KETERAMPILAN MEMBACA MEMINDAI TEKS NONSASTRA DENGAN MENGGUNAKAN METODE JIGSAW



KETERAMPILAN MEMBACA MEMINDAI TEKS NONSASTRA
DENGAN MENGGUNAKAN METODE JIGSAW


A.    Hakikat Membaca
1.      Pengertian Membaca
Banyak para ahli yang mengemukakan tentang pengertian membaca. Menurut Hodgson (dalam Tarigan 2000:7), membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak dapat terpenuhi, maka pesan yang tersurat
Anderson (dalam Tarigan 2000:8), menyatakan bahwa dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (arecording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan atau cetakan menjadi bunyi bahasa.
20
Menurut Tarigan (2000:9) membaca adalah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui kata-kata atau bahasa tulis. Dengan kata lain kegiatan membaca merupakan kegiatan mengubah tulisan atau cetakan menjadi bunyi-bunyi bermakna. Berdasarkan konsep ini, membaca merupakan upaya untuk menghubungkan lisan atau cetakan dengan makna bahasa lisan.
Berdasarkan beberapa pengertian tentang hakikat membaca yang disampaikan para ahli, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu proses kegiatan kompleks yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh arti, serta memahami bahan bacaan yang dipengaruhi aspek fisik dan mental yang melalui dua tahapan, yaitu proses membaca dan hasil membaca.
2.      Tujuan Menbaca
Menurut Tarigan (2000:10), tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna atau arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca. Selain tujuan utama, ada tujuan yang lebih khusus, yaitu berikut ini.
a.         Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh, apa-apa yang dibuat oleh sang tokoh, apa yang telah terjadi pada tokoh, atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta.
b.         Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang dialami sang tokoh, dan merangkum hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama.
c.         Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan ketiga/ seterusnya setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian. Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan.
d.        Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh pengarang kepada pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Membaca ini disebut membaca untuk menyimpulkan atau membaca inferensi.
e.         Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Membaca ini disebut membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan.
f.          Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu. Membaca ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi.
g.         Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca. Membaca ini disebut membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan.
Tujuan keterampilan membaca, menurut River (dalam Nurhadi, 1989:13) menunjukkan bahwa pembaca: 1) menginginkan informasi untuk tujuan-tujuan tertentu, atau karena ingin tahu tentang beberapa topik; 2) memerlukan instruksi untuk dapat melaksanakan beberapa tugas dalam pekerjaan atau hidup shari-hari; 3) ingin melaksanakan beberapa aktivitas yang menyenangkan, seperti: ingin bermain drama, atau permainan baru yang lain; 4) ingin akrab dengan teman dengan berkorespondensi; 5) ingin tahu di mana dan kapan sesuatu terjadi; 6) ingin mencari atau menemukan kesenangan dan menikmati (membaca karya sastra).
Membaca sebagai ketrampilan berbahasa yang menjadi salah satu aspek pembelajaran bahasa Indonesia pada jenjang SMP. Sebagai konsekuensinya, keterampilan membaca terdapat dalam kurikulum SMP bidang studi Bahasa Indonesia. Tujuan pembelajaran membaca yang tercantum dalam Garis-Garis Besar Progaram Pembelajaran Bahasa Indonesi SMP seperti berikut: 1) siswa memeroleh informasi berupa pengetahuan, gagasan, pendapat permasalahan, pesan, ungkapan perasan, pengalaman atau peristiwa secara lisan atau tulisan; 2) siswa memahami isi wacana secara garis besar dan memberikan tanggapan dalam berbagai bentuk; 3) siswa mampu menangkap pesan, gagasan, pengalaman, pendapat yang tersurat dan tersirat secara cepat dan tepat; 4) siswa mampu meninkmati karya dan menafsirkan  maknanya.
Tujuan membaca dianggap juga sebagai modal dalam membaca. Hubungan antara tujuan membaca dengan kemampuan membaca sangat signifikan. Karena tujuan membaca dapat mempengaruhi hasil membacanya. Tujuan yang jelas akan memberikan motivasi tersendiri yang besar bagi seseorang. Seseorang yang sadar sepenuhnya dengan tujuan membacanya, akan dapat mengarahkan sasaran daya pikir kritisnya dalam mengolah bahan bacaan sehingga akan tercapailah tujuan yang diinginkannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama membaca tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi juga untuk menemukan sesuatu yang dapat untuk dikembangkan lebih lanjut berdasarkan bahan bacaan yang dibaca. Tujuan membaca bergantung pada keinginan pembaca untuk memperoleh informasi dari sebuah bacaan. Apabila bahan bacaan berbeda, maka tujuan membaca pun pasti akan berbeda



