Konsep Dasar Belajar Mengajar

Konsep Dasar Belajar Mengajar.

           Guru sebagai ujung tombak pendidikan mengambil peran strategis untuk membantu siswa memiliki sikap dan nilai yang positif. Salah satu sikap positif yang diperlukan seseorang untuk mampu mengembangkan potensinya dengan baik adalah percaya diri. Percaya diri adalah sikap yakin akan kemampuan diri sendiri untuk memenuhi setiap keinginan dan harapannya Sebagai ujung  tombak  dalam   mencapai tujuan  pembelajaran  di  sekolah   maka seorang  guru  bisa  mefungsikan dirinya sebagai   agen   pembelajaran (learning  egent) yang  berperan  sebagai  fasilitator, motivator,  pemicu dan  pemberi  inspirasi belajar  bagi  peserta  didik. Guru harus   menjadi orang yang memiliki jati  diri yang kuat, senantiasa menjadi teladan  bagi anak  didiknya  dan mampu  melaksanakan pembelajaran dengan  baik, serius dan sepenuh  hati, sehingga  mampu  membangkitkan   rasa  percaya  diri  yang  kuat  dalam  diri siswa
          Dalam kehidupan yang modern ini sudah selayaknya Konsep dasar belajar dan mengajar ini menjadikan prinsip dasar yang sangat fundamental yang harus dipahami para guru dalam rangka melaksanakan proses belajar mengajar di ruang lingkup dunia pendidikan. Dengan didasari memahami mengenai konsep dasar belajar mengajar diharapkan tercapainya suatu tujuan dari proses belajar mengajar yang berkualitas dan pada akhirnya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, setidaknya oleh para guru sebagai pendidik dalam rangka pemahaman dan menciptakan peserta didik yang berkualitas sesuai dengan karakteristik minat dan bakat serta kemampuan yang dimiliki siswa. Pengertian Belajar dan Mengajar
Definisi belajar
         Belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman (Gagne 1984). Belajar adalah kunci yang paling utama dari setiap usaha pendidikan. Jadi tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Belajar sebagai suatu proses dan belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berhubungan dengan upaya kependidikan. Sebagai contoh psikologi pendidikan serta psikologi belajar.Perubahan serta kemampuan untuk berubah adalah batasan serta makna yang terkandung di dalam belajar. Hal ini disebabkan karena kemampuan berubah yang dikarenakan belajar. Maka, manusia bisa berkembang lebih jauh dari makhluk yang lainnya sehingga dia terpilih sebagai khalifah di bumi ini atau bisa jadi karena kemampuan berkembang melalui belajar itu pula manusia secara bebas bisa mengeksplorasi serta memilih dan menetapkan keputusan-keputusan yang penting di dalam hidup mereka.Konsep dasar belajar merupakan kegiatan yang berposes dalam memakai unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjangpendidikan.
Hal ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dijalani siswa baik pada saat dia berada di sekolah atau berada di lingkungan rumah atau di lingkungan keluarganya sendiri.Untuk itu pemahaman yang benar tentang konsep dasar belajar dengan segala aspek serta bentuk dan manivestasinya sangat mutlak dibutuhkan oleh para pengajar. Adanya kekeliruan atau ketidak lengkapan persepsi mereka akan proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin bisa mengakibatkan kurang bermutunya hasil belajar yang dicapai murid. Ada sebagian orang yang beranggapan bahwa konsep dasar belajar hanya semata-mata menghapalkan atau mengumpulkan fakta-fakta yang ada dalam bentuk informasi atau materi dalam pelajaran. Maka orang yang beranggapan seperti itu biasanya akan segera merasa bangga saat anak-anaknya telah bisa menyebutkan kembali secara lisan sebagian besar informasi yang ada di dalam buku teks atau yang di ajarkan oleh guru.
