Peristiwa Qurban Sebagai Cerminan Ketauladanan 01/09/2017 di Masjid Raudhatul Jannah


Peristiwa Qurban Sebagai Cerminan Ketauladanan
01/09/2017 di Masjid Raudhatul Jannah
Oleh: Sapri M Idrus, S.Pd.I
اَللهُ أَكْبَرُ – اَللهُ أَكْبَرُ – اَللهُ أَكْبَرُ – اَللهُ أَكْبَرُ – اَللهُ أَكْبَرُ – اَللهُ أَكْبَرُ – اَللهُ أَكْبَرُ – اَللهُ أَكْبَرُ – اَللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ, صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ. وَأَعَزَّ جُنْدَهُ, وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ, لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّ لِنَهْتَدِيَ لَوْلاَ أَنْ هَدَانَا اللهُ وَمَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةَ عَبْدٍ لَمْ يَخْشَ إِلاَّ اللهَ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ اخْتَارَهُ اللهُ وَاصْطَفَاهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّم ْعَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ, أَمَّا بَعْدُ :
فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُواْ اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ,
Al-hamdulillah, marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah swt, yang pagi ini asma-Nya kita Agung dalam gema Takbir, Tahlil dan Tahmid, selawat serta salam marilah kita panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, berserta keluarga dan para sahabatnya.
Hadirin/t
Pagi ini dan selama dihari-hari tasyrik jutaan umat Islam diseluruh dunia dan umat Islam dari berbagai pelosok dunia berkumpul di Tanah Suci Mekkah. Tempat dimulainya Revolusi Islam dikibarkan sehingga merubah dunia menjadi penuh arti. Di tanah suci di padang Arofah mereka berkumpul mengenakan pakaian serba putih tanpa jahit lambang persamaan tauhid tanpa membedakan ras dan warna kulit. Mereka meneriakkan kalimat Takbir, Tahlil, dan Tahmid. Gemuruh suara itu membahana kesegala penjuru dunia. Memenuhi seisi alam raya. Bersambut bertaut-taut kalimat-kalimat yang memuji akan kebesaran Allah, keesaan dan segala pujian atas-Nya itu juga, memenuhi setiap rongga dada seorang muslim, memompa jantung mereka menjadi lebih kencang sehingga mengalirlah semangat keimanan, ketauhidan, dan kesediaan berkorban akan semakin deras. Keadaan seperti ini akan membuat hati dan keyakinan umat Islam akan semakin lebih mantap dan sebaliknya akan membuat hati orang-orang kafir, orang-orang musyrik, orang-orang munafiq, menjadi semakin kecut dan was-was.
Dalam suasana seperti ini segenap ingatan, pikiran dan perasaan kita terseret kebelakang pada peristiwa monumental ratusan tahun yang silam. Yang terjadi pada Bapak para Nabi yaitu Nabi Ibrahim As dan Putranya Ismail As. Sejarah telah menyebutkan batapa Ibrahim telah berusia lanjut, telah bertaburkan uban di kepala namun belum dikarunai seorang anakpu juga. lantas nabi Ibrahimpun bermunajat penuh harap agar dianugerahkan anak pengayom umat.
Permohonan Nabi Ibrahim dikabulkan oleh Allah swt, nabi Ibrahim lantas dikaruniai anak, Ismail namanya melalui Siti Hajar. Seorang rakyat jelata yang diambil sebagai istri keduanya. Tak pelak lagi, batapa sianak menjadi si mata wayang, ditimang dimanja dan dipuja sayang. Sayang seorang ayah kepada anak yang telah lama didambakan kian mengental. Tetapi kebahagian itu tidak berjalan lama, kesenangan tersentak, ketika tatkala nabi Ibrahim bermimpi mendapat perintah dari Allah swt, agar Nabi Ibrahim menyembelih putra kesayangannya. Sekalipun perintah tersebut terasa bagai petir menyambar disiang hari, namun Ibrahim menunduk pasrah mengikhlaskan hati, maka surat keputusan lantas dibacakan kepada Ismail. QS. As-Shaffat:102
قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ
"Wahai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu.
Keputusan ini diterima oleh Ismail dengan ikhlas dan lapang dada seraya berkata:
قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
"Wahai Ayahanda, kerjakanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu; insya Allah Ayahnda  akan mendapatkan Anaknda Termasuk orang-orang yang sabar".
Semua telah disiapkan keduanya telah menuju tempat yang telah dipastikan. Ditangan Ibrahim telah terpegang pisau setajam belatih, Ismailpun telah tergelatak berbaring pasrah siap dibikin mati, keduanya bertekad memenuhi amanat Zat yang Maha Suci, pisau lantas ditekankan dileher Ismail yang penuh ikhlas, tetapi secepat kilap Allah lantas mengantinya dengan seekor kibas, maka lepaslah Ibrahim dan Ismail dalam melaksanakan kewajibannya dan inilah peristiwa Qurban kedua dalam sejarah Qobil dan Habil.
