
pembelajaran lainnya.
Keuntungan penggunaan media pembelajaran audio-visual, antara lain (Arsyad,
2004):
1. Dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa ketika mereka
membaca, berdiskusi, berpraktek, dan lain-lain. Dapat menampilkan tayangan
yang merupakan pengganti alam sekitar dan
bahkan dapat menunjukkan obyek
yang secara normal tidak dapat dilihat,
seperti cara kerja
jantung ketika
berdenyut dan dapat pula menyajikan peristiwa
yang berbahaya bila dilihat
langsung seperti lahar gunung berapi.
2. Dapat menggambarkan suatu proses secara
tepat yang dapat
disajikan secara
berulang-ulang.
3. Selain mendorong dan meningkatkan motivasi,
media pembelajaran audio-
visual dapat
membentuk sikap
dan perilaku siswa. misalnya tayangan
mengenai dampak lingkungan kotor
terhadap diare,
membuat siswa
menunjukkan sikap
negatif terhadap lingkungan kotor, dan muncul
perilaku
membuang
sampah pada tempatnya.
4. Mengandung nilai-nilai yang dapat mengundang pemikiran
dan pembahasan
dalam kelompok siwa.
30
5. Dapat digunakan dalam kelompok besar atau kelompok
kecil, kelompok
heterogen
maupun perorangan.
6. Dapat mempersingkat gambaran kejadian
normal. Misalnya peristiwa
metamorfosis kupu-kupu yang sesungguhnya terjadi
dalam waktu beberapa
hari dapat ditayangkan dalam beberapa menit.
Sedangkan keterbatasan penggunaan media pembelajaran audio-visual antara
lain:
a. Pengadaan media pembelajaran
audio-visual umumnya membutuhkan
biaya yang
mahal.
b. Pada saat penayangan, gambar-gambar bergerak
terus sehingga tidak
semua siswa
mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan
melalui
media.
c. Video yang tesedia
untuk penayangan audio visual tidak selalu sesuai
dengan kebutuhan
dan tujuan belajar
yang diinginkan; kecuali
video
itu dirancang dan diproduksi khusus untuk memenuhi tujuan
pembelajaran tertentu.
Dalam usaha
menggunakan media dalam proses belajar
mengajar, perlu
diberikan sejumlah pedoman sebagai berikut (Miarso, 2004).:
1. Tidak ada suatu media yang terbaik
untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran. Masing-masing jenis
media mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Oleh karena
itu pemanfaatan kombinasi
dua atau lebih
media
akan lebih
mampu membantu tercapainya tujuan
pembelajaran.
31
2. Penggunaan media harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai. Dengan
demikian pemanfaatan media harus menjadi
bagian integral
dari penyajian pelajaran.
3. Penggunaan media harus mempertimbangkan kecocokan ciri media dengan
karakteristik
materi pelajaran yang disajikan.
4. Penggunaan media harus disesuaikan dengan
bentuk kegiatan belajar
yang
akan dilaksanakan seperti belajar secara klasikal, belajar
dalam kelompok
kecil,
belajar secar individual, atau
belajar mandiri.
5. Penggunaan media harus disertai persiapan
yang cukup seperti
mempreview
media yang akan dipakai,
mempersiapkan berbagai
peralatan yang dibutuhkan
di ruang kelas sebelum
dimulai dan sebelum peserta
masuk. Dengan cara ini
pemanfaatan media
diharapkan tidak akan mengganggu
kelancaran proses
belajar
mengajar dan mengurangi waktu belajar.
6. Peserta didik perlu disiapkan sebelum media
pembelajaran digunakan agar
mereka dapat mengarahkan perhatian
pada hal-hal yang penting selama
penyajian
dengan media langsung.
7. Penggunaan media harus diusahakan agarsenantiasa melibatkan partisipasi
aktif peserta didik.
II.C. Pelajaran Biologi
Kata biologi
berasal dari bahasa Yunani,
bios yang artinya hidup dan logos
yang berarti ilmu. Jadi, biologi
adalah cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau
sains yang mempelajari khusus
tentang seluk beluk kehidupan. Cakupan
kajian
32
biologi
meliputi makhluk hidup,
zat-zat penyusun tubuh makhluk hidup,
zat,
energi yang dibutuhkan makhluk hidup, dan segala
hal yang berkaitan
dengan
kehidupan yang ada di permukaan bumi
(Prawirohartono, 2004).