        Selain itu, ada juga sebagian orang yang memandang bahwa belajar adalah latihan biasa seperti yang terlihat pada latihan membaca serta menulis. Persepsi semacam ini biasanya membuat mereka akan merasa cukup puas jika anak-anak mereka sudah bisa memperlihatkan keterampilan secara fisik tertentu walaupun tanpa pengetahuan tentang arti dan hakikat serta tujuan keterampilan tersebut.
Definisi Mengajar
            Menurut Wijaya (1991) mengajar yaitu membimbing siswa belajar. Mengajar adalah mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dan siswa, melalui jalinan komunikasi timbal balik dimana guru dalam hal ini bertindak sebagai komunikan. Dalam proses tersebut dimana guru menyampaikan pesan-pesan dalam bentuk materi pembelajaran yang harus dapat diterima siswa sesuai dengan yang dimaksud guru tersebut.
          Jadi dalam proses belajar mengajar ini terjadi interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam pembelajaran baik guru, murid, sarana, dan tatalaksananya yang saling berkaitan satu sama lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Istilah mengajar (teach) juga berhubungan dengan token yang berarti tanda atau symbol. Kata token juga berasal dari Bahasa Jerman kuno, taiknom, yaitu pengetahuan dari taikjan. Dalam bahasa Inggris kuno teacan secara berarti to teach (mengajar). Dengan demikian, token dan teach secara historis memiliki keterkaitan. To teach (mengajar) dilihat dari asal usul katanya berarti memperlihatkan sesuatu kepada seseorang melalui tanda atau simbol, penggunaan tanda atau simbol itu dimaksudkan untuk membangkitkan atau menumbuhkan respons mengenai kejadian, seseorang, observasi, penemuan dan lain sebagainya.
Konsep Dasar Belajar dan mengajar
            Konsep dasar belajar dan mengajar merupakan suatu prinsip dasar yang sangat fundamental yang harus dipahami para guru dalam rangka melaksanakan proses belajar mengajar di ruang lingkup dunia pendidikan. Dengan didasari memahami mengenai konsep dasar belajar mengajar diharapkan tercapainya suatu tujuan dari proses belajar mengajar yang berkualitas dan pada akhirnya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, setidaknya oleh para guru sebagai pendidik dalam rangka pemahaman dan menciptakan peserta didik yang berkualitas sesuai dengan karakteristik minat dan bakat serta kemampuan yang dimiliki siswa.
          Guru merupakan figur yang sentral dalam rangka melaksanakan fungsi dan tugas institusional dalam proses belajar mengajar, karena di tangan para guru terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan di sekolah yang berkaitan dengan masa depan karier para peserta didik yang menjadi tumpuan harapan para orang tua. Oleh karena itu setidaknya seorang guru memiliki tugas-tugas pokok antara lain: mampu dan cakap merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan membimbing kegiatan belajar mengajar. Dengan kata lain para guru mampu menunaikan tugas dengan sebaik-baiknya dengan memahami dengan seksama hal-hal yang bertalian dengan proses belajar mengajar, sebagai berikut:
a) Aspek siswa, seorang guru harus memahami segala karakteristik perbedaan yang ada pada diri peserta didik, guna mencapai tujuannya sesuai dengan tahapan perkembangan para peserta didik.
b) Aspek tujuan, yaitu apa yang akhirnya diharapkan tercapainya setelah adanya kegiatan belajar mengajar, yang diaplikasikan ke dalam kegiatan yang terencana dan dapat dievaluasi (terukur).
c) Aspek guru, sebagai figur pendidik seyogyanya dalam proses belajar mengajar selalu mengusahakan terciptanya situasi yang mengarah pada proses pengalaman belajar (learning experience) pada diri siswa, dengan mengerahkann segala sumber (learning resources) dan menggunakan strategi belajar mengajar (teaching-learning strategy) yang tepat (appropriate).
            Dalam pembelajaran tentu ada proble dan semua guru yang mengajar pasti akan merasakan problem dalam pembelajaran, maka ada tiga macam bentuk problem pembelajaran:

a.   Problem yang bersifat metodologis, yaitu problem yang terkait dengan upaya atau proses pembelajaran yang menyangkut masalah kualitas penyampaian materi, kualitas interaksi antar guru dengan siswa, kualitas pemberdayaan sarana dan elemen dalam pembelajaran.

b.   Problem yang bersifat kultural yaitu problem yang berkaitan dengan karakter atau watak seorang guru dalam menyikapi atau mempersepsi terhadap proses pembelajaran. Problem ini muncul dari cara pandang guru terhadap peran guru dan makna pembelajaran.

c.  Problem yang bersifat sosial, yaitu problem yang terkait dengan hubungan dan komunikasi antara guru dengan elemen lain yang ada diluar guru, seperti adanya kekurangharmonisan antara guru dan siswa, antara pimpinan sekolah dengan siswa, bahkan diantara sesama siswa. Ketidakharmonisan antara guru dan siswa bisa disebabkan disamping faktor kultural juga bisa disebabkan akibat pola atau sistem kepemimpinan yang kurang demokrasi atau kurang memperhatikan masalahmasalah kemanusiaan (Saechan Muchith, 2008: 9).


          Dari sini timbul suatu pemahaman bahwa terjadinya perilaku belajar pada siswa dan perilaku mengajar pada guru tidak berlangsung dari satu arah (one way system)melainkan terjadinya secara timbal balik (interaktif, two way traffic system) yang seyogyanya dipahami dan disepakati bersama.

             Setidaknya minimal ada tiga komponen yang harus dipahami oleh guru dalam rangka pencapaian dari perubahan-perubahan dari hasil proses belajar mengajar, yaitu:
a) Hakikat atau konsep dasar serta terjadinya perilaku belajar pada diri siswa.
b) Kriteria dan cara merumuskan tujuan belajar mengajar (instruksional) dalam bentuk yang operasional yang dapat dipandang sebagai manifestasi hasil perilaku belajar siswa yang secara langsung dapat diamati (observasi) dan dapat dievaluasi atau diukur (measurable).
c) Karakteristik utama, termasuk segi-segi kebaikan dan kelemahannnya, dari beberapa model strategi belajar mengajar yang umum, serta kriteria yang dapat dipergunakan untuk memilihnya bagi keperluan penggunaannya.

