Khotbah Idul Fitri Ciri Ketakwaan Sebagai Refleksi Kemenangan Sejati di Hari yang Fitri Khutbah Pembukaan

Khotbah Idul Fitri
Ciri Ketakwaan Sebagai Refleksi Kemenangan Sejati di Hari yang Fitri
Khutbah Pembukaan

اَللهُ أَكْبَرُ – اَللهُ أَكْبَرُ – اَللهُ أَكْبَرُ – اَللهُ أَكْبَرُ – اَللهُ أَكْبَرُ – اَللهُ أَكْبَرُ – اَللهُ أَكْبَرُ – اَللهُ أَكْبَرُ – اَللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ, صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ. وَأَعَزَّ جُنْدَهُ, وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ, لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ.  اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّ لِنَهْتَدِيَ لَوْلاَ أَنْ هَدَانَا اللهُ وَمَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةَ عَبْدٍ لَمْ يَخْشَ إِلاَّ اللهَ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ اخْتَارَهُ اللهُ وَاصْطَفَاهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّم ْعَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ, أَمَّا بَعْدُ :

فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُواْ اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ, وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ وَعِيْدٌ كَرِيْمٌ, أَحَلَّ اللهُ لَكُمْ فِيْهِ الطَّعَامَ وَحَرَّمَ عَلَيْكُمْ فِيْهِ الصِّيَامَ فَهُوَ يَوْمُ تَسْبِيْحٍ وَتَحْمِيْدٍ وَتَهْلِيْلٍ وَتَعْظِيْمٍ وَتَمْجِيْدٍ فَسَبِّحُوْا رَبَّكُمْ وَعَظِّمُوْاهُ وَتُوْبُوْا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوْاهُ.

Allahu Akbar 3X Walillaahilhamdu.
Hadirin/t Rahimakumullah.
Puji syukur layak terpanjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan yang Maha Agung, Tuhan yang menguasai kerajaan langit dan bumi yang tidak pernah berhenti mencurahkan rahmat-Nya untuk kita semua. Allahlah yang telah menganugerahkan fajar cerah di pagi ini, yang memancarkan sinarnya, menghampar ke segala penjuru bumi, sinar yang menghembuskan hawa kebahagiaan hingga wajah-wajah kita terlihat begitu menawan dengan senyuman kebahagiaan dan hati kitapun terasa begitu damai dan tenteram. Inilah dampak kemenangan yang telah kita raih, kemenangan atas hawa nafsu, namun di antara semua itu hikmah dari kemenangan yang terpenting bagi kita adalah keberhasilan meraih pakaian taqwa yang menjadikan kita begitu mulia di sisi Allah SWT.

Hadirin/t Rahimakumullah
Idul Fitri, adalah hari besar yang kita rayakan, inilah hari yang telah sanggup menghalangi manusia dari berbagai perbuatan mudharat. Hari ini pula tindak kriminalitas menurun secara drastis.
Orientasi keduniaan kita, yang cenderung menghiasi kehidupan kita, di ruang-ruang kerja, di kantor, di tempat hiburan, di pusat-pusat perbelanjaan, di darat dan di laut juga untuk sementara waktu kita tinggalkan. Kebisingan kota, hilir mudik kendaraan di jalanan, untuk sejenak juga lengang berganti dengan riuh suara takbir, tahmid dan tahlil.

الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر, ولله الحمد

Hadirin/t Rahimakumullah
Di hari yang penuh berkah ini, dunia dipenuhi kedamaian dalam keindahan nuansa silaturahim. Saling berbagi dan saling menyapa menghias di tengah gema takbir, tahmid dan tahlil yang terus berkumandang. Itulah pekik kemenangan kita, setelah berpuasa sebulan penuh, tidak hanya sekedar  mengalahkan hawa nafsu perut kita dan hawa nafsu syahwat kita, akan tetapi lebih dari itu kita telah berhasil memenangkan, dgn orientasi ukhrawi kita atas syahwat duniawi kita.

Hadirin/t Rahimakumullah
Sebagai orang yang beriman kepada Allah, tentu kita memahami bahwa segala anugerah dan nikmat yang kita rasakan di hari raya ini, tidak terjadi begitu saja. Allah SWT jualah yang telah menghendaki kemenangan kita ini, Allah jugalah yang telah menghendaki hadirnya rasa bahagia di hati kita ini, Allah pulalah yang telah menghendaki kelapangan di dada kita ini hingga kita menjadi begitu pemurah dan mudah memaafkan kesalahan orang lain, Allah pulalah yang menghendaki hadirnya rasa haru di hati kita, tatkala membayangkan wajah-wajah orang yang kita kasihi tidak lagi bersama kita di hari yang penuh bahagia ini. Bagi sanak famili yang jauh, Alhamdulillah dengan kecanggihan alat komunikasi di era modern ini kita dapat berkomunikasi dengan orang-orang tercinta kita dengan erat walau tangan ini tak sanggup untuk menjabat.

الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر, ولله الحمد

Hadirin/t Rahimakumullah

Marilah kita merefleksi dan merenungkan sejenak kemenangan dari hasil perjuangan yang Allah anugerahkan kepada kita melalui Ramadhan yang insya Allah kita sanggup untuk mempertahankannya dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai ciri ketaqwaan kita. Di antara kemenangan itu adalah:

1. Kemurahan Hati Kita yang Mengalahkan Sifat Kikir dan Tamak

Ketamakan dan kekikiran adalah sisi buruk dari perilaku manusia yang mendatangkan kemudharatan. Inilah sumber malapetaka sosial yang melanda umat negeri ini. Ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang melanda negeri ini telah memporak-porandakan pranata sosial di tengah-tengah masyarakat.
Terlebih dalam keadaan sekarang ini kehidupan ekonomi serba susah penganguran semakin bertambah tingkat kemiskinan semakin meningkat ditambah lagi harus memikul beban hidup dan belanja rumah tangga dgn harga yg melambung tinggi yang akan menambah penderitaan rakyat. Maka dengan zakat, infaq, shadaqah yang tepat sasaran, untuk berbagi kebahagia dihari raya ini, memang sangat bermanfaat bagi mereka yang sangat2 membutuhkan. Nah, inilah kemurahan hati kita yang Mengalahkan Sifat Kikir dan Tamak

2. Keikhlasan Kita yang Mengalahkan Sifat Riya

Mukhlisin adalah golongan orang-orang yang Allah SWT begitu ridha dengan mereka. Namun seikhlas-ikhlasnya dalam setiap amal tidak boleh sedikitpun merasa aman dari penyakit riya. Di sinilah peran kesabaran dalam ketaatan menjalankan perintah Allah SWT. Kesabaran adalah proses puncak menuju maqam mukhlisin. Puasa mengajarkan kita tentang bagaimana sebuah amal yang kita kerjakan hanya diketahui oleh Allah SWT.

Keadaan kita berpuasa atau keadaan kita tidak berpuasa menjadi rahasia antara kita dengan Allah semata. Inilah hikmah penting ibadah puasa yang kita lakukan. Melalui puasa sebulan penuh, Allah men-tarbiyah kita untuk belajar meluruskan niat dalam ber-ibadah agar tak tersusupi oleh sifat riya, ujub dan sum’ah. Riya menjadi penyebab rusaknya amal seseorang hingga tidak bernilai sama sekali di sisi Allah SWT.

Bahkan Rasulullah SAW menyampaikan kekhawatirannya di depan para sahabat dengan Sabdanya,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ ». قَالُوا وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « الرِّيَاءُ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا جُزِىَ النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمْ اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِى الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً »

 “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan akan menimpa kalian adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya, “Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “(Syirik kecil adalah) riya’. Allah Ta’ala berfirman pada mereka yang berbuat riya’ pada hari kiamat ketika manusia mendapat balasan atas amalan mereka: ‘Pergilah kalian pada orang yang kalian tujukan perbuatan riya’ di dunia. Lalu lihatlah apakah kalian mendapatkan balasan dari mereka?’ (HR. Ahmad ).

Tidak ada seorangpun yang dapat merasa aman dari perbuatan syirik kecil ini. bahkan para sahabat seperti Abu Bakar dan Umar bin Khaththab tidak merasa aman dari riya apalagi kita yang banyak disibukkan oleh perkara-perkara dunia.

Penyakit riya amatlah berbahaya karena riya menjangkiti seseorang bukan dalam keadaan seseorang melakukan maksiat tetapi justru ketika kita sedang melakukan amal shalih. Selain itu bila seseorang yang beriman Allah dalam melakukan amal shalihnya ternodai oleh sifat riya, berarti terdapat dalam dirinya satu bagian dari sifat-sifat kaum munafiqun.

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا

“sesungguhnya orang-orang munafiq itu menipu Allah. Dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka (kaum munafiq) berdiri mengerjakan shalat, maka mereka berdiri dalam keadaan malas dan riya di hadapan manusia dan tidaklah mereka mengingat Allah kecuali sedikit sekali”. (QS. An-Nisaa’: 142)

Puasa adalah ibadah sirriyyah (tersembunyi) antara hamba dengan Khaliqnya. Di sinilah kita diajarkan untuk mengalahkan sifat riya. Berbeda dengan shalat yang dapat dilihat dari gerakannya, zakat yang nampak dari pemberiannya, dan haji yang nampak dari manasiknya. Banyak dari kalangan ahli ibadah melakukan amal kebajikan, dan ketika ditimbang justru sama sekali tidak membuat mizan itu bergerak. Hal ini dikarenakan amal ibadahnya ternodai oleh sifat riya

Untuk itu hadirin yang berbahagia
Perbaikilah selalu niat kita dalam beramal, landasilah dengan keikhlasan.