Biologi berkaitan dengan cara mencari
tahu dan memahami alam secara
sistematis, sehingga biologi bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan
suatu proses penemuan.
Pendidikan Biologi diharapkan dapat menjadi
wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya
(dalam
Kurikulum,
2004).
Dikarenakan objek kajiannya sangat luas, yaitu mulai dari organisme
tidak
kasat mata hingga kasat mata, tidaklah
cukup hanya dengan
menggunakan alat
indera saja, tetapi perlu bantuan
berbagai alat. Dengan bantuan berbagai
alat atau
teknologi, banyak hal yang selama ini dipandang sebagai
rahasia alam, semakin
terbuka dan semakin mudah dipahami (Prawirohartono,
2004). Untuk
mempermudah dalam memahami hubungan antara
fakta dan konsep
dalam
mempelajari Biologi,
hendaknya diadakan pengamatan baik langsung maupun
tidak langsung (Prawirohartono, 2004).
Dalam hal ini PUSTEKKOM selaku lembaga resmi yang menerbitkan
VCD pembelajaran yang telah disesuaikan dengan kurikulum nasional
memilki
sejumlah
VCD pembelajaran khususnya
pelajaran biologi dalam beberapa materi.
Salah satunya adalah topik sistem peredaran darah hewan.
33
II.C.1 Materi sistem peredaran darah hewan
Materi biologi
yang disajikan dalam penelitian ini adalah materi
bilogi kelas
XI tentang sistem peredaran darah pada
hewan, dengan
materi pokok:
Struktur dan alat peredaran darah pada hewan.
Pada Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan
2006
Standar
Kompetensi : Siswa mampu menganalisis sistem
organ pada
organisme
tertentu.
Kompetensi dasar : Mengaitkan struktur, fungsi, dan proses yang dapat
terjadi
pada sistem peredaran darah hewan.
Indikator: Mengidentifikasi struktur,
fungsi dan
proses sistem
peredaran darah pada hewan tertentu.
Menjelaskan struktur, fungsi dan proses sistem peredaran
darah (jantung dan pembuluh darah) pada hewan tertentu.
Pokok-pokok pembelajaran :
Sistem peredaran darah pada hewan
1. Sistem
transportasi cacing tanah
2. Sistem
transportasi serangga
3. Sistem
peredaran darah ikan
4. Sistem
peredaran darah katak
5. Sistem
peredaran darah reptil
6. Sistem
peredaran darah burung
Melalui bantuan
media pembelajaran
audio-visual berupa video,
siswa
dimungkinkan untuk melihat proses peredaran darah hewan dalam bentuk animasi
34
dalam keadaan bergerak
dan dipandu dengan
suara narator. Guru,
dalam hal ini
menggunakan media
sebagai alat bantu menagjar selain buku. Guru dapat
menghentikan tayangan untuk menjelaskan lebih lanjut atau mengulang-ulang
tayangan
pada bagian yang diperlukan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Dale (1950) bahwa video dapat
menayangkan sebuah intisari
objek, dan
memecahkan masalah dalam pengajaran sains yang dapat dihadirkan di kelas.
Penggunaan video dianggap lebih
efisien dibanding media lain dalam proses
mengajar menyangkut bahan ajar sains
seperti biologi.
II.D. Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Audio-Visual Terhadap
Hasil Belajar Biologi
Dalam suatu proses belajar
mengajar, dua unsur yang sangat
penting
adalah
metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling
berkaitan. Pemilihan
salah satu metode
mengajar tertentu akan mempengaruhi
jenis media pembelajaran yang sesuai (Arsyad,
2004). Kedua unsur ini terlebih
dahulu
disesuaikan dengan materi
yang hendak disampaikan. Keefektifan dan
efisiensi
dari media yang digunakan menjadi pertimbangan, dengan
tetap
memiliki tujuan
agar siswa mendapatkan pengalaman belajar yang paling
mendekati kongkret.