Mengidentifikasi Perilaku Hasil Belajar
             Dari rangkaian interaksi proses belajar mengajar, diharapkan dapat mengarah pada pemaknaan yang sama atas dasar tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu pemaknaan mengidentifikasikan perilaku hasil belajar sangat penting dilakukan. Proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu (Hilgard, 1948).
Dasar dari tujuan interaksi dalam proses belajar mengajar baik dari siswa maupun dari guru merupakan titik temu dan bersifat mengikat serta mengarah pada suatu aktivitas dari kedua belah pihak. Dengan demikian, kriteria keberhasilan dari rangkaian keseluruhan proses interaksi belajar mengajar tersebut hendaknya ditimbang atau dievaluasi pada tercapai tidaknya tujuan dari belajar mengajar tersebut yang dapat dilihat dari ada tidaknya perubahan-perubahan pada perilaku dan pribadi siswa. Dengan kata lain siswa dapat dikatakan belajarnya berhasil kalau ia telah mengalami perubahan-perubahan setelah menjalani proses belajar tersebut pada perilaku dan pribadinya.
           Secara implisit mengidentifikan perilaku hasil belajar dapat dilihat dari adanya beberapa karakteristik sebagai berikut:
a) Perubahan intensional, yaitu dalam arti pengalaman atau praktik atau latihan itu dengan sengaja dan didasari dilakukannya dan bukan secara kebetulan; dengan demikian perubahan karena kemantapan dan kematangan atau keletihan karena penyakit tidak dipandang sebagai perubahan hasil belajar.
b) Perubahan bersifat positif, sesuai seperti yang diharapkan yang bersifat normatif atau kriteria keberhasilan baik dipandang dari segi siswa seperti tingkat kemampuan dan bakat, tugas perkembangan, dan sebagainya. Maupun dari segi guru yakni tuntutan masyarakat sesuai dengan tingkatan standar kulturalnya.
c) Perubahan bersifat efektif, yaitu membawa pengaruh dan maknna tertentu bagi siswa itu sendiri yang relatif tetap dan setiap saat diperlukan dapat dipergunakann seperti dalam memecahkan masalah (problem solving), baik dalam diri, dalam kehidupan sehari-hari dan dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Menjelaskan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar
          Belajar adalah suatu proses yang kompleks, dan ada beberapa faktor yang dapat menentukan hasil dari proses pembelajaran itu. Menurut Suryabrata (1989:142), faktor tersebut terdiri dari dua kelompok utama, yakni faktor dari dalam dan faktor dari luar.
1. Faktor Dari Dalam (Internal),
Faktor dari dalam, adalah faktor yang berasal dari diri siswa sendiri. Faktor tersebut meliputi:
a. Fisiologi, yaitu keadaan jasmaniah secara umum ditambah keadaan pancaindranya. Anak dengan kondisi sehat, akan sangat berbeda dengan anak yang mengalami sakit atau kekurangan gizi.
b. Keadaan Psikologis (kejiwaan), yaitu keadaan psikologis siswa yang sedang mengikuti proses pembelajaran, antara lain menyangkut keadaan semangatnya, motivasinya, kecerdasannya (kognitifnya), serta keadaan emosinya.
c. Faktor Kecerdasan, faktor ini sngat berpengaruh terhadap daya tangkap materi yang diajarkan antara satu orang siswa dengan siswa lainnya. Semakin tinggi tingkat kecerdasannya maka akan semakin mudah dia menangkap pelajaran, sebaiknya, semakin rendah tingkat kecerdasannya, maka akan semakin sulit dia menerima materi pelajaran tersebut.
d. Bakat Individu. Setiap siswa memiliki bakat masing-masing yang berbeda satu sama lainnya. Sebagai contoh, misalnya siswa yang berbakat dibidang seni, akan dengan mudah menangkap materi pembelajaran yang ada kaitanyya dengan kesenian, dibandingkan siswa lain yang tidak berbakat dibidang pelajaran ini.
e. Minat Siswa. Minat adalah ketertarikan siswa terhadap jenis pelajaran atau kegiatan tentu, semkain besar minat yang dimilikinya untuk mempelajari hal tertentu maka akan semakin baik hasil yang didapatnya.
f. Motivasi belajar. Yang dimaksud dengan motivasi disini adalah: “sesuatu yang menyebabkan kegiatan belajar terjadi”. Motifasi ini dapat timbul sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan, nasihat guru, kondisi siswa, faktor dinamis dalam belajar, atau bahkan cita-cita siswa tersebut.
g. Emosi Siswa. Emosi merupakan kondisi psikologis individu untuk melakukan kegiatan, dalam hal ini kegiatan belajar. Kondisi psikologis siswa yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya antara lain adalah perasaan senang, sedih, marah, gembira, cemas dan lain-lain.
2. Faktor Dari Luar (Eksternal)
Faktor luar yang berasal dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa, dapat disebabkan oleh:
a. Lingkungan alami, yaitu faktor yang mempengaruhi dalam proses belajar misalnya keadaan cuaca, udara, waktu, tempat, ruangan, alat atau sarana pembelajaran.
b. Waktu pelaksanaan belajar, misalnya menyangkut pembagian waktu belajar siswa dalam satu hari atau satu minggu. Jika jadwal kegiatan terlalu melelahkannya, maka hasil yang diperoleh akan kurang memuaskan dibandingkan mereka yang memiliki jadwal kegiatan yang wajar.
c. Kondisi cuaca. Kondisi cuaca yang mendung akan sangat berbeda dengan kondisi yang cerah, demikian juga halnya, kondisi cuaca yang sangat panas atau sangat dingin akan berbeda dengan hasil belajar di saat kondisi cuaca sedang baik.
d. Kondisi gedung atau kelas. Kondisi ruangan gedung atau kelas sangat berpengaruh terhadap hasil akhir proses pembelajaran siswa. Gedung yang dirancang dan dibangun menurut kaidah standar kelas, akan sangat berbeda dengan kondisi gedung yang dibangun darurat yang kurang memperhatikan faktor kenyamanan penggunannya.
e. Peralatan / sarana belajar. Perlatan belajar termasuk di dalamnya media pembelajaran yang memadai akan sngat membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru suatu mata pelajaran. Peralatan belajar ini dapat berbentuk perangkat kers dapat juga berbentuk perangkat lunak, sebagai contoh misalnya berbagai program aplikasi untuk pembelajaran TIK.
f. Lingkungan. Yang dimaksud dengan lingkungan dalam hal ini adalah lingkungan alam serta lingkungan pergaulan social disekitarnya, misalnya orang tua, saudara bahkan teman-teman. Lingkungan yang gemar menimba ilmu, akan berpengaruh juga terhadap perilakunya belajar siswa baik di sekolah maupun diluar sekolah.