Firman Allah SWT:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus…” (QS. Al-Bayyinah: 5)

3. Pengendalian Diri Kita yang Mengalahkan Sifat Menuruti Hawa Nafsu

Bulan Ramadhan yang telah berlalu, memberikan latihan berharga terhadap seluruh unsur dalam diri kita. Yaitu unsur  jasad, ruh, hati dan harta kita telah kita arahkan menuju kemaslahatan bagi diri kita dan orang lain.
Amalan ibadah puasa kita, telah membuat hawa nafsu kita lebih stabil dan terkendali. Kita berharap semoga semua anggota tubuh yang telah kita kendalikan itu akan menjadi saksi yang akan membela kita di hadapan Allah, pengadilan Qadhi Rabbul Jalil.

Ingatlah firman Allah SWT:

يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka, terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. QS. An Nur: 24.

Inilah tiga hal di antara sekian banyak kemenangan yang telah kita capai di bulan Ramadhan dengan sebuah harapan semoga Allah memberi kemudahan kepada kita untuk mempertahankannya di hari-hari selanjutnya.
Diakhir khotbah ini khotib mengajak. mari kita saling maaf memaafkan dengan bersalam salaman antara sesama kita bersama atau kepada orang yàng selama ini selalu bermusuhan dengan kita. Mari kita saling bersilaturahim dgn kunjung mengunjungi. Berziara kepada orang yg lebih tua. Kepada guru. Kepada sesepuh. Dan orang2 yg perlu kita ziarahi. Mari kita pererat tali persaudara kita sesama umat islam. Kita hapus segala perselihan dan kesalahfahaman kemudian kita ganti dengan saling pengertian dan kasih sayang. Sehingga benar2 terasalah makna hari raya idul fitri yang kita sambut pada hari ini.

Demikianlah khutbah ini khotib sampai, semoga ini menjadi bahan renungan bagi kita semuanya dan menjadikan kita semakin yakin dan percaya diri untuk menjadi manusia paripurna atau insan kamil dengan kemenangan ini.

Marilah kita akhiri pertemua kita kali ini dengan berdoa kepada Allah SWT agar amal ibadah kita selama bulan Ramadhan diterima di sisi Allah SWT, dan kita berhasil meraih derajat takwa.

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَحْمَدُكَ وَنَسْتَعِيْنُكَ وَنَسْتَهْدِيْكَ وَنَعُوْذُ بِكَ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْكَ وَنُثْنِيْ عَلَيْكَ الْخَيْرَ كُلَّهُ نَشْكُرُكَ وَلاَ نَكْفُرُكَ وَنَخْلَعُ وَنَتْرُكُ مَنْ يَفْجُرُكَ اللَّهُمَّ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَلَكَ نُصَلِّيْ وَنَسْجُدُ وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ نَرْجُو رَحْمَتَكَ وَنَخْشَى عَذَابَكَ إِنَّ عَذَابَكَ الْجِدَّ بِالْكُفَّارِ مُلْحَقٌ.

اَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ بِالإِسْلاَمِ وَلَكَ الْحَمْدُ بِالإِيْمِانِ وَلَكَ الْحَمْدُ بِالْقُرْآنِ وَلَكَ الْحَمْدُ بِشَهْرِ رَمَضَانَ وَلَكَ الْحَمْدُ بِالأَهْلِ وَالْمَالِ وَالْمُعَافَاةِ لَكَ الْحَمْدُ بِكُلِّ نِعْمَةٍ أَنْعَمْتَ بِهَا عَلَيْنَا.

سُبْحَانَكَ لاَ نُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ فَلَكَ الْحَمْدُ حَتَّى تَرْضَى وَلَكَ الْحَمْدُ إِذَا رَضِيْتَ.

اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَإِنَّكَ خَيْرُالنَّاصِرِيْن وَافْتَحْ لَنَا فَإِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْلَنَافَإِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَإِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَإِنَّكَ خَيْرُالرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَامِنَ الْقَوْمَ الظَّالِمِيْنَ
 وَنَجِّنَامِن الْقَوْمِ الْجَاهِلِيْنَ وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الْمُنَافِقِيْنَ وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الْكَفِرِيْنَ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَلْنَا وَاِلَيْكَ اَنَبْنَاوَاِلَيْكَ الْمَصِيْر


اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا صِغَارًا.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنـَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ ونَبِيِّكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelas XI Bab 2 Hidup Nyaman dengan Perilaku Jujur

Tari Lenggang Patah Sembilan: Tari Klasik Kesultanan Serdang di Sumatra Utara

Metode dan Teknik Pembelajaran diposkan oleh Sapri