Biologi yang merupakan salah
satu mata pelajaran sains dengan objek
kajian
yang berhubungan dengan
kehidupan. Seorang guru sains membutuhkan
adanya bantuan media dalam penyampaian materi-materi biologi untuk
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
35
![](file:///C:/DOCUME~1/EMACHI~1/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
![](file:///C:/DOCUME~1/EMACHI~1/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image003.jpg)
membantu
keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan
dan isi
pelajaran, menyajikan data yang menarik
dan terpercaya, serta
membantu siswa
meningkatkan
pemahaman (dalam Arsyad, 2004).
Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu Dale (1969),
mengadakan klasifikasi pengalaman dalam bentuk
kerucut di mana yang paling
atas (puncak
kerucut) merupakan tingkat
yang paling abstrak
dan pada dasar
kerucut adalah tingkat yang paling konkrit,
yang kemudian dikenal dengan Dale’s
cones of experience (kerucut pengalaman Dale).
Gambar.1. Dale’s
cone of experience (kerucut pengalaman
Dale)
(Sumber: Diadaptasi dari Prinsip, 2006)
Dale (1950) mengurutkan bahwa pengalaman paling abstrak itu diperoleh
melalui pengalaman melalui simbol verbal, diikuti
dengan, pengalaman melalui
pendengaran seperti melalui radio, pengalaman melalui
simbol visual seperti slide,
pengalaman melalui
visual dan audio seperti menonton
film dan tayangan di
televisi, pameran
dan museum, karya
wisata, demonstrasi, partisipasi drama,
36
observasi, dan pengalaman langsung
pada tingkat yang paling konkret.
Dale
(dalam
prinsip, 2006) menambahkan bahwa individu akan cenderung mengingat
10% dari
apa yang ia baca, 20% dari apa yang ia dengar, 30% mengingat apa yang
ia lihat dan dengar dan 70% dari apa yang ia katakan (dengan adanya partisipasi
dalam diskusi atau presentasi) dan 90% dari apa yang ia katakan
dan lakukan
(melalui pengamatan langsung dan demonstrasi).
Tidak selamanya
dalam proses belajar mengajar
memungkinkan untuk
membawa
anak pada pengalaman
langsung. Melakukan praktikum
membutuhkan
waktu, biaya dan persiapan yang lebih banyak,
bahkan untuk melihat pameran,
atau karyawisata hanya dapat dilakukan
beberapa kali. Namun
untuk menyiasati
agar proses pengalaman tidak berada pada tingkat yang paling abstrak
yakni
pengalaman melalui simbol verbal,
maka guru dapat menggunakan
alat bantu
yang dapat menampilkan gambar bergerak, hal ini memberikan pengalaman yang
lebih konkret daripada
metode ceramah, gambar,
dan menggunakan radio.
Penggunaan video
yang merupakan salah satu alat yang dapat menghasilkan
tayangan
gambar bergerak dengan adanya suara menjadi pilihan
alat bantu dalam
proses belajar mengajar
yang dapat dipergunakan setiap hari. Sebagaimana
dikemukakan terdahulu bahwa
pemilihan salah satu jenis metode mengajar
tertentu
akan mempengaruhi jenis media pembelajaran
yang sesuai. Dale (dalam
Arsyad,
2004) mengemukakan bahwa penggunaan media audio-visual dapat
meningkatkan hasil belajar menjadi
karena melibatkan imajinasi, dan
meningkatkan motivasi belajar siswa.
37
Media video sebagai
salah satu jenis dari media pembelajaran dapat
menjadikan makna materi yang daiajarkan lebih jelas sehingga
dapat lebih
dipahami siswa dan memungkinkannya menguasai dan
mencapai tujuan
pembelajaran dengan lebih baik (Sudjana dan Rivai dalam Arsyad, 2004).
