kelas X Bab 5 Meneladani Perjuangan Rasulullah SAW di Mekkah
Meneladani Perjuangan Rasulullah di Mekah
1 . Substansi dakwah Rasulullah di Mekah
a.
Kerasulan Nabi Muhammad saw. dan Wahyu
Pertama
Nabi
Muhammad saw. pertama kali diangkat menjadi rasul pada malam hari tanggal 17
Rama«an saat usianya 40 tahun. Malaikat Jibril datang untuk membacakan wahyu
pertama yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw., yaitu Q.S. al-‘Alāq.
Nabi Muhammad saw. diperintahkan membacanya, namun Rasulullah saw. berkata
bahwa ia tak bisa membaca. Malaikat Jibril mengulangi permintaannya, tetapi
jawabannya tetap sama. Kemudian, Jibril menyampaikan firman Allah Swt. yaitu Q.S.
al-‘Alāq/96:1-5 .
b.
Ajaran-Ajaran Pokok Rasulullah saw. di Mekah
1)
Aqidah
Rasulullah
saw. diutus oleh Allah Swt. untuk membawa ajaran tauhid. Masyarakat Arab
yang saat ia dilahirkan bahkan jauh sebelum ia lahir, hidup dalam praktik
kemusyrikan. Ia sampaikan kepada kaum Quraisy bahwa Allah Swt. Maha Pencipta.
Segala sesuatu di alam ini, langit, dan bumi. Ajaran keimanan ini, yang
merupakan ajaran utama yang diembankan kepada ia bersumber kepada wahyu-wahyu
Ilahi. Banyak sekali ayat al-Qur’ān yang memerintahkan beliau agar
menyampaikan keimanan sebagai pokok ajaran Islam yang sempurna. Allah Swt.
berfirman yang artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah Swt., Yang
Maha Esa. Allah Swt. tempat meminta segala sesuatu. (Allah Swt.) tidak beranak
dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”
(Q.S. al-Ikhlaś/112:1-4).
2)
Akhlak Mulia
Dalam
hal akhlak, Nabi Muhammad saw. tampil sebagai teladan yang baik (ideal). Sejak
sebelum menjadi nabi, ia telah tampil sebagai sosok yang jujur sehingga diberi
gelar oleh masyarakatnya sebagai al-Amin (yang dapat dipercaya). Selain
itu, Nabi Muhammad saw. merupakan sosok yang suka menolong dan meringankan
beban orang lain. Ia juga membangun dan memelihara hubungan kekeluargaan serta
persahabatan. Nabi Muhammad saw. tampil sebagai sosok yang sopan, lembut,
menghormati setiap orang, dan memuliakan tamu. Selain itu, Nabi Muhammad saw.
juga tampil sebagai sosok yang berani dalam membela kebenaran, teguh pendirian,
dan tekun dalam beribadah.
2. Strategi Dakwah Rasululah saw. di Mekah
Ada
dua tahapan yang dilakukan Rasulullah saw. dalam menjalankan misi dakwah
tersebut, yaitu dakwah secara sembunyi-sembunyi yang hanya terbatas di kalangan
keluarga dan sahabat terdekat dan dakwah secara terang-terangan kepada khalayak
ramai.
1.
Dakwah secara Rahasia/Diam-diam (al-Da’wah bi al-Sirr)
Pada
tahap ini, Rasulullah saw. memfokuskan dakwah Islam hanya kepada orang-orang
terdekat, yaitu keluarga dan para sahabatnya. Rumah Rasulullah saw (Dārul
Arqam) dijadikan sebagai pusat kegiatan dakwah. Di tempat itulah, ia
menyampaikan risalah-risalah tau¥i« dan ajaran Islam lainnya yang
diwahyukan Allah Swt. kepadanya. Rasulullah saw. secara langsung menyampaikan
dan memberikan penjelasan tentang ajaran Islam dan mengajak pengikutnya untuk
meninggalkan agama nenek moyang mereka, yaitu dari menyembah berhala menuju
penyembahan kepada Allah Swt. Karena sifat dan pribadinya yang sangat
terpercaya dan terjaga dari hal-hal tercela, tanpa ragu para pengikutnya, baik
dari kalangan keluarga maupun para sahabat menyatakan ketau¥i«an dan
keislaman mereka di hadapan Rasulullah saw.
