materi kelas XI Masa kejaya Islam yang dinanti kembali
TARTILAN
Bacalah
ayat-ayat berikut dengan tartil dan renungkanlah maknanya serta perhatikan adab
dan sopan santun membaca Al Qur’an.
a. Q.S.
Al A’raf : 4 - 5
b. Q.S
Thaha : 128-129
c. Q.S.Hud : 100 - 102
A. Pengertian sejarah Islam
Kata sejarah dalam bahasa Arab disebut dengan ketentuan masa atau waktu. sedangkan ilmu tarif adalah ilmu yang membahas peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian massa atau tempat terjadinya peristiwa dan sebab-sebab terjadinya peristiwa tersebut.
Menurut pengertian istilah tarikh berarti sejumlah keadaan dan peristiwa-peristiwa terjadi di masa lampau dan benar-benar terjadi pada diri masyarakat atau individu sebagaimana benar-benar terjadi pada kenyataan alam dan manusia. Dalam bahasa Indonesia sejarah berarti silsilah asal-usul atau keturunan, kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau adapun ilmu sejarah adalah pengetahuan atau uraian peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau.
Dengan demikian unsur penting dalam sejarah adalah adanya objek peristiwa adanya batas waktu yaitu masa lampau adanya perilaku yaitu manusia tempatnya latar belakangnya dan daya kritis dari peneliti sejarah dari pengertian demikian kita dapat mengatakan bahwa yang dimaksud dengan sejarah Islam adalah peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh terjadi yang seluruhnya berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan agama Islam dalam berbagai aspek.
B. Periodisasi sejarah Islam
Di kalangan ahli sejarah terdapat perbedaan tentang kapan dimulainya sejarah Islam yang telah berusia lebih dari 14 abad ini di satu pihak menyatakan bahwa sejarah Islam dimulai sejak Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassalam diangkat sebagai Rasul dan berada di Mekah atau 13 tahun sebelum hijrah ke Madinah di lain pihak menyatakan bahwa sejarah islam itu dimulai sejak lahirnya negara Madinah yang dipimpin oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam atau tepatnya setelah Nabi Muhammad berhijrah ke Madinah yang sebelumnya bernama Yatstrib.
Timbulnya perbedaan dari kedua belah pihak tersebut disebabkan oleh perbedaan tinjauan tentang unit sejarah. pihak pertama melihat bahwa unit Sejarah adalah masyarakat. Masyarakat muslim telah ada sejak Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. menyampaikan seruan nya. Mana jumlah mereka sedikit atau banyak tidak menjadi soal. disamping itu meskipun mereka belum berdaulat tetapi sudah terikat dalam satu organisasi yang dimiliki corak tersendiri. adapun pihak kedua melihat bahwa unit sejarah itu adalah negara sehingga sejarah Islam mulai dihitung sejak lahirnya negara Madinah.
Perbedaan pendapat tersebut akan tercermin pada pembagian periodisasi sejarah Islam yang dikemukakan oleh para ahli, terutama dalam hal tahun permulaan sejarah Islam pada periode pertama atau biasa disebut dengan periode klasik dan bahkan ada yang menyebutkan sebagai periode klasik guna mengisi Babakan sejarah Islam yang belum disebutkan secara tegas dalam periode klasik tersebut.
Harun Nasution dalam buku Islam ditinjau dari berbagai aspeknya membagi sejarah Islam ke dalam tiga periode besar yaitu
1. Periode klasik (650-1250 M) periode klasik merupakan periode kejayaan Islam yang dibagi dalam dua fase yaitu
- Fase fase ekspansi dan integrasi (650-1000 M).
- fase disentri disintegrasi (1000-1250 M)
2. Periode pertengahan (1250-1800M) Periode pertengahan merupakan periode kemunduran Islam yang dibagi kedalam dua fase yaitu
-fase kemunduran (1250-1500M).
-fase munculnya tiga kerajaan besar (1500-1800) yang dimulai dengan zaman kemajuan (1500-1700M) dan zaman kemunduran {1700-1800M)
3. Periode modern (1800 dan seterusnya) Periode modern merupakan periode kebangkitan umat Islam yang ditandai dengan munculnya para pembaharu Islam.
C. Masa kejayaan Islam
Masa kejayaan Islam terjadi pada tahun 650-1250. Periode ini disebut periode klasik pada kurun waktu itu terdapat dua kerajaan besar yaitu kerajaan Umayyah atau sering disebut dengan daulah Umayyah dan kerajaan Abbasiyah yang sering disebut dengan daulah Abbasiyah.