3.      Manfaat Membaca
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut penciptanya masyarakat yang gemar belajar. Proses belajar yang efektif antara lain dilakukan melalui membaca. Masyarakat yang gemar membaca akan memperoleh pengetahuan dan wawasan yang luas.
Menurut Burn (dalam Farida Rakhim 2002:3) mengemukakan kemampuan membaca merupakan suatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar. Namun, anak-anak yang tidak memahami pentingnya belajar membaca tidak akan termotivasi untuk belajar.
Manfaat membaca menurut Burn yaitu banyak siswa yang tidak memahami arti penting dalam belajar membaca. Padahal, membaca mempunyai arti penting dalam kehidupan masyarakat. Manfaat membaca antara lain: (1) membaca menghilangkan kecemasan dan kegundahan, (2) ketika sibuk membaca, seseorang terhalang masuk dalam  kebodohan, (3) kebiasaan membaca membuat seseorang terlalu sibuk untuk bisa berhubungan dengan orang-orang malas dan tidak mau bekerja, (4) dengan sering membaca, orang bisa mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata, (5) membaca membantu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berfikir, (6) membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan meningkatkan memori serta pemahaman, (7) dengan membaca orang mengambil manfaat dari pengalaman orang lain yaitu kearifan orang bijaksana dan pemahaman para sarjana, (8) dengan sering  membaca, orang mengembangkan kemampuanya, baik untuk mendapat dan memproses ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dan aplikasinya dalam hidup, (9) membaca membantu seseorang menyegarkan pemikiranya dari keruwetan dan menyelamatkan waktunya agar tidak sia-sia, (10) dengan sering membaca, orang bisa menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai tipe dan model kalimat; lebih lanjut lagi ia bisa meningkatkan kemampuanya untuk menyerap konsep dan untuk memahami apa yang tertulis”diantara baris demi baris”(Aidh 2006:1).
Manfaat membaca dalam jurnal pendidikan yaitu minat dan kebiasaan membaca agar tercipta masyarakat, menciptakan masyarakat informasi yang siap berperan serta dalam semua aspek pembangunan, mengisi waktu luang. Manfaat tersebut mempunyai pengaruh dalam pembangunan masyarakat. Manfaat membaca menurut peneliti yaitu menghilangkan kecemasan dan yang terpenting adalah untuk memberantas kebodohan atau miskin informasi. Dengan banyak membaca juga mengembangkan kemampuan dan dapat mengambil pengetahuan dari penulis.
Berdasarkan pendapat diatas, manfaat membaca adalah semakin banyak membaca kita akan dapat memperoleh informasi dan wawasan yang luas, selain itu tidak membuang waktu dengan sia-sia untuk kebutuhan yang tidak penting.