Orang-orang
pertama (as-sābiqunal awwalμn) yang mengakui kerasulan Nabi Muhammad
saw. dan menyatakan keislamannya adalah: Siti Khadijah (istri), Ali bin Abi
°halib (adik sepupu), Zaid bin ¦ari¡ah (pembantu yang diangkat menjadi anak),
dan Abu Bakar Siddik (sahabat). Selanjutnya secara perlahan tapi pasti,
pengikut Rasulullah saw. makin bertambah. Di antara mereka adalah U¡man bin
Affan, Zubair bin Awwam, Said bin Abi Waqas, Abdurrahman bin ‘Auf, °aha bin
Ubaidillah, Abu Ubaidillah bin Jarrah, Fatimah bin Khattab dan suaminya Said
bin Zaid al-Adawi, Arqam bin Abil Arqam, dan beberapa orang lainnya yang
berasal dari suku Qurasy.
Bagaimana
ajaran Islam bisa diterima dan dianut oleh mereka yang sebelumnya terbiasa
dengan adat-istiadat masyarakat Arab yang begitu mengakar kuat? Bagaimana
mereka meyakini agama baru yang dibawa oleh Rasulullah saw. sebagai agama
paling benar dan sempurna kemudian menjadi pemeluknya? Bagaimana pula reaksi
orang-orang yang mengetahui bahwa mereka telah meninggalkan agama nenek moyang,
yaitu menyembah berhala?
Jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan tersebut di antaranya adalah seperti berikut.
a.
Pribadi Rasulullah saw. yang begitu luhur dan agung. Tidak pernah ia melakukan
hal-hal yang tercela dan hina. Ia adalah pribadi yang sangat jujur dan amanah (al-Amin),
sabar, bijaksana, dan lemah-lembut dalam menyampaikan ajakan serta ajaran
Islam.
b.
Ajaran Islam yang rasional, logis, dan universal, menghargai hak-hak
asasi manusia, memberikan hak yang sama, keadilan, dan kepastian hidup setelah
mati
c.
Menyempurnakan ajaran-ajaran sebelumnya, yaitu ajaran-ajaran yang dibawa oleh
para rasul terdahulu berupa penyembahan terhadap Allah Swt., berbuat baik
terhadap sesama, menjaga kerukunan, larangan perbuatan tercela seperti
membunuh, berzina dan lain sebagainya.
d.
Kesadaran akan tradisi dan kebiasaan-kebiasaan lama yang begitu jauh dari
nilai-nilai ketuhanan dan nilai-nilai kemanusiaan.
Berdakwah
secara diam-diam atau rahasia (al-Da’wah bi al-Sirr) ini dilaksanakan
Rasulullah saw. selama lebih kurang tiga tahun. Setelah memperoleh pengikut dan
dukungan dari keluarga dan para sahabat, selanjutnya Rasulullah saw. mengatur
strategi dan rencana agar ajaran Islam dapat diajarkan dan disebarluaskan
secara terbuka.
2.
Dakwah secara Terang-terangan (al-Da’wah bi al-Jahr)
Dakwah
secara terang-terangan (al-Da’wah bi al-Jahr) dimulai ketika Rasulullah
saw. menyeru kepada orang-orang Mekah. Ia berdiri di atas sebuah bukit dan
berteriak dengan suara lantang memanggil mereka. Beberapa keluarga Quraisy
menyambut seruannya. Kemudian, ia berpaling kepada sekumpulan orang sambil
berkata, “Wahai orang-orang! Akankah kalian percaya jika saya katakan bahwa
musuh Anda sekalian telah bersiaga di sebelah bukit (Śafa) ini dan
berniat menyerang nyawa dan harta kalian?” Mereka menjawab, “Kami tak mendengar
Anda berbohong sepanjang hayat kami.” Ia lalu berkata, “Wahai bangsa Qurasy!
Selamatkanlah dirimu dari neraka. Saya tak dapat menolong Anda di hadapan Allah
Swt. Saya peringatkan Anda sekalian akan siksaan yang pedih!” Ia menambahkan,
“Kedudukan saya seperti penjaga, yang mengamati musuh dari jauh dan segera
berlari kepada kaumnya untuk menyelamatkan dan memperingatkan mereka tentang
bahaya yang akan datang.”