Pada masa Bani Umayyah perkembangan Islam ditandai dengan meluasnya wilayah kekuasaan Islam dan berdirinya bangunan-bangunan sebagai pusat dakwah islam. Kemajuan Islam pada masa ini meliputi bidang politik keagamaan, ekonomi ilmu bangunan sosial dan bidang militer.
Sementara perkembangan Islam pada masa Bani Abbasiyah ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan. Kemajuan Islam pada masa ini meliputi bidang ilmu pengetahuan ekonomi ilmu bangunan sosial dan bidang militer. tentu saja kemajuan Islam baik pada masa Bani umayah maupun Bani Abbasiyah terjadi tidak secara tiba-tiba. akan tetapi, ada penyebabnya yaitu disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal
Faktor internal antara lain
1. Konsistensi dan istiqomah umat Islam kepada ajaran Islam
2. Ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk maju
3. Islam sebagai rahmat seluruh alam
4. Islam sebagai agama dakwah sekaligus keseimbangan dalam menggapai kehidupan kehidupan duniawi dan ukhrawi
Sedangkan faktor eksternal antara lain
1. terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan. pengaruh Persia pada saat itu sangat penting di bidang pemerintahan titik selain itu mereka banyak berjasa dalam perkembangan ilmu filsafat dan sastra. adapun pengaruh Yunani masuk melalui berbagai macam terjemah dalam banyak bidang ilmu terutama filsafat.
2. Gerakan terjemah
pada masa periode klasik usaha penerjemahan kitab-kitab asing dilakukan dengan giat sekali titik pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum terutama di bidang astronomi kedokteran filsafat kimia dan sejarah
selain faktor tersebut di atas, kejayaan islam ini disebabkan pula adanya gerakan ilmiah atau etos keilmuan dari para ulama yang pada periode klasik tersebut antara lain
1. melaksanakan ajaran Alquran secara maksimal di mana banyak ayat dalam Alquran yang menyuruh agar kita menggunakan akal untuk berpikir
2. melaksanakan isi hadis dimana banyak hadis yang menyuruh kita untuk terus menerus menuntut ilmu meskipun harus ke negeri Cina. bukan hanya ilmu agama yang dicari tetapi ilmu ilmu lain yang berhubungan dengan kehidupan manusia di dunia ini
3. mengembangkan ilmu agama dengan berijtihad ilmu pengetahuan umum dengan mempelajari ilmu filsafat Yunani Titik maka pada saat itu itu banyak bermunculan ulama fiqih tauhid tafsir, hadis, ulama bidang sains dan lain-lainnya
4. ulama yang berdiri sendiri serta menolak untuk menjadi pegawai pemerintahan
A. Awal Berdirinya Bani Abbasiyah
Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah
adalah melanjutkan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah. Dinamakan Daulah Abbasiyah
karena para pendiri dan penguasa Dinasti ini adalah keturunan Abbas, paman Nabi
Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad
ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbass. Dia dilahirkan di Humaimah pada tahun 104
H. Dia dilantik menjadi Khalifah pada tanggal 3 Rabiul awal 132 H.[1][1]
Pada
abad ketujuh terjadi pemberontakan diseluruh negeri. Pasukan Marwan ibn Muammad
(pasukan Dinasti Umayyah) melawan pasukan Abdul Abbas. Pemberontakan tersebut terjadi akibat ketidak
puasan mereka tehadap khalifah-khalifah sebelumnya. Dan akhirnya di menangkan
oleh pasukan Abbas. Pasukan pemberontak
terdiri dari kalangan Khawarij, Syi’ah, Mawali, dan Bani Abbas.
Para Mawali bekerja sama dengan
Bani Abbas, komando tertinggi gerakan Bani Abbas tidak menyisakan keluaga
Umayah, karena perburuannya terhadap keluarga Umayyah itu, ia dijuluki dengan
As-Safah yang berarti”yang menumpahka darah”.