Allahu Akbar 3x
Hadirin wal Hadirat yang berbahagia
Peristiwa ini adalah peristiwa sangat luar biasa, yang tidak terjadi secara kebetulan. Ia merupakan suatu peristiwa monumental Religius yang setiap tahun kita peringati. Suatu peristiwa yang sepantasnya kita jadikan sebagai Ibroh Mouizotil Hasanah dan cerminan ketauladanan karena didalamnya banyak mengandung nilai-nilai Filsafat yang dapat digali, suatu peristiwa yang penuh dengan makna simbolik yang ditayangkan Allah bagi seluruh hambanya agar bisa memetik manfaat dengan memahami arti pentingnya sebuah pengorbanan saling percaya dan saling mengerti akan posisi masing.
Bagi kita umat Islam di Indonesia peristiwa Qurban yang dilakukan oleh nabi Ibrahim dan Ismail pada ribuan tahun yang silam memiliki arti yang sangat strategis pada tahun ini saat dimana kita menghadapi berbagai macam persoalan bangsa, selayaknya peristiwa tersebut dapat dijadikan cerminan keteladanan atas peristiwa-peristiwa pahit yang menimpa bangsa ini seperti krisis ekonomi belum berlalu, penyakit sosial belum tersembuhkan, lantas harus lagi memikul beban hidup dan belanja rumah tangga dengan harga yang melambung tinggi yang akan menambah penderitaan rakyat.
Oleh karena itu dalam kesempatan yang sangat terbatas ini perkenankanlah kami untuk mengemukan beberapa makna simbolik yang terkandung dalam peristiwa Qurban tersebut sebagai berikut:
        Pertama bahwa peristiwa Qurban adalah salah satu bentuk ujian Allah swt kepada nabi Ibrahim dan keluarganya serta orang-orang yang beriman kepada Allah swt, karena setiap orang yang mengaku beriman kepada Allah, tidak akan dibiarkan begitu saja tanpa diuji keimanannya. Allah swt mengingatkan dalam QS. Al-AnKabut: 2-3

أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
Dapat dipahami bahwa hasil ujian itu akan dapat menentukan kualitas keimanan seseorang, maka bisa dikatakan bahwa semakin tinggi derajat seseorang, maka akan semakin berat pula ujian yang dihadapinya, maka hasilnya akan menentukan derajat dan kualitas keimanan seseorang.
     Kedua dalam pelaksanaan peristiwa  korban itu terdapat nilai kepatuhan yang tinggi sebagai wujud yang loyal kepada penguasa yang Tunggal yaitu Allah Rabbul Alamin, Zat  yang memiliki sifat Kemaha Besaran, Kemaha Agungan dan Kemaha Sucian. Kepatuhan yang lahir atas kesadaran akan Kemaha Besaran, Kemaha Agungan dan Kemaha Sucian itu akan membawa kepada konsep monoloyalitas yang menolak untuk tunduk kepada siapapun yang membelakangi Allah, sehingga terpupuklah rasa cinta atau mahabbah yang dalam kepada Kholikul Alam  yang pada gilirannya akan membentuk sikap yang rela berkorban.
Ketiga terjadinya dialog antara Ibrahim dan Ismail mengambarkan tentang bagaimana hubungan seorang ayah dan anak yang sangat intens (yang begitu dekatnya) sehingga keduanya sama-sama tahu diri dan tahu akan hak dan kewajiban mereka masing-masing.
Kesadaran semacam inilah yang seharusnya kita cermini dari lembaga terkecil di rumah tangga.
Hubungan antara anak dan orang tua dalam kehidupan rumah tangga misalnya, haruslah dapat saling mengerti akan posisi masing-masing sehingga proses pemahaman nilai-nilai spritual keagamaan dapat berjalan dengan wajar. Hal ini perlu mendapatkan perhatian dari semua kita karena sering kali tindak kejahatan dan kekerasan yang terjadi dilingkungan kita ini, dilakukan oleh mereka yang kering dari siraman nilai-nilai keagamaan. Maka rumah tangga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama untuk melakukan hal tersebut. Karena itu Allah mengingatkan kepada kita dalam firmannya:
يَااَيَّهاالَّذِيْنَ اَمَنُوْا قُوْااَنْفُسَكُمْ وَاهْلِكُم نَارًا
Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari naraka
Dari proses pendidikan rumah tangga (keluarga) yang baik, maka diharapkan akan lahirlah anak-anak yang berwatak Ismail dan orang tua, orang tua yang patut ditiru seperti Ibrahim as.