Seriring
dengan itu, turun pula wahyu Allah Swt. agar Rasulullah saw. melakukannya
secara terang-terangan dan terbuka. Mengenai hal tersebut, Allah Swt.
berfirman, yang artinya: “Maka sampaikanlah (Muhammad) secara
terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari
orang yang musyrik.” (Q.S. Al-¦ijr/15:94). Baca pula firman Allah dalam Q.S.
Asy-Syua’ara/26:214-216.
Berdasarkan
ayat-ayat di atas, Rasulullah saw. yakin bahwa sudah saatnya ia dan para
pengikutnya untuk menyebarluaskan ajaran Islam secara terbuka dan
terang-terangan. Dengan dukungan istrinya Siti Khadijah, paman yang setia
membelanya, yaitu Abu Talib, serta para sahabat dan pengikutnya yang setia
ditambah pula dengan keyakinan bahwa Allah Swt. senantiasa menyertai,
dimulailah dakwah suci ini. Pertama-tama dakwah dilakukan kepada sanak
keluarga, kemudian kepada kaumnya, dan penduduk Kota Mekah yang saat itu
penyembahan berhala begitu kuat.
Dengan
semangat kerasulannya serta keyakinan akan kebenaran ajaran Ilahi, gerakan
dakwah Rasulullah saw. makin tersebar luas. Teman, sahabat, bahkan orang yang
tidak dikenalnya, baik dari kalangan bangsawan terhormat maupun dari golongan
hamba sahaya banyak yang mendengar dan memahami ajaran Islam, kemudian memeluk
agama Islam dan beriman kepada Allah Swt. Rasulullah saw. makin tegas, lantang
dan berani, tetapi tetap komitmen terhadap tugas, fungsi dan wewenangnya
sebagai rasul utusan Allah Swt.
3. Reaksi Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah saw.
Ada
beberapa alasan mengapa kaum kafir menolak dan menentang ajaran yang dibawa
Rasulullah saw, diantaranya adalah sebagai berikut.
1.
Kesombongan dan Keangkuhan
Bangsa
Arab jahiliah dikenal sebagai bangsa yang sangat angkuh dan sombong.
Mereka menganggap bahwa semua yang telah mereka lakukan adalah sesuatu yang
benar. Mereka menganggap mereka tidak salah dengan apa yang mereka lakukan.
Kesombongan mereka tercermin dari sya’ir-sya’ir yang mereka buat,
terutama kesombongan kaum Quraisy yang merasa suku mereka yang paling terhormat
dan paling berpengaruh. Mereka memandang bahwa mereka lebih mulia dan tinggi
derajatnya dari golongan bangsa Arab lainnya. Mereka tidak menerima ajaran
persamaan hak dan derajat yang dibawa Islam. Oleh karenanya, mengakui dan
menerima ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw. akan menurunkan dan
menjatuhkan derajat dan martabat serta mengancam kedudukan mereka.
2.
Fanatisme Buta terhadap Leluhur
Kebiasaan
yang telah mengakar kuat dan turun-temurun dalam melaksanakan penyembahan berhala
dan kemusyrikan lainnya, menyebabkan mereka sangat sulit menerima ajaran tau¥i«
dan menyembah Allah Swt. yang Ahad.
Kebiasaan tersebut sudah mengkristal dan berakar, mereka sangat sulit diberikan
pemahaman bertau¥i«. Tuhan bagi mereka diwujudkan dalam bentuk berhala-berhala
yang mereka buat sendiri sejak ratusan tahun lalu. Fanatisme terhadap
ajaran leluhur jelas-jelas telah menenggelamkan mereka ke dalam kesesatan yang
nyata.
Fakta
tersebut ditegaskan oleh Allah Swt. dalam firmannya: “Dan apabila dikatakan
kepada mereka, “Marilah (mengikuti) apa yang diturunkan Allah Swt. dan
(mengikuti) Rasul.” Mereka menjawab, “Cukuplah bagi kami apa yang kami dapati
nenek moyang kami (mengerjakannya).” Apakah (mereka akan mengikuti) juga nenek
moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan
tidak (pula) mendapat petunjuk?” (Q.S. al- Mā’idah/5:104)
3.