4.      Aspek Membaca
Aspek membaca adalah keterampilan membaca berdasarkan tujuan membaca yang diinginkan pembaca. Ada dua aspek keterampilan membaca yaitu keterampilan mekanik dan pemahaman. Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skill) yang dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order). Aspek ini mencakup: (1) pengenalan huruf, pengenalan unsur-unsur linguistic seperti fonem, grafem, frase, pola klausa, kalimat dan lain-lain. (2) pengenalan hubungan atau korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis, (3) kecepatan membaca bertaraf lambat (Tarigan 2000:11).
Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehensive skill) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek ini mencakup :
a.       Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal),
b.      Memahami signifikansi atau makna antara lain maksud dan tujuan pengarang, relevansi keadaan budaya, reaksi pembaca,
c.       Evaluasi dan penilaian isi dan bentuk,
d.      Kecepatan membaca yang fleksibel yang mudah disesuaikan dengan keadaan. Untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam aspek  mekanis maka aktivitas yang sesuai adalah membaca nyaring, sedangkan untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam aspek pemahaman aktivitas yang sesuai adalah membaca dalam hati.
5.      Jenis Membaca
Seperti keterampilan berbahasa yang lain, keterampilan membaca juga bermacam-macam jenisnya. Ditinjau dari segi terdengar tidaknya suara, membaca dibedakan menjadi dua, yaitu membaca nyaring dan membaca dalam hati.
Membaca nyaring adalah alat bantu bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, ataupun perasaan seorang pengarang, sedangkan membaca dalam hati adalah membaca yang hanya melibatkan alat bantu visual dan ingatan untuk memahami sebuah bacaan. Membaca dalam hati dibedakan menjadi dua, yaitu membaca ekstensif dan membaca intensif. Membaca ekstensif berarti membaca luas. Objeknya meliputi teks sebanyak mungkin dalam waktu yang singkat. Membaca ekstensif ini meliputi: (1) membaca survei (survey reading) yaitu membaca untuk mensurvei memeriksa suatu informasi dalam bacaan yang diinginkan, (2) membaca sekilas (skimming) yaitu membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat untuk menemukan informasi dalam bacaan, (3) membaca dangkal (superficial reading) yaitu membaca yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang dangkal yang bersifat luaran  (Tarigan 2000 : 22-38).
Membaca intensif adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci terhadap suatu bacaan. Membaca intensif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi dibagi menjadi empat, yaitu membaca teliti , pemahaman, kritis, dan membaca ide. Sedangkan membaca telaah bahasa dibagi menjadi dua, yaitu membaca telaah bahasa  asing dan bahasa sastra (2000:22-30).
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa ditinjau dari terdengar tidaknya suara ketika membaca, membaca dapat dibedakan menjadi dua, yaitu membaca nyaring dan membaca dalam hati. Membaca dalam hati dibedakan menjadi dua, yaitu membaca ekstensif dan membaca intensif. Membaca intensif adalah membaca dengan teliti untuk tujuan studi.
B.     Membaca Memindai
1.      Pengertian Memindai
Kecepatan membaca dapat ditingkatkan dengan cara mengetahui dan terlatih dengan teknik membaca yang tepat yaitu membaca sekilas (skimming) dan membaca memindai (scanning).
Membaca memindai (scanning) umumnya digunakan untuk daftar isi buku atau majalah, indeks dalam buku teks, jadwal, advertensi dalam surat kabar buku petunjuk telepon dan kamus. Menurut Haryadi (2007:170) membaca memindai atau scanning adalah teknik membaca cepat dan langsung pada sasarannya.
Dalam penggunaannya, pembaca langsung mencari informasi tertentu atau fakta khusus yang diinginkan tanpa memperhatikan atau membaca bagian lain dalam  bacaan yang tidak dicari. Setelah menemukan informasi yang dicari pembaca membaca dengan teliti untuk memperoleh informasi tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari, teknik membaca memindai digunakan dengan tujuan, antara lain menemukan topik tertentu, memilih acara tertentu, menemukan kata dalam kamus, mencari nomor telepon dari buku petunjuk telepon, dan mencari entri pada indeks (Soedarso,2010:81).
Selanjutnya, Farida Rahim (2005:52) mengemukakan membaca memindai (scanning) ialah membaca sangat cepat, membaca cepat artinya membaca yang mengutamakan kecepatan dengan tidak mengabaikan pemahamannya. Biasanya kecepatan itu dikaitkan dengan tujuan pembaca, keperluan, dan bahan bacaan artinya, seseorang pembaca cepat yang baik tidak menerapkan kecepatan membacanya secara konstan diberbagai cuaca dan keadaan membaca, jadi siswa melakukan kegiatan membaca memindai yaitu membaca dengan cepat tetapi siswa tidak, mengabaikan informasi yang didapatkannya.
Hamijaya dkk (2008:150) mengemukakan hal yang sama tentang membaca scanning yaitu teknik membaca sangat cepat untuk menemukan informasi spesifik, seperti membaca indeks, daftar isi, jadwal, iklan, direktori, brosur, rumus defenisi dan kamus. Dari keempat pendapat para ahli maka peneliti berkesimpulan bahwa membaca memindai atau membaca scanning merupakan suatu teknik membaca cepat untuk mendapatkan suatu informasi tanpa membaca yang lain-lainya yang dapat dilakukan dengan pada buku petunjuk telepon, kamus, daftar isi, jadwal iklan, diktori, brosur, dan rumus defenisi, jadi siswa yang melakukan membaca memindai langsung kemasalah yang ditemui yaitu berupa fakta khusus dan informasi tertentu yang dilakukan pada sumber informasi lainnya yang biasa diperoleh siswa di perpustakaan sekolah dan di rumah.
Penerapan kemampuan membaca memindai disesuaikan dengan tujuan membacanya, aspek bacaan yang digali (keperluan) dan berat ringannya bahan bacaan. Ketika siswa membaca memindai dia akan melampaui banyak kata. Membaca memindai sangat penting untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa yang melakukan membaca memindai akan mendapatkan  beberapa informasi secepat munkin.
Banyak siswa mencoba membaca setiap kata dari setiap kalimat yang dibacanya. Dengan berlatih membaca memindai, siswa bisa belajar membaca untuk memahami teks bacaan dengan cara yang lebih cepat serta mendapatkan informasi secara cepat.