Mendukung
hal tersebut, Dale (dalam Arsyad,
2004) menyatakan bahwa
peningkatan hasil belajar terjadi,
karena penggunaan media video meningkatkan
motivasi
belajar siswa dan membuat siswa melibatkan imajinasi dalam proses
belajarnya. Dalam pembelajaran biologi,
siswa dapat langsung
melihat bentuk
atau proses materi
melalui video yang ditayangkan. Siswa dapat melihat
proses
transportasi darah dalam tubuh
yang telah direkam,
dapat melihat kelangsungan
ekosistem
di Afrika, Asia dan sebagainya. Dengan
melihat langsung, siswa
mendapat
gambaran yang sesungguhnya, dan materi yang disaksikan secara
langsung
melalui video dapat diingat lebih lama daripada
materi yang hanya
diterima
siswa melalui ceramah (dalam metode, 2006).
Penelitian yang dilakukan oleh Sperry menunjukkan bahwa perangsangan
dengan audio-visual mempengaruhi kerja otak sebelah
dan sebelah kanan,
sehingga
otak berfungsi secara
optimal. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa
belahan
otak sebelah kiri mengatur pikiran
yang bersifat verbal,
rasional,
analitikal dan konseptual. Belahan
ini mengontrol bicara.
Belahan otak sebelah
kanan mengatur pikiran
yang besifat visual,
emosional, holistik, fisikal,
spasial
dan kreatif. Belahan
ini mengontrol tindakan. Pada suatu saat hanya salah satu
belahan
yang bersifat dominan;
kedua belahan tidak dapat dominan
secara
serentak. Rangsangan pada salah satu belahan saja secara berkepanjangan akan
38
menyebabkan ketegangan. Karena itu, sebagai
salah satu implikasi
dalam
pembelajaran adalah kedua belahan
otak perlu dirangsang bergantian dengan
rangsangan audio dan visual (dalam Miarso,
2004).
Temuan penelitian lain yang mengungkapkan kehandalan media
pembelajaran, diantaranya yang dilakukan oleh British Audio-Visual Association
bahwa pengetahuan yang dapat diingat
seseorang antara lain bergantung melalui
indera apa ia memperoleh
pengetahuannya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
subjek penelitian yang mendapat stimulus
secara audio-visual mampu mengingat
lebih baik daripada
yang mendapat stimulus
auditori saja atau visual saja.
Sehingga
bila dikaitkan dengan
proses belajar mengajar, maka sebaiknya
penyampaian bahan ajar diberikan baik melalui melalui
pendengaran maupun
penglihatan sekaligus, bahkan bila memungkinkan dan diperlukan, juga memberi
rangsangan melalui indera lain (Hernawan, 2002).
Dale (dalam Arsyad,
2004)
mengemukakan bahwa penggunaan media audio-visual dapat meningkatkan hasil
belajar
menjadi karena melibatkan imajinasi, dan meningkatkan motivasi belajar
siswa.
Penggunaan media, baik itu transparansi OHP, fim, video ataupun gambar
dalam proses belajar
mengajar, perlu diberikan
sejumlah pedoman seperti
mengkaji
apakah tujuan instruksional dapat di capai
atau tidak pada akhir
kegiatan.
Untuk keperluan tersebut
kita harus mempunyai alat yang dapat
mengukur
tingkat keberhasilan atau hasil belajar
siswa. Alat pengukur
ini
dikembangkan sebelum naskah program
media ditulis atau sebelum
kegiatan
belajar-mengajar dilaksanakan. Alat ini dapat berupa
tes, penugasan, ataupun
39
daftar cek prilaku.
Penilaian (evaluasi) ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
media yang anda buat tersebut dapat mencapai tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan
atau tidak. Sebagaimana bila dalam suatu hipotesis dikatakan
bahwa suatu media
dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik, maka evaluasi ini berfungsi untuk
membuktikan hipotesis tadi (Sadiman,dkk, 1996).
Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan dengan
memberikan tes hasil
belajar
bilogi. Hasil belajar
siswa yang mendapat pengajaran oleh guru dengan
bantuan
media video, dibandingkan dengan hasil belajar
siswa yang hanya
mendapat metode pengajaran konvensional
yakni metode ceramah.
II.E. HIPOTESA PENELITIAN
H0 : Tidak ada pengaruh penggunaan media pembelajaran audio-visual terhadap
hasil belajar biologi.
H1 :
Ada pengaruh penggunaan media pembelajaran audio-visual terhadap hasil
belajar
biologi.
40
Komentar
Posting Komentar