Ketiga peristiwa qurban ini merupakan simbolik rasa syukur atas nikmat yang telah kita peroleh. Begitulah Allah memperingatkan kita melalui firman-Nya:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
  فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah
Allah Akbar 3X
Hadirin  Hadirat rahimakumullah
Dari ketiga makna yang diuraikan ini para ahli mencoba untuk menarik nilai-nilai essensi yang sangat urgen dari peristiwa itu. Sehingga muncullah pemahaman bahwa qurban bukan hanya difahami sebagai menyembelih hewan ternak saja, akan tetapi qurban adalah kesediaan memberikan sesuatu yang nilai menfaatnya jauh lebih tinggi dan besar dari seekor sapi, kambing dan binatang ternak lainnya, yang cenderung hanya dinikmati sesaat. Pemikiran seperti ini dapat dimengerti karena essensi qurban itu adalah kesediaan untuk memberi dan berkurban bagi kemaslahatan yang lebih besar, sedangkan wujud suatu benda itu hanya jalan atau alat untuk mendapatkan nilai ketaqwaan.
Hadirin/t shalat ID rahimakumullah
Pemahaman yang khotib kemukakan ini memandang ibadah qurban dalam arti memotong hewan qurban adalah sebagai tanda cinta dan kepatuhan kita kepada Allah swt. Contoh yang diberikan itu merupakan pendekatan kepada kondisi sosial masyarakat Arab pada waktu itu yang banyak menumpuk kekayaan dalam bentuk ternak peliharaan. Maka untuk zaman ini ketika orang sudah banyak memupuk kekayaan dalam bentuk deposito, lembaran-lembaran saham, rumah-rumah mewah, kendaraan dan tanah perkebunan yang luas. Tentu qurban dalam bentuk binatang ternak tidaklah propesional atau sebanding dengan kekayaan dan nikmat yang diperolehnya.
Dalam kondisi bangsa kita sekarang ini badai krisis ekonomi belum saja berlalu,  penyakit sosial belum tersembuhkan, dan juga harga kebutuhan pokok yang melambung tinggi. Maka sekiranya para orang kaya, pejabat, anggota dewan,  hendaknya mau meringankan tangan dan mengikhlaskan hati untuk menyisihkan sebagian dari harta mereka untuk meringankan penderitaan rakyat kaum lemah. Nah, inilah sesungguhnya pengorbanan itu, dan inilah yang mereka maksud dengan pemahaman ayat secara kontekstual yaitu memahami pesan-pesan tersirat dan kandungan ayat secara batiniah dan melihat isinya.
Namun bagi mereka yang memahami ayat-ayat tersebut secara tekstual atau lahiriah yaitu apa yang tersurat saja kiranya tidak perlu dikesampingkan karena pemahaman tersebut untuk saat ini masih tetap relevan dengan kondisi, sebagian besar negara-negara muslim termasuk negara kita ini.
Korban seperti yang difahami sebagai penyembelihan hewan juga memiliki makna tersendiri:
Pertama: bahwa setiap muslim harus mampu menyingkirkan hawa nafsu hayawaniah (nafsu binatang) sebagaimana kita mengalirkan darah korban tersebut.
Kedua: setiap muslim tidak boleh mati secara stragis seperti matinya hewan kurban tersebut oleh karena setiap muslim harus menghargai darah saudarahnya sehingga tidak boleh sesamanya seperti mudahnya memunuh hewan kurban.
Ketiga: kita menyadari bahwa secara umum kondisi kesehatan umat Islam terutama yang hidup di negara-negara miskin, yang masih harus diperhatikan termasuk masalah gizi, oleh karena itu pembagian daging hewan kurban yang tepat sasaran adalah salah satu upaya peningkatan gizi umat melalui protein hewani walaupun setahun sekali secara masal.
Keempat: dengan menyaksikan pemotongan hewan kurban akan menimbulkan sifat keberanian (syajaah) yang sangat diperlukan dalam membelah kebenaran dan menegakan agama Allah, dengan kata lain; ummat Islam tidak boleh takut mati sekalipun sebagai syuhada dalam menegakan Li ila Kalimatullah karena takut mati adalah penyakit yang dapat menjadikan umat Islam dipandang kecil dan remeh.
Ada riwayat yang mengisahkan: Rasulullah saw pernah memberikan sinyelemen bahwa suatu saat umat Islam bagaikan buih yang hanyut kesana kemari dihempas ombak, lantas para sahabat bertanya mengapa demikian wahai Rasulullah, apakah jumlah kami sedikit, tidak jawab Rasulullah, jumlah kamu banyak tetapi kalian mempunyai penyakit yaitu cinta dunia dan takut mati.