Eksistensi dan Persaingan Kekuasaan
Penolakan
mereka terhadap ajaran Rasulullah saw. secara politis dapat melemahkan
eksistensi dan pengaruh kekuasaan mereka. Jika merena menerima Rasulullah saw.
dengan ajaran yang dibawanya, tentu saja akan berakibat pada lemahnya pengaruh
dan kekuasaan mereka. Kekuasaan dan pengaruh yang selama ini mereka dapatkan
dengan menghalalkan berbagai cara, tentu sangat bertolak belakang dengan ajaran
Rasulullah saw. Itulah sebabnya, mereka “mati-matian” mempertahankan eksistensi
dan keberadaan meraka untuk menolak Rasulullah saw
4. Contoh-Contoh Penyiksaan Quraisy terhadap Rasulullah saw. dan Para Pengikutnya
Berikut
adalah contoh-contoh penyiksaan kafir Qurasiy terhadap Rasulullah saw.
dan para pengikutnya.
1.
Suatu hari, Abu Jahal melihat Rasulullah saw. di Śafa, ia mencerca dan
menghina tapi tidak ditanggapi oleh Rasulullah saw. dan ia beranjak pulang.
Kemudian, Abu Jahal pun bergabung dengan kelompoknya kaum Quraisy di samping
Ka’bah. Mendengar kejadian tersebut, Hamzah, paman Rasulullah saw., marah
seraya bangkit mencari Abu Jahal. Ia kemudian menemukan Abu Jahal yang sedang
duduk di samping Ka’bah dengan kelompoknya kaum Quraisy. Tanpa banyak bicara,
ia langsung mengangkat busur dan memukulkannya ke kapala Abu Jahal hingga
tengkoraknya terluka. “Engkau mencerca dia (Rasulullah saw.), padahal aku sudah
memeluk agamanya. Aku menempuh jalan yang ia tempuh. Jika mampu, ayo, lawan
aku!” tantang Hamzah.
2.
Suatu hari, Uqbah bin Abi Mu’i¯ melihat Rasulullah saw. ber¯awaf, lalu
menyiksanya. Ia menjerat leher Rasulullah saw. dengan sorbannya dan menyeret ke
luar masjid. Beberapa orang datang menolong Rasulullah saw. karena takut kepada
Bani Hasyim.
3.
Penyiksaan lain dilakukan oleh pamannya sendiri, yaitu Abu Lahab dan istrinya
Ummu Jamil yang tiada tara kejinya.
Rasulullah saw. bertetangga dengan mereka. Mereka tak pernah berhenti
melemparkan barang-barang kotor kepadanya. Suatu hari mereka melemparkan
kotoran domba ke kepala Nabi. Sekali lagi Hamzah membalasnya dengan menimpakan
barang yang sama ke kepala Abu Lahab.
4.
Quraisy memboikot kaum muslimin
Kaum
Quraisy memutuskan segala bentuk hubungan perkawinan dan perdagangan dengan
Bani Hasyim. Persetujuan pemboikotan ini dibuat dalam bentuk piagam,
ditandatangani bersama dan digantungkan di Ka’bah. Peristiwa ini terjadi pada
tahun ke-7 kenabian dan berlangsung selama tiga tahun. Pemboikotan ini
mengakibatkan kelaparan, kemiskinan, dan kesengsaraan bagi kaum muslim. Untuk
meringankan penderitaan kaum muslimin, mereka pindah ke suatu lembah di luar
Kota Mekah.
Pertemuan kedua
5. Perjanjian Aqabah
Pada
musim ziarah tahun berikutnya, datanglah 12 orang penduduk Ya¡rib
menemui Nabi Muhammad saw. di Aqabah. Di tempat ini mereka berikrar
kepada Nabi yang kemudian dikenal dengan Perjanjian Aqabah I. Pada
Perjanjian Aqabah I ini, orang-orang Ya¡rib berjanji kepada Nabi untuk
tidak menyekutukan Tuhan, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh
anak-anak, tidak mengumpat dan memfitnah, baik di depan atau di belakang,
jangan menolak berbuat kebaikan. Siapa mematuhi semua itu akan mendapat pahala
surga dan kalau ada yang melanggar, persoalannya kembali kepada Allah Swt.
Selanjutnya,
Nabi menugaskan Mus’ab bin Umair untuk membacakan al- Qurān, mengajarkan
Islam serta seluk-beluk agama Islam kepada penduduk Ya¡rib. Sejak itu, Mus’ab
tinggal di Ya¡rib. Jika musim ziarah tiba, ia berangkat ke Mekah dan
menemui Nabi Muhammad saw. Dalam pertemuan itu, Mus’ab menceritakan
perkembangan masyarakat muslim Ya¡rib yang tangguh dan kuat. Berita ini sungguh
menggembirakan Nabi dan menimbulkan keinginan dalam hati Nabi untuk hijrah ke
sana.
