Meninggalnya Putri Tercinta

Ya Allah
Engkau telah menitipkan putri surga kepadaku, kini Engkau sudah mengambil kembali Putri surga-Mu, walaupun Engkau titipkan selama 8 tahun 3 bulan, sungguh Hamba ini tidak sanggup untuk melepaskannya, tapi Hamba ikhlas dan ridho, karena dia milik-Mu, selamat jalan putri Surga ku, kini kamu sudah kembali kepada pemilikmu yang sebenarnya.
Hari terus berlalu. Tetap saja aku masih merindu. Rindu bercakap dengannya, rindu memeluknya, rindu bermain dengannya, juga rindu dengan ke’nakal’annya. Rindu yang coba kukabarkan kepada Sang Pencipta kehidupan dan Kematiannya agar sejenak aku bisa lupa untuk mengikhlaskan dan Ridho kepada-Nya. Namun, saat rindu itu mendera, betapa terasa perih di hati. Betapa sulit membendung tumpahnya air mata. Rindu yang kadang membuatku terdiam lama, menggenang air mata, atau menangis dalam sunyi, meski tak terlalu lama. Rindu yang membuatku sulit untuk memejamkan mata di malam hari, saat biasanya ia bermanja dan bercanda gembira sebelum tidur. Rindu yang kadang membuat seluruh persendian terasa lemas tak bertenaga, sambil mengenang selalu bersamanya hingga hari terakhirnya. Rindu yang berakhir dengan kepasrahan dalam lantunan doa lirih seorang Bapak, “Ya Rabb, sampaikan rinduku padanya. Ijinkan suatu saat aku dapat bertemu, dan memeluknya lagi, seperti saat Engkau titipkan kepadaku”

Aku jadi ingat sepenggal nasihat Rasulullah

Janji pertama, Allah akan membangunkan rumah di syurga bagi orang tua yang berusaha mengikhlaskan kematian putrinya. Memang tidak ada yang ikhlas dan pasti berat tapi harus berusaha mengikhlaskannya.

Sebuah hadis dari Abu Musa al-Asyari bahwasannya Rasulullah saw bersabda.

إذَامَاتَوَلَدُالْعَبْدِقَالَاللهلِمَلَائِكَتِهِ: قَبَضْتُمْوَلَدَعَبْدِي؟فَيَقُوُلُوْنَ: نَعَمْفَيَقُوْلُ: قَبَضْتُمْثَمْرَةَفُؤَادِهِ؟فَيَقُوْلُوْنَ: نَعَمْ. فَيَقُوْلُ: مَاذَاقَالَعَبْدِي؟حَمِدَكَوَاسْتَرْجَعَكَ. فَيَقُوْلُ: اُبْنُوْالِعَبْدِيبَيْتاًفِيالْجَنَّةِوَسَمُّوْهُبَيْتَالْحَمْدِ.

“Jika putra seorang hamba meninggal dunia, Allah berfirman kepada Malaikat, ”Kalian telah mengambil putra hambaku?”. Mereka berkata, ”Ya”. Allah berfirman, ”Kalian telah mengambil buah hati hambaku?” Mereka berkata, ”Ya”. Allah berfirman, ”Apa yang diucapkan oleh hambaku?” Mereka berkata, ”Ia memujiMu dan mengembalikan kepadaMu”. Maka Allah berfirman, ”Bangunkanlah sebuah rumah rumah di surga, dan berilah nama dengan Baitul Hamd.” ( Hr. Tirmizi:2401)

Abu Hurairah dalam sebuah hadis bahwa rasul saw bersabda:

“Anak-anak kecilmu (menjadi) kunang-kunang di dalam surga, seorang di antara mereka menemui ayahnya, memegangi bajunya, ia tidak berhenti melakukan itu sampai Allah memasukkan dia dan ayahnya ke dalam surga”. (Hr. Bukhari)

aku juga ingat sepenggal nasihat dari penyair Taufiq Ismail:

Bersabarlah. Meski ia tak lagi ada, telah Allah taqdirkan ia sekarang berlari-lari riang di taman Firdaus. Sembari menanti kedua orang tua ynag dikasihinya. Hinga saat nanti kalian bertemu dengannya, wildan itu berkata, “Duhai ayah ibuku, ini aku anakmu. Temanilah aku dalam firdaus ini, karena aku telah begitu lama merindukan kalian” Allah senantiasa bersama orang2 yang sabar.

kita memang tak pernah benar-benar memiliki
tapi kita benar-benar dititipi
Sungguh semuanya Allah yang benar-benar memiliki
dan kepada-Nya semua benar-benar kembali

Selamat Jalan Anakku. 
Bapak dan Mamamu selalu merindukanmu. Insyaallah kita akan ketemu pada tempat yang terbaik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelas XI Bab 2 Hidup Nyaman dengan Perilaku Jujur

Tari Lenggang Patah Sembilan: Tari Klasik Kesultanan Serdang di Sumatra Utara

Metode dan Teknik Pembelajaran diposkan oleh Sapri