2.      Karakteristik Membaca Memindai (Scanning)
Menurut Soedarso(2010:84 ) membaca memindai (scanning) mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a.    Membaca memindai mencakup pencarian secara cepat dengan gerakan mata dari atas ke bawah menyapu seluruh teks untuk mencari fakta khusus, informasi khusus, atau kata-kata kunci tertentu .
b.    Manfaat membaca memindai adalah dapat mencari informasi dalam buku secara cepat.
c.    Membaca memindai merupakan teknik membaca cepat untuk menemukan informasi yang telah ditentukan pembaca.
d.   Pembaca telah menentukan kata yang dicari sebelum kegiatan scanning dilakukan.
e.    Pembaca tidak membaca bagian lain dari teks kecuali informasi yang dicari
3.      Tujuan Membaca Memindai
Banyak yang mengatakan membaca memindai (scanning) sebagai sekedar menyapu halaman, sedangkan pengertian yang sebenarnya adalah suatu keterampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk mrndapatkan hasil yang efisien untuk berbagai tujuan. Menurut Soedarso(2010:88) tujuan membaca memindai (scanning) adalah sebagai berikut:
a.         Untuk mengenali topik bacaan. Apabila anda ke perpustakaan atau yang lainnya dan ingin mengetahui pembahasan apa dalam buku yang dipilih itu, dan melakukan membaca memindai (scanning) beberapa menit. Membaca memindai untuk melihat beberapa bahan tersebut juga banyak dilakukan orang untuk memilih artikel dimajalah dan surat kabar (Koran)
b.         Untuk mengetahui pendapat orang (opini). Di sini anda sudah mengetahui topik yang dibahas, yang anda butuhkan adalah pendapat penulis itu terhadap masalah tersebut
c.         Untuk mendapatkan bagian penting yang kita perlukan tanpa membaca seluruhnya
d.        Untuk penyegaran apa yang pernah dibaca, misalnya dalam mempersiapkan ujian atau sebelum menyampaikan ceramah
4.      Kelebihan dan Kekurangan Membaca Memindai
Membaca memindai dalam pelaksanaannya mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Soedarso (2010:89) kelebihan membaca memindai adalah:
a.         Lebih cepat menyelesaikan suatu bacaan sehingga kita merasa antusias  untuk membaca bacaan yang lain
b.         Memudahkan kita untuk cepat menguasai informasi
c.         Bisa diterapkan pada bacaan apapun (buku, surat kabar, buku pelajaran, majalah, dan lain-lainnya)
d.        Dapat membantu seseorang untuk membuat pertimbangan untuk memutuskan sesuatu, misalnya yang berhubungan dengan membuat laporan suatu kegiatan.
e.         Sangat membantu siswa untuk mengetahui informasi dan fakta tertentu dari suatu bacaan.
Sedangkan Kekurangan dari membaca memindai menurut Soedarso (2010:89) adalah adanya rasa kebingungan atau kehilangan pemahaman dari apa yang telah dibaca karena mereka belum atau kurang begitu menguasai keterampilan membaca dengan membaca memindai. Maka dari itu perlu diadakan latihan agar mereka menguasai keterampilan membaca memindai.
5.      Langkah-Langkah Membaca Memindai
Menurut Sobirin Nur (2011:2) langkah-langkah membaca memindai atau scanning dapat dilakukan dengan cara:
a.         Anda harus tahu apa yang anda cari, tetapkan dulu satu kata atau penggalan kata yang menjadi kata kunci.
b.         Cari dihalaman mana dapat yang anda menemukan kata kunci tersebut, pergunakan indeks yang ada dihalaman lampiran belakang buku
c.         Persempit wilayah pencarian jika tidak ada indeks, maupun ada indeks dibuku, dengan cara membaca daftar isi. Jika anda menemukan nomor halaman didaftar indeks, periksa ulang nomor halaman tersebut dihalaman daftar isi, ketahui pada judul bab dan sub judul apa nomor halaman itu berada. Perkirakan apakah sesuai kata kunci dan pemikiran yang kita cari dibawah judul atau sub judul tersebut.
d.        Baca pindai halaman yang ditemukan dan apabila ditemukan kata kunci yang bermaksud, baca satu kalimat tempat kata kunci tersebut berada.
Membaca memindai dapat dilakukan diberbagai teks khusus seperti buku petunjuk telepon, jadwal perjalanan, surat kabar, dan lain-lain. Berikut langkah-langkah membaca memindai pada buku petunjuk telepon menurut H. Suyatno (2008:113).
Selanjutnya, Edi Warsidi dan Farinka (2008:81) membaca memindai dapat dilakukan pada jadwal perjalanan kereta api. Langkah-langkahnya sebagai berikut
a.         Tentukan daerah yang akan dituju
b.         Tentukan waktu keberangkatan ke tempat tujuan
c.         Lihatlah jadwal perjalanan kereta api yang menuju tempat tujuan dan sesuai dengan waktu keberangkatan kamu.
Dari ketiga pendapat para ahli, maka peneliti berkesimpulan bahwa langkah-langkah dalam membaca memindai untuk menemukan informasi secara cepat adalah ;
a.         Tentukanlah apa yang dicari
b.         Langsung pada halaman yang memuat pembahasan yang di cari tersebut
c.         Kamu akan menemukan hal yang kamu cari
6.      Hal-hal yang dapat Memperlambat Membaca Memindai
Menurut Sobirin Nur (2011:3) ada beberapa hal yang memperlambat dalam membaca memindai:
a.         Pandangan mata yang mestinya mengikuti kata perkata, dari kiri ke kanan
b.         Membaca dengan mengeluarkan suara. Membaca memindai tidak  mengeluarkan suara, dalam membaca cukup mempergunakan pandangan perbaris dan menggunakan pikiran atau otak untuk menangkap kata.
c.         Membaca dengan menggunakan mulut yang komat-kamit dapat  mengganggu dan memperlambat bacaan memindai.
d.        Membaca dengan menggunakan petunjuk, baik jari telunjuk, maupun alat seperti pensil dan sebagainya. Membaca memakai alat petunjuk ini sangat mengganggu dalam membaca cepat, tidak boleh pakai telunjuk
e.         Tergoda membaca keseluruhan secara pelan. Walaupun maksud mencari dalam membaca memindai orang sering tergoda untuk memca secara normal kata-kata yang ada di buku, apalagi bahasannya cukup menarik. Kalau tergoda seperti ini jika sadar catat halaman yang menarik tersebut dan bahasan yang menariknya. Sehingga kemudian dilain waktu anda dapat membaca lebih mendalam bab yang membuat tertarik tersebut. Catat judul buku, halaman dan tentang bahasan yang menarik dan baca dilain waktu. Dengan demikian anda tidak kehilangan waktu dengan dalam mencari kata kunci, dan anda pun tidak kehilangan informasi penting yang telah anda temukan dibuku, karena anda dapat mengulangnya dilain waktu.