Pada
tahun 622 M, peziarah Ya¡rib yang datang ke Mekah berjumlah 75 orang,
dua orang di antaranya perempuan. Kesempatan ini digunakan Nabi melakukan
pertemuan rahasia dengan para pemimpin mereka. Pertemuan Nabi dengan para
pemimpin Ya¡rib yang berziarah ke Mekah disepakati di Aqabah pada
tengah malam pada hari-hari Tasyriq (tidak sama dengan hari Tasyriq yang
sekarang). Malam itu, Nabi Muhammad saw. ditemani oleh pamannya, Abbas bin
Abdul Mu¯alib (yang masih memeluk agama nenek moyangnya) menemui orang-orang
Ya¡rib. Pertemuan malam itu kemudian dikenal dalam sejarah sebagai Perjanjian
Aqabah II. Pada malam itu, mereka berikrar kepada Nabi sebagai berikut, “Kami
berikrar, bahwa kami sudah mendengar dan setia di waktu suka dan duka, di waktu
bahagia dan sengsara, kami hanya akan berkata yang benar di mana saja kami
berada, dan di jalan Allah Swt. ini kami tidak gentar terhadap ejekan dan
celaan siapapun.”
6. Peristiwa Hijrah Kaum Muslimin
1.
Hijrah ke Abisinia (Habsyi)
Untuk
menghindari bahaya penyiksaan, Nabi Muhammad saw. menyarankan para pengikutnya
untuk hijrah ke Abisinia (Habsyi). Para sahabat pergi ke Abisinia dengan
dua kali hijrah. Hijrah pertama sebanyak 15 orang; sebelas orang
laki-laki dan empat orang perempuan. Mereka berangkat secara sembunyi-sembunyi
dan sesampainya di sana, mereka mendapatkan perlindungan yang baik dari Najasyi
(sebutan untuk Raja Abisinia). Ketika mendengar keadaan Mekah telah aman,
mereka pun kembali lagi. Namun, mereka kembali mendapatkan siksaan melebihi
dari sebelumnya. Karena itu, mereka kembali hijrah untuk yang kedua
kalinya ke Abisinia (tahun kelima dari kenabian atau tahun 615 M). Kali ini
mereka berangkat sebanyak 80 orang laki-laki, dipimpin oleh Ja’far bin Abi
Thalib. Mereka tinggal di sana hingga sesudah Nabi hijrah ke Ya¡rib
(Madinah). Peristiwa hijrah ke Abisinia ini dipandang sebagai hijrah pertama
dalam Islam.Peristiwa hijrah ke Abisinia ini sungguh tidak menyenangkan
kaum Quraisy dan menimbulkan kekhawatiran yang sangat besar. Ada dua hal yang
dikhawatirkan oleh kaum Quraisy, yaitu: pertama, kaum muslimin akan dapat
menjalin hubungan yang luas dengan masyarakat Arab; kedua, kaum muslimin akan
menjadi kuat dan kembali ke Mekah untuk menuntut balas.
2. Hijrah ke Madinah
Peristiwa
Ikrar Aqabah II ini diketahui oleh orang-orang Quraisy. Sejak itu
tekanan, intimidasi, dan siksaan terhadap kaum muslimin makin meningkat.
Kenyataaan ini mendorong Nabi segera memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk hijrah
ke Ya¡rib. Dalam waktu dua bulan saja, hampir semua kaum muslimin, sekitar
150 orang telah berangkat ke Ya¡rib. Hanya Abu bakar dan Ali yang masih menjaga
dan membela Nabi di Mekah. Akhirnya, Nabi pun hijrah setelah mendengar
rencana Quraisy yang ingin membunuhnya.
Nabi
Muhammad saw. dengan ditemani oleh Abu Bakar berhijrah ke Ya¡rib.
Sesampai di Quba, 5 km dari Ya¡rib, Nabi beristirahat dan tinggal di sana
selama beberapa hari. Nabi menginap di rumah Umi Kalsum bin Hindun. Di halaman
rumah ini Nabi membangun sebuah masjid. Inilah masjid pertama yang dibangun
pada masa Islam yang kemudian dikenal dengan Masjid Quba. Tak lama kemudian,
Ali datang menyusul setelah menyelesaikan amanah yang diserahkan Nabi kepadanya
pada saat berangkat hijrah.