Allahu Akbar 3x
Hadirin /t shalat Id yang berbahagia
Dari sisi manapun kita memahami pristiwa kurban dan ibadah kurban ini, tetap menunjukan betapa kaya dan dalamnya makna yang terkandung didalamnya, apa yang kami sampaikan di hari yang berbahagia ini tentu saja hanyalah sebagian yang dapat difahami saat ini, tetapi yang terpenting adalah bagaimana kita menjadikan sebagai cerminan di dalam kehidupan rumah tangga, lingkungan masyarakat, rukun tetangga, bahkan sampai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Akan tetapi pengorbanan yang paling penting adalah bagaimana kita bisa mengorbankan waktu untuk beribadah kepada Allah swt.
Demikian khotbah yang dapat khotib sampaikan semoga bermanfaat dan curahan Rahmat Hidayah dan Perlindungan dari Allah swt, Amin,
أقَوْلِيْ هَذَاَأَسْتَغْفِرُ اللهَ  لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Khotbah kedua
الله اَكْبَر - الله اَكْبَر- الله اَكْبَر- الله اَكْبَر- الله اَكْبَر- الله اَكْبَر- الله اَكْبَر
Mengakhiri khotbah kita pada kesempatan ini, marilah kita bersama-sama memusatkan ingatan kita kepada Allah seraya mengangkat tangan dan memohon do’a ke hadirat-Nya.
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَإِنَّكَ خَيْرُالنَّاصِرِيْن وَافْتَحْ لَنَا فَإِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْلَنَافَإِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَإِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَإِنَّكَ خَيْرُالرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَامِنَ الْقَوْمَ الظَّالِمِيْنَ
وَنَجِّنَامِن الْقَوْمِ الْجَاهِلِيْنَ وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الْمُنَافِقِيْنَ وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الْكَفِرِيْنَ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَلْنَا وَاِلَيْكَ اَنَبْنَاوَاِلَيْكَ الْمَصِيْر
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْتَعِينُكَ وَنَسْتَغْفِرُكَ وَلاَ نَكْفُرُكَ، وَنُؤْمِنُ بِكَ وَنَخْلَعُ مَنْ يَفْجُرُكَ،
اللَّهُمَّ إيَّاكَ نَعْبُد، ولَكَ نُصَلِّي وَنَسْجُد، وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنحْفِدُ، نَرْجُو رَحْمَتَكَ وَنَخْشَى عَذَابَكَ، إنَّ عَذَابَكَ الجِدَّ بالكُفَّارِ مُلْحِقٌ
اللهُمَّ أَعِزَّ الإسْلَامَ وَالْمُسلمين، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْن
اللَّهُمَّ أَنْجِ الْمُؤْمِنِينَ فِى غَزَةْ فلِسْطِيْنَ خَاصَّةً وراحنجيا في مينمر. و اندونيسسا  المؤمنين في العلمين أمن، وَفِى أَنْـحَاءِ بُلْدَانِ المْـُؤْمِنِيْنَ عَامّةً
َاللَّهُمَّ أَعِدِ الْمَسْجِدَ اْلأَقْصَى إِلَى رِحَابِ الْمُسْلِمِينَ َاللَّهُمَّ طَهِّرْهُ مِنَ الْيَهُودِ الْغَاصِبِينَ َاللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِهِمْ فَإِنَّهُمْ لاَ يُعْجِزُونَكَ يَا قَوِيُّ يَا عَزِيزٌ
َاللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِينَ الْمُجَاهِدِينَ فِى فِلِسْطِينَ  وَإِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِينَ الْمُجَاهِدِينِ فِى أَفْغَانِسْتَانِ  وَإِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِينَ الْمُجَاهِدِينَ رحنجيا  في مينمر
وَإِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِين إندونيسيا
وَإِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِينَ الْمُجَاهِدِينَ
فِى مَشَارِقِ اْلأَرْضِ وَمَغَارِبَهَا
َاللَّهُمَّ أَفْرِغْ عَلَيْهِمْ صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَهُمْ – وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ
َاللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنَهُمْ وَاهْدِهِمْ سُبُلَ السَّلاَمِ
أَللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى الْكُفَّارِ يَهُوْدِى اِسْرَائِيْلِ و الكفار بضيس مينمر وَشُرَكَائِهِمْ وَشَطِّطْ شَمْلَهُمْ وَفَرِّقْ جَمْعَهُمْ أَللَّهُمَّ إِهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ
ُ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار
والحمد لله رب العالمين
السلام عليكم ورحمه الله وبركاته

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelas XI Bab 2 Hidup Nyaman dengan Perilaku Jujur

Tari Lenggang Patah Sembilan: Tari Klasik Kesultanan Serdang di Sumatra Utara

Metode dan Teknik Pembelajaran diposkan oleh Sapri