C.    Metode Jigsaw
1.      Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Metode pembelajaran kooperatif mengandung pengertian bekerja bersama-sama dalam mencapai tujuan bersama. Anita Lie (2002:89), mengatakan bahwa: “Metode pembelajaran ini lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja, karena belajar dalam model pembelajaran kooperatif harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif. Selanjutnya Ardana (2007:31) mendefinisikan: pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang sukses menggunakan kelompok kecil, dengan kemampuan siswa yang berbeda (heterogen), menggunakan berbagai aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang pokok bahasan yang dipelajari.
Menurut Muslimin Ibrahim (2000:12) pembelajaran kooperatif sebagai salah satu cara untuk menetapkan penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran, melatih kebiasaan siswa untuk mampu berfikir kritis dan objektif, mengembangkan inisiatif dan kreativitas serta tanggung jawab siswa terhadap penguasaan maupun penerapan pengetahuan yang diperolehnya melalui pelajaran yang diterimanya dan mengaktifkan siswa dalam suatu pembelajaran secara kelompok. Sedangkan menurut Thomson dan Smit (dalam Tanwey Gerson Ratumanan, 2002:52) pembelajaran kooperatif dilaksanakan oleh siswa yang bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk mempelajari materi akademik dan keterampilan antar pribadi. Anggota-anggota kelompok bertanggung jawab tidak hanya untuk pelajaran yang diajarkan tetapi juga bertanggung jawab membantu teman dalam kelompok untuk meraih prestasi. Model pembelajaran kooperatif membantu siswa dalam memecahkan berbagai masalah yang ditemuinya selama pembelajaran. Hal ini karena siswa dapat bekerja sama dengan siswa lain dalam menemukan dan merumuskan alternatif pemecahan masalah materi pelajaran. Siswa yang kurang berminat menjadi lebih bergairah dalam belajar. Keberhasilan siswa dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru, tetapi dapat juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran itu, yaitu teman sebaya.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapatlah difahami bahwa pembelajaran kooperatif adalah merupakan salah satu model pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengelompokkan siswa dalam beberapa kelompok yang bersifat heterogen, dan mendorong siswa agar lebih aktif serta memiliki rasa tanggung jawab baik individu maupun kelompok dengan tujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diinginkan.
Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawannya dari Universitas Texas dan kemudian diadopsi oleh Slavin dan kawan-kawan di Universitas John Hopkins (Trianto, 2009:73).
Menurut Arends dalam Sharan (2009:45) pengertian pembelajaran jigsaw adalah: “...salah satu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari tim-tim belajar heterogen beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa. Materi akademik disajikan dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab atas penugasan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian materi tersebut kepada anggota tim lain”.
Menurut Mell Silbermen dalam Zainal Aqib (2003:600) bahwa: “Jigsaw merupakan teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknik “group to group exchange” (pertukaran dari kelompok ke kelompok) dengan suatu perbedaan penting yaitu setiap peserta didik mengajarkan sesuatu”. Lebih lugas Shlomo Sharan (2009:49) mengatakan: “Dalam pendekatan ini, siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil dan mereka harus saling membantu. Tiap-tiap anggota kelompok menjadi “ahli” dalam subjek persoalannya, sehingga memiliki informasi penting yang dapat dikontribusikan kepada teman sekelas”.
Dari beberapa defenisi di atas, dapatlah disimpulkan bahwa  jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dan lebih proaktif dalam melaksanakan pembelajaran dengan tujuan untuk mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam terhadap materi yang telah diberikan dengan cara mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian yang kemudian mereka akan mengajarkannya kepada yang lain.