Ketika
Nabi memasuki Ya¡rib, ia dielu-elukan oleh penduduk kota itu dan menyambut
kedatangannya dengan penuh kegembiraan. Sejak itu, nama Ya¡rib diganti dengan Madinatun
Nabi (Kota Nabi) atau sering pula disebut dengan Madinatun Munawwarah (Kota
yang Bercahaya). Dikatakan demikian karena memang dari sanalah sinar Islam
memancar ke seluruh penjuru dunia.
7. Perilaku
yang dapat diteladani dari perjuangan dakwah Rasulullah saw. pada periode Mekah
di antaranya adalah seperti berikut.
1. Memiliki Sikap Tangguh
Dalam
upaya meraih kesuksesan, diperlukan sikap tangguh dan pantang menyerah
sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. ketika ia berjuang
memberantas kemusyrikan. Sikap tangguh dalam kehidupan sehari-hari, baik
di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat di antaranya. seperti
berikut.
a.
Menggunakan waktu untuk belajar dengan sungguh-sungguh agar mendapatkan
prestasi yang tinggi.
b. Secara
terus-menerus mencoba sesuatu yang belum dapat dikerjakan sampai ditemukan
solusi untuk mengatasinya.
c.
Melaksanakan segala peraturan di sekolah sebagai bentuk pengamalan sikap
disiplin dan tanggung jawab.
d.
Menjalankan segala perintah agama dan menjauhi larangannya dengan penuh
keikhlasan.
e. Tidak
putus asa ketika mengalami kegagalan dalam meraih suatu keinginan. Jadikanlah
kegagalan sebagai cambuk agar tidak mengalaminya lagi di kemudian hari.
2. Memiliki Jiwa Berkorban
Perhatikan
bagaimana para pahlawan yang berjuang untuk kemerdekaan bangsa ini! Selain
mereka berjuang dengan tangguh dan pantang menyerah, merela rela mengorbankan
apa saja untuk kemerdekaan bangsa ini. Perngorbanan mereka tidak hanya berupa
harta, keluarga yang ditinggalkan, bahkan mereka rela meregang nyawa untuk
memperjuangkan kemerdekaan beragama dan berbangsa.
Oleh
karena itu, janganlah pernah merasa pernah berjuang tanpa memberikan
pengorbanan yang berarti. Perilaku yang mencerminkan jiwa berkorban dalam
kehidupan sehari-hari misalnya seperti berikut.
1.
Menyisihkan waktu sebaik mungkin untuk kegiatan yang bermanfaat.
Hal
ini penting mengingat waktu yang kita miliki sangatlah terbatas. Jika waktu
yang kita gunakan lebih banyak untuk kegiatan yang percuma, siap-siaplah untuk
menyesal karena waktu yang telah lewat tidak akan kembali lagi. Misalkan karena
kamu tidak belajar dengan sungguh-sungguh sementara kamu ingin lulus dengan
nilai yang tinggi, kamu akan menyesal karena mendapatkan nilai yang rendah dan
harus mengulang lagi.
2.
Mendahulukan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.
Kepentingan
bersama di atas segala-galanya. Itulah kalimat yang sering diungkapkan oleh
kebanyakan manusia. Akan tetapi, kenyataannya belum tentu demikian. Kebanyakan
manusia lebih mengutamakan kepentingan pribadinya daripada kepentingan orang
banyak. Sebagai orang yang beriman, tentu kita tidak boleh termasuk ke dalam
golongan orang yang demikian. Rasulullah saw. mencontohkan, bagaimana ketika ia
hendak berbuka puasa dengan sepotong roti, sementara ada orang yang datang
untuk meminta roti tersebut karena sangat kelaparan, dan Rasul memberikan roti
tersebut kepada orang itu.
Dalam
kehidupan sehari-hari, perilaku yang dapat kita lakukan dalam hal ini misalkan
antre saat berada di tempat umum, seperti: di bank, loket pembayaran,
berkendara di lampu lalu lintas ketika warna merah menyala, dan lain
sebagainya.
3. Menyisihkan sebagian harta
untuk membantu orang lain yang membutuhkan.
Dalam harta kita terdapat sebagian hak orang lain yang
membutuhkannya. Islam mengajarkan bahwa bersedekah itu tidak akan mengurangi
harta sedikit pun, bahkan ia
Komentar
Posting Komentar