Pembahasan Iffah

 


'Iffah merupakan keutamaan yang dimiliki manusia ketika ia mampu mengendalikan syahwat dengan akal sehatnya. Dari sifat 'iffah inilah lahir akhlak-akhlak mulia seperti sabar, qana'ah, adil, jujur, dermawan, santun, dan perilaku terpuji lainnya. Iffah harus dilakukan setiap saat agar tetap dalam keadaan suci. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengasuh hati (qalb) agar tidak membuat rencana dan khayalan yang buruk.

Bagaimana cara menanamkan sifat ‘iffah dalam diri seorang Muslim sehingga memiliki kemuliaan dan harga diri yang baik. Diantara caranya adalah:

Membekali diri dengan ketakwaan kepada Allah.

Ini merupakan asas paling fundamental dalam menanamkan ‘iffah pada diri seseorang. Ketakwaan adalah perisai seseorang dari perbuatan-perbuatan tercela yang dilarang oleh ajaran agama Islam. Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengutip sebuah riwayat bahwa Umar radliyallahu ‘anh pernah bertanya kepada sahabatnya Ubai bin Ka’ab tentang takwa, lalu Umar radliyallahu ‘anh balik ditanya: “Apakah engkau pernah melalui jalan berduri?” Umar menjawab: “Ya, saya pernah melaluinya.” Kemudian Umar ditanya lagi, “Apa yang engkau lakukan?” Umar menjawab, “Saya akan berjalan dengan sangat hati-hati sekali sehingga tidak terkena duri itu.” Kemudian dikatakan padanya: “Itulah takwa”. 

Seorang yang membekali dirinya dengan takwa, akan berhati-hati dalam setiap langkahnya, sehingga dia aman dan terhindar dari duri syahwat dan ranjau-ranjau maksiat. 

Mengamalkan ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Abu Sa’id al-Khudri radliyallahu ‘anh mengabarkan, orang-orang dari kalangan Anshar pernah meminta-minta kepada Rasullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Tidak ada seorang pun dari mereka yang minta kepada Rasulullah melainkan beliau berikan hingga habislah apa yang ada pada beliau. Rasulullah  bersabda kepada mereka ketika itu : 

مَا يَكُوْنُ عِنْدِي مِنْ خَيْرٍ لاَ أَدَّخِرُهُ عَنْكُمْ، وَإِنَّهُ مَنْ يَسْتَعِفَّ يُعِفَّهُ اللهُ وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبّرِهُ اللهُ وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ، وَلَنْ تُعْطَوْا عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ 

 Artinya “Kebaikan (harta) yang ada padaku tidak ada yang aku simpan dari kalian. Sesungguhnya siapa yang menahan diri dari meminta-minta, Allah akan memelihara dan menjaganya. Siapa yang menyabarkan dirinya dari meminta-minta, Allah akan menjadikannya sabar. Siapa yang merasa cukup dengan Allah dari meminta kepada selain-Nya, Allah akan memberikan kecukupan kepadanya. Tidaklah kalian diberi suatu pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” (HR. al-Bukhari). 

Imam an-Nawawi rahimahullah dalam Syarah Shahih Muslim juz 7 hal. 145 mengatakan, “Dalam hadits ini ada anjuran untuk ta’affuf (menahan diri dari meminta-minta), qana’ah (merasa cukup), dan bersabar atas kesempitan hidup dan kesulitan (hal yang tidak disukai) lainnya di dunia. 

Memperbanyak membaca doa.

Di antara doa yang diajarkan Rasulullah untuk memiliki sifat iffah adalah: 

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ اْلهُدَى وَالتُّقَى وَاْلعَفَافَ وَاْلغِنَى 

“Ya Allah aku mohon kepadamu petunjuk, takwa, iffah (pengendalian diri), dan kecukupan” (HR Muslim).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelas XI Bab 2 Hidup Nyaman dengan Perilaku Jujur

Tari Lenggang Patah Sembilan: Tari Klasik Kesultanan Serdang di Sumatra Utara

Metode dan Teknik Pembelajaran diposkan oleh Sapri