Abu Abbas kemudian didaulat menjadi
khalifah pertama Bani Abbasiyah. Tahun 750 M diproklamasikan berdirinya
pemerintahan Bani Abbasiyah di Kufah. Khalifah petamanya adalah Abu Abbas Ash
Shaffah yang di baiat di Masjid Kufah.[2][2]
B. Pendidikan Islam Pada Masa Keemasan
Masa Bani Abbasiyah adalah masa
keemasan Islam, atau sering disebut dengan istilah ‘’The Golden Age’’. Pada
masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi,
peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu
pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa
asing ke bahasa Arab. Fenomena ini kemudian yang melahirkan
cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai
disiplin ilmu pengetahuan.[3][3]
Pemerintah Bani Abbasiyah berkuasa
selama 5 abad, yaitu dari tahun 750-1258 M. Pada awalnya pusat pemerintahan di
kota kufah kemudian pindah ke Hira lalu ke Abar (Hasyimiyah) dan akhirnya ke
Baghdad. Baghdad adalah ibu kota pemerintah Bani Abbasiyah yang paling
strategis, kota ini di bangun oleh Abu ja’far al Mansur dengan bentuk bulat,
arsitek pembangunan adalah Hajjaj bin Art dan Amron bi Wahdah. Baghdad menjadi
kota internasional dan disebut sebagai kota seribu malam.
Ahli sejarah membagi pemerintahan
bani Abbasiyah menjadi 5 priode yang didasarkan pada kondisi politik
pemerintahan.
1. Periode Pertama (tahun 750 – 847 M)
Pada periode ini terdapat pengaruh
persia yaitu masuknya keluarga Barmak dalam pemerintahan Bani Abbasiyah dan
dalam bidang ilmu pengetahuan. Puncak kejayaan terjadi pada periode ini yaitu
ketika di pinpin oleh khalifah Harun Al Rasyid. Semua sektor perekonomian maju,
ilmu pengetehuan berkembang pesat sehingga rakyat menjadi sejahtera.
2. Periode kedua (tahun 874 – 945 M)
Bangsa Turki yang menjadi tentara
mulai mendominasi pemerintahan Bani Abbasiyah. Mereka memilih dan menentukan
khalifah sesuai dengan kehendaknya. Pada masa ini Bani Abbasiyah mulai mengalami
kemunduran.
3. Periode ketiga (tahun 945 – 1055 M)
Pada masa Bani Abbasiyah di bawah
kekuasaan Bani Buwaihi. Khalifah posisinya makin lemah hanya seperti pegawai
yang digaji saja karena Bani Buwaihi berpaham Syi’ah sedangkan Bani Abbasiyah
berpaham Sunni.
4. Periode keempat (tahun 1055 – 1199
M)
Periode ini ditandai dengan masuknya
Bani Saljuk dalam pemerintahan Bani Abbasiyah karena telah mengalahkan Bani
Buwaihi. Keadaan khalifah mulai membaik terutama bidang agama karena Bani
Saljuk dengan Bani Abbasiyah sama-sama sepaham Sunni.
5. Periode kelima (tahun 1199 – 1258 M)
Pemerintahan Bani Abbasiyah tidak
berada di bawah kekuasaan siapapun tetapi wilayah kekuasaannya hanya tinggal
Baghdad dan sekitarnya. Pada tahun 1258 M, tentara Mongol dipinpin oleh Hulagu
Khan masuk kota Baghdad menghancurleburkan kota Baghdad dan isinya, sehingga
berakhirlah Bani Abbasiyah.[4][4]
Sebenarnya
zaman keemasan Bani Abbasiyah telah dimulai sejak pemerintahan pengganti
Khalifah Abu Jakfar Al-Mansur yaitu pada masa Khalifah Al-Mahdi (775-785 M) dan
mencapai puncaknya di masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid. Di
masa-masa itu para Khalifah mengembangkan berbagai jenis Kesenian, terutama
kesusastraan pada khususnya dan kebudayaan pada umumnya. Berbagai buku bermutu
diterjemahkan dari peradaban India maupun Yunani. Dari India misalnya, berhasil
diterjemahkan buku-buku Kalilah dan Dimnah maupun berbagai cerita Fabel yang
bersifat anonim.
Kemajuan ilmu pengetahuan bukan
hanya pada bidang sastra dan seni saja juga berkembang Ilmu-ilmu Naqli dan Ilmu
Aqli. Perkembangan ini memunculkan tokoh-tokoh besar dalam sejarah ilmu
pengetahuan, dalam ilmu bahasa muncul antara lain Ibnu Malik At-Thai seorang
pengarang buku nahwu yang sangat terkenal Alfiyah Ibnu malik, dalam bidang
sejarah muncul sejarawan besar Ibnu Khaldun serta tokoh-tokoh besar lainnya
yang memiliki pengaruh yang besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan
selanjutnya.[5][5]
C.
Bidang Perkembangan/Keemasan Islam Pada Zaman Abbasiyah.