2.      Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif  Tipe Jigsaw
Menurut Zainal Aqib (2003:21) bahwa terdapat langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw  yang dapat dipergunakan dalam proses pembelajaran di antaranya adalah sebagai berikut:
a.       Siswa dibagi atas beberapa kelompok dengan 5 atau 6 orang anggota yang heterogen.
b.      Materi pembelajaran yang diberikan kepada siswa dalam bentuk teks.
c.       Setiap anggota bertanggung jawab mempelajari bagian tertentu teks yang diberikan.
d.      Anggota dari kelompok lain yang mendapat tugas topik yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut kelompok ahli.
e.       Selanjutnya anggota tim ahli kembali ke kelompok asal dan mengajarkan apa yang telah dipelajari dan didiskusikan di kelompok ahlinya untuk diajarkan kepada taman di kelompoknya sendiri.
f.       Menyusun pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai kuis secara individu tentang materi pelajaran.
Dalam redaksi yang berbeda, pendapat lain juga mengemukakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe  jigsaw sebagai berikut:
1.         Kelompok Asal (Base Group)
a.    Siswa dibagi ke dalam kelompok kecil yang beranggotakan 4–6 orang Bagikan materi atau tugas yang sesuai dengan materi yang diajarkan.
b.    Masing-masing siswa dalam kelompok mendapat tugas atau materi yang berbeda dan memahami informasi yang berada di dalamnya.
2.         Kelompok Ahli (Expert Group)
a.    Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki tugas/ materi yang sama dalam satu kelompok.
b.    Dalam kelompok ahli ini guru menugaskan siswa belajar bersama untuk menjadi ahli sesuai dengan materi atau tugas yang menjadi tanggung jawab siswa.
c.    Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari materi atau tugas yang telah dipahami kelompok asal.
d.    Apabila tugas sudah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-masing siswa kembali ke kelompok asal.
e.    Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil dari tugas di kelompok ahli.
Apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya, secara keseluruhan masing-masing kelompok melaporkan hasilnya dan mempresentasikan di depan kelas. (Depdiknas, 2009).
