Hasil Belajar dan Pengukuran Keberhasilan
        Di dalam konsep dasar belajar dan mengajar ada beberapa hal yang perlu di laksanakan diantaranya adalah :
Pelaksanaan Evaluasi
Salah satu tugas pokok guru ialah mengevaluasi taraf keberhasilan rencana dan pelaksana kegiatan belajar mengajar. Untuk menimbang sejauhmana taraf keberhasilan mengajar guru dan belajar siswa secara tepat (valid)dan dapat dipercaya (reliable), kita memerlukan informasi yang didukung oleh data yang objektif dan memadai tentang indikator-indikator perubahan perilaku dan peribadi siswa. Wujud perubahan perilaku dan pribadi sebagai hasil belajar dapat bersifat; fungsional-struktural, material-substansial, behavioral. Untuk memudahkan sistematikanya dapat kita gunakan penggolongan perilaku menurut Bloom dalam Term kawasan-kawasann: kognitif, afektif dan psikomotor.
Tujuan Evaluasi
Sebagaimana diuraikan pada bagian terdahulu bahwa evaluasi dilaksanakan dengan berbagai tujuan. Khusus terkait dengan pembelajaran, evaluasi dilaksanakan dengan tujuan:
1. Mendeskripsikan kemampuan belajar siswa.
2. Mengetahui tingkat keberhasilan PBM
3. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian
4. Mmberikan pertanggung jawaban (accountability)
Fungsi Evaluasi
Sejalan dengan tujuan evaluasi di atas, evaluasi yang dilakukan juga memiliki banyak fungsi, diantaranya adalah fungsi:
1. Selektif
2. Diagnostik
3. Penempatan
4. Pengukur keberhasilan
         Selain keempat fungsi di atas Asmawi Zainul dan Noehi Nasution menyatakan masih ada fungsi-fungsi lain dari evaluasi pembelajaran, yaitu fungsi: 1. Remedial 2. Umpan balik 3. Memotivasi dan membimbing anak 4. Perbaikan kurikulum dan program pendidikan 5. Pengembangan ilmu
Manfaat Evaluasi Secara umum
Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan evaluasi dalam pembelajaran, yaitu :
a. Memahami sesuatu : mahasiswa (entry behavior, motivasi, dll), sarana dan prasarana, dan kondisi dosen
b. Membuat keputusan : kelanjutan program, penanganan “masalah”, dll
c. Meningkatkan kualitas KBM : komponen-komponen KBM Sementara secara lebih khusus evaluasi akan memberi manfaat bagi pihak-pihak yang terkait dengan pembelajaran, seperti siswa, guru, dan kepala sekolah.
Bagi Siswa : Mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran : Memuaskan atau tidak memuaskan
Bagi Guru:
a. Mendeteksi siswa yang telah dan belum menguasai tujuan : melanjutkan, remedial atau pengayaan
b. Ketepatan materi yang diberikan : jenis, lingkup, tingkat kesulitan, dll.
c. Ketepatan metode yang digunakan
Bagi Sekolah yaitu :
a. Hasil belajar cermin kualitas sekolah
b. Membuat program sekolah
c. Pemenuhan standar

Macam-macam Evaluasi
Formatif Evaluasi.
Formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan / topik, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah suatu proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Winkel menyatakan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi formatif adalah penggunaan tes-tes selama proses pembelajaran yang masih berlangsung, agar siswa dan guru memperoleh informasi (feedback) mengenai kemajuan yang telah dicapai. Sementara Tesmer menyatakan formative evaluation is a judgement of the strengths and weakness of instruction in its developing stages, for purpose of revising the instruction to improve its effectiveness and appeal. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengontrol sampai seberapa jauh siswa telah menguasai materi yang diajarkan pada pokok bahasan tersebut. b. Sumatif Evaluasi. Sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk
Mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya. Winkel mendefinisikan evaluasi sumatif sebagai penggunaan tes-tes pada akhir suatu periode pengajaran tertentu, yang meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu semester, bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi.
Diagnostik Evaluasi.
Diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa sehingga dapat diberikan perlakuan yang tepat. Evaluasi diagnostik dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, baik pada tahap awal, selama proses, maupun akhir pembelajaran. Pada tahap awal dilakukan terhadap calon siswa sebagai input. Dalam hal ini evaluasi diagnostik dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal atau pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai oleh siswa. Pada tahap proses evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui bahan-bahan pelajaran mana yang masih belum dikuasai dengan baik, sehingga guru dapat memberi bantuan secara dini agar siswa tidak tertinggal terlalu jauh. Sementara pada tahap akhir evaluasi diagnostik ini untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa atas seluruh materi yang telah dipelajarinya.
Prinsip Evaluasi
Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan evaluasi, agar mendapat informasi yang akurat, diantaranya:
a. Dirancang secara jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil penilaian dengan patokan : Kurikulum/silabi.
b. Penilaian hasil belajar menjadi bagian integral dalam proses belajar mengajar.
c. Agar hasil penilaian obyektif, gunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif.
d. Hasilnya hendaknya diikuti tindak lanjut.

Kesimpulan
Proses belajar mengajar sebagai salah satu bagian dari kegiatan pendidikan, merupakan proses yang melibatkan berbagai komponen yang menyangkut guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Pendidik dan peserta didik masing-masing harus memiliki kesiapan untuk mencapai hasil proses pendidikan yang memadai, oleh sebab itu keduanya perlu dikondisikan melalui tatacara yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku dalam proses belajar mengajar. Kaidah-kaidah tersebut dirangkum dalam sebuah konsep yang kemudian disebut sebagai konsep dasar belajar mengajar, yang harus dipahami oleh seorang tenaga pendidik sebelum melaksanakan tugasnya.
Konsep dasar dan mengajar memiliki tiga karakteristik yaitu aspek siswa, aspek tujuan,  aspek guru. Secara implisit mengidentifikan perilaku hasil belajar yaitu perubahan intensional atau keletihan, perubahan bersifat positif, perubahan bersifat efektif. Selain itu faktor – faktor yang mempengaruhi proses belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal dan untuk mrnetahui hasil dan keberhasilan harus di berikan suatu evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA

Gagne. 1984. “ Definisi belajar “. Jakarta : Gramedia
Hilgar ahmad.1948.” Mengidentifikasi perilaku hasil belajar”(online) http://hasilbelajar.com /pengertian-perilaku-hasil-belajar/. Diakses pada tanggal 10 Januari 2014
Masmuadi, andi. 2009.”Konsep Dasar Belajar dan Mengajar”.(online), http://www.andimasmuadi.net/2009/02/pemahaman-konsep-dasar-belajar-mengajar.html di akses pada tanggal 18 Januari 2014
Ruslan, Ade.2003 “Kegiatan Belajar Mengajar Yang Efektif “.Jakarta : Gramedi
Konsep dasar belajar mengajar” (online) http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/29/konsep-dasar-belajar-dan-mengajar -399602.html. Di akses pada tanggal 11 Januari 2014
KonsepDasarBelajar(online)http://ahmadselamet.blogspot.com/2011/05/konsepi-dasar-belajar.html. Diakses pada tanggal 10 Januari 2014
Surya,    Puspita.     2012. ”   Konsep   dasar  Belajar dan  Mengajar    ”(online)
Wijaya, Cece.1991.”Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar” Re,aja Rosda Karya : Bandung


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelas XI Bab 2 Hidup Nyaman dengan Perilaku Jujur

Tari Lenggang Patah Sembilan: Tari Klasik Kesultanan Serdang di Sumatra Utara

Metode dan Teknik Pembelajaran diposkan oleh Sapri