1. Perkembangan Intelektual.
Secara garis besar Perkembangan Ilmu
pengetahuan dan teknologi mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Harun
ar-Rasyid. Hal ini dapat dilihat dari adanya gerakan penerjemahan buku dari
berbagai bangsa dan bahasa. Sehingga dengan gerakan penerjemahan buku tersebut,
lahirlah para tokoh Islam sesuai dengan keahliannya.
a. Ilmu
Umum
1)
Ilmu Filsafat
Ø Al-Kindi atau Abu Yusuf Ya’qub Bin Ishak ( 809-873 M),
seorang filsuf bangsa Arab.
Ø Al Farabi (wafat
tahun 916 M) dalam usia 80 tahun.
Ø Ibnu Maskawai (wafat
tahun 523 H).
Ø Ibnu Shina ( 980-1037
M). Karangan-karangan yang terkenal antara lain: Shafa, Najat, Qoman, Saddiya dan lain-lain
Ø Al Ghazali (1085-1101 M). Dikenal sebagai Hujjatul Islam,
karangannya: Al-Munqizh Minadl-Dlalal ,Tahafutul Falasifah, Mizanul Amal, Ihya
Ulumuddin, dan lain-lain.
Ø Ibnu Rusd (1126-1198 M). Karangannya: Kulliyaat, Tafsir
Urjuza, Kasful Afillah, dan lain-lain.
b. Bidang
Kedokteran
Ø Ali bin Rabban At Torabi. Merupaka dokter pribadi khalifah
Al Mutawakkil yang menulis buku Firdaus.
Ø Ali bin Abbas Al Majusi, salah satu karyanya adalah Al kitab
Al Maliki.
Ø Ibnu Sina, ia disebut oleh kaum muslimin sebagai pangeran
dokter.
Ø Ar Razi atau Razes (809-873 M). Karangan yang terkenal
mengenai cacar dan campak yang diterjemahkan dalam bahasa latin.[6][6]
c. Bidang
Matematika
Ø Umar Al Farukhan: Insinyur Arsitek Pembangunan kota Baghdad.
Ø Al Khawarizmi: Pengarang kitab Al Gebra (Al Jabar), penemu
angka (0).
d. Bidang
Astronomi
Berkembang subur di kalangan umat
Islam, sehingga banyak para ahli yang terkenal dalam perbintangan ini seperti :
Ø Al Farazi
: pencipta Astro lobe
Ø Al
Gattani/Al Betagnius
Ø Abul wafat
: menemukan jalan ketiga dari bulan
Ø Al Farghoni
atau Al Fragenius.
2. Perkembangan Peradaban di Bidang
Fisik
Perkembangan peradaban pada masa
daulah Bani Abbasiyah sangat maju pesat, karena upaya-upaya dilakukan oleh para
Khalifah di bidang fisik. Hal ini dapat kita lihat dari bangunan – bangunan
yang berupa:
a) Kuttab
b) Majlis Muhadharah,yaitu tempat
pertemuan para ulama, sarjana,ahli pikir dan pujangga untuk membahas
masalah-masalah ilmiah.
c) Darul Hikmah, Adalah perpustakaan
yang didirikan oleh Harun Ar-Rasyid. Ini merupakan perpustakaan terbesar yang
di dalamnya juga disediakan tempat ruangan belajar.
d) Masjid
e) Pada masa Daulah Bani Abbassiyah,
peradaban di bidang fisik seperti kehidupan ekonomi: pertanian, perindustrian,
perdagangan berhasil dikembangkan oleh Khalifah Mansyur.
3. Perkembangan peradaban di bidang
politik dan pemerintahan
Dalam menjalankan roda pemerintahan
Khalifah Dinasti Abbasiyah mengangkat menteri (wasir) dan membentuk kementrian
(wizarat). Menteri adalah pembantu utama khalifah, ia berhak mengangkat dan
memecat pegawai. Khalifah juga mengangkat hakim yang bertugas menyelesaikan
masalah muamalah. Untuk membantu lancarnya kepemerintahan dibentuklah Diwanul
Kitabah (Sekertariat Negara) dengan dibantu oleh : katibur Rasail, katibul Kharraj,
katibul Jund, katibul Syurthan, katibul Qada’.
Selain itu, juga dibentuk
departemen-departemen yang dikepalai oleh menteri, departemen-departemen itu
antara lain : diwan al kharraj, diwan az-Ziman, diwan al jund, diwan barid,
diwan ar Rasail. Dalam pemerintahan