DAFTAR PUSTAKA




Aizar Safaldy (2005) Didaktik Asas-Asas Mengajar Yogykarta: Gajahmada Univertas Press

Aizhar Safaldy (2004) Teknik dalam Menulis, Jakarta: Buki Aksara. Algensindo.

Akhadiah (1996) Kreatifitas dalam Berbahasa, PT.  Remaja  Rosdakarya.

Anita  Lie (2002). Cooperative Learning, Memptaktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo Ardana.

Dendy Sugono (2006) Kamus Pelajar, Jakarta: Pusat bahasa.

Depdiknas (2006) Pengembangan model pembelajaran: Jakarta.

Hadari Nawawi  (2003). Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogykarta: Gajahmada Univertas Press.

Henry Guntur Tarigan (2009) Metodologi Pembelajaran Bahasa, Bandung: Angkasa.

M. Idrus (2010) Pandai Berbahasa Indonesia: Jakarta: Bumi Aksara.

Margono (2005) Penelitian Kualitatif dan kuantitatif, Jakarta:  PT. Rineka Cipta.

Mujiyanto, dkk. (1999) Membiasakan Anak menulis, Jakarta: Gaung Persada Press.

Mulyasa (2009:) Praktik Penelitan Tidakan Kelas, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sabarti Akhadiah, dkk (2003) Praktik Analisis Wacana, Surakarta: Pustaka Cakra.

sapriahmad.blogspot.com/2015/05/15.

Shofwah (2011) Pembelajaran Bahasa Indonesia, Bandung: Humaniora

Sugiyono (2012) Statistika Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta.

42
Sultan Rajasa (2002) Kamus Ilmial, Surabaya: Karya Utama.

Suyitno dan Purwadi (1998) Keterampilan menulis dan mendengarkan, Bandung: Angkasa.

Tanwey Gerson Ratumanan (2002). Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Unesa University.

Trianto (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sharan, (2009). Handbook Of Cooperative Learning. Yogyakarta: Imperium.

Yant Mujiyanto, dkk  (2001) Menulis Sebagai Keterampilan Berbahasa, Jakarta: Bumi Aksara.

Zainal Aqib (2013) Model-model Media dan Starategi Pembelajaran (Inovatif), Bandung: Yrama Widia.
Rahim, Farida (2004) Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Bandung : Bumi  Aksara
Haryadi (2007) RetorikaMembaca. Semarang: Rumah Indonesia

Soedarso (2010) Speed Reading. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelas XI Bab 2 Hidup Nyaman dengan Perilaku Jujur

Tari Lenggang Patah Sembilan: Tari Klasik Kesultanan Serdang di Sumatra Utara

Metode dan Teknik Pembelajaran diposkan oleh Sapri