kelas X Bab 6 kontrol diri
Materi
Pelajaran
1.
Nilai-nilai
yang harus dibangun untuk menghindari perpecahan dan pertikaian di masyarakat.
Diantaranya:
a) Kontrol diri, d)
kasih sayang
b) Berbaik sangka, e) tidak diskriminasi
c) Persaudaraan,
2 Hukum
bacaan Q.S. al-Hujurat/ 49: 10 dan 12
Ayat-Ayat
al-Qur’ān
tentang Pengendalian Diri, Prasangka Baik, dan
Persaudaraan
(ukhuwah)
1.
Q.S. al-Ḥujurāt/49:12
a.
Lafal Ayat dan Artinya
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab
itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah
terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah
banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah
kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang
menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.”
2. Arti perkata Q.S. al-Hujurat/ 49: 10 dan 12; serta hadis tentang kontrol diri
(mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzan), dan persaudaraan (ukhuwah)
Hadis tentang
Pengendalian Diri, Prasangka Baik, dan Persaudaraan
1. Hadis tentang Pengendalian Diri
Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw.
bersabda:
“Orang yang perkasa
bukanlah orang yang menang dalam perkelahian, tetapi orang yang perkasa adalah
orang yang mengendalikan dirinya ketika marah.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
2. Hadis tentang Prasangka Baik
Rasulullah saw. bersabda:
“Jauhkanlah dirimu
dari prasangka buruk, karena sesungguhnya prasangka itu adalah perkataan yang
paling dusta.” (H.R. Bukhari)
3. Hadis tentang Persaudaraan
Diriwayatkan dari Nu’man bin Basyir ra. bahwa Rasulullah
saw. Bersabda:
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam saling mencintai, saling
mengasihi, dan saling menyayangi, seperti satu tubuh. Apabila satu organ tubuh
merasa sakit, akan menjalar kepada semua organ tubuh, yaitu tidak dapat tidur
dan merasa demam.” (H.R. Muslim)
4. Kandungan Q.S. al-Hujurat/ 49: 10 dan 12; berdasarkan salah satu mufasir
Asbabunnuzul
Asbabunnuzul
yang dikhususkan pada surat al Hujarat ayat 10 tidak ada, namun yang pasti ayat
ini masih merespon ayat sebelumnya yaitu ayat ke 9 yang mempunyai asbabunnuzul
yang diriwayatkan oleh asy Syaikhani telah mengetengahkan sebuah hadis yang
bersumberkan dari Anas r.a. bahwasanya Nabi saw. Pada suatu hari mengendarai
keledai kendaraannya dengan tujuan menemui Abdullah ibnu Ubay. Abdullah ibnu
Ubay berkata: “menjauhlah dariku, karena sesungguhnya bau keledaimu menyesakkan
hidungku. “ Berkata salah seorang dari kalangan sahabat Anshar dengan
menjawabnya: “ demi Allah, bau keledainya sungguh lebih enak daripada bau tubuhmu.
“salah seorang dari kalangan kaumnya Abdullah menjadi marah mendengar mendengar
perkataan itu, dan akhirnya teman-teman dari kedua orang itu saling
bersitegang. Pecahlah perkelahian seru di antara kedua belah pihak mereka
saling baku hantam dengan pukulan dan terompah. [1]Lalu turunlah
surat al Hujarat ayat ke-9
وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى
الْأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ
فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ
يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
Artinya: dan
apabila ada dua golongan orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara
keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap (golongan) yang
lain, maka perangilah (golongan)nyang berbuat zalim itu, shingga golongan itu
kembali kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah
Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil. Sungguh, Allah mencintai
orang-orang yang berlaku adil.
Tafsir Ayat
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ ( sesungguhnya orang-orang mukmin adalah
saudara) lebih menekankan pada makna saudara dalam seagama — فَأَصْلِحُوا
بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ(karena itu damaikanlah kedua saudara
kalian) apabila mereka berdua bersengketa. Menurut qiraat yanglain dibaca
ikhwatikum, artinya saudara-saudara kalian– وَاتَّقُوا اللَّهَ
لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ(dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian
mendapatkan rahmat).[2] Setelah ayat
sebelumnya memerintahkan untuk melakukan perdamaian antara dua kelompok orang
beriman. Ayat ini menjelaskan kenapa harus mendamaikannya? Karena kita adalah
saudara seiman walaupun tidak satu keturunan. Maka kelompok lain yang tidak
terlibat langsung dalam pertikaian antara kelompok-kelompok, Maka damaikanlah
walau pertikaian itu hanya terjadi antara kedua saudara kamu, apalagi jumlahnya
yang bertikai lebih dari dua orang dan jagalah diri agar tidak ditimpa bencana
baik akibat dari pertikaian itu maupun selainnya, supaya kamu mendapat rahmat
antaralain rahmat persatuan kesatuan.[3]
Dalam ayat
ini juga memperingatkan bahwa orang-orang yang beriman yaitu bersaudara.
Bahwasanya kalau orang sudah sama-sama tumbuh iman dalam hatinya tidak mungkin
mereka akan bermusuhan. Jika tumbuh permusuhan dikarnakan karena sebab yang
lain saja, misalnya karena salah faham, salah terima, maka jika ada kabar hal
buruk pada saudara muslim di sebelahmu, maka pandailah memilah-memilih dan
selidikilah terlebih dahulu supaya jangan suatu kaum ditimpa oleh musibah hanya
karena kejahilan kita saja. [4]Dan ketika
mendamaikannya sebaiknya kita hanya mengharap rida Allah saja tanpa embel-embel
apapun.
Implikasi
dari persaudaraan ini ialah hendaknya rasa cinta, perdamaian, kerjasama dan
persatuan menjadi landasan utama masyarakat muslim dan hendaklah saling
mengingatkan satu sama lain untuk selalu di jalan Allah dengan cara yang lebih
bijak.[5]
(Hai orang-orang yang
beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka
itu adalah dosa) artinya, menjerumuskan kepada dosa, jenis prasangka itu cukup
banyak, antara lain ialah berburuk sangka kepada orang mukmin yang selalu berbuat
baik. Orang-orang mukmin yang selalu berbuat baik itu cukup banyak, berbeda
keadaannya dengan orang-orang fasik dari kalangan kaum muslimin, maka tiada
dosa bila kita berburuk sangka terhadapnya menyangkut masalah keburukan yang
tampak dari mereka (dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain)
lafal Tajassasuu pada asalnya adalah Tatajassasuu, lalu salah satu dari kedua
huruf Ta dibuang sehingga jadilah Tajassasuu, artinya janganlah kalian
mencari-cari aurat dan keaiban mereka dengan cara menyelidikinya (dan janganlah
sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain) artinya, janganlah kamu
mempergunjingkan dia dengan sesuatu yang tidak diakuinya, sekalipun hal itu
benar ada padanya. (Sukakah salah seorang di antara kalian memakan daging saudaranya
yang sudah mati?) lafal Maytan dapat pula dibaca Mayyitan; maksudnya tentu saja
hal ini tidak layak kalian lakukan. (Maka tentulah kalian merasa jijik
kepadanya) maksudnya, mempergunjingkan orang semasa hidupnya sama saja artinya
dengan memakan dagingnya sesudah ia mati. Kalian jelas tidak akan menyukainya,
oleh karena itu janganlah kalian melakukan hal ini. (Dan bertakwalah kepada
Allah) yakni takutlah akan azab-Nya bila kalian hendak mempergunjingkan orang
lain, maka dari itu bertobatlah kalian dari perbuatan ini (sesungguhnya Allah
Maha Penerima tobat) yakni selalu menerima tobat orang-orang yang bertobat
(lagi Maha Penyayang) kepada mereka yang bertobat.
Komentar
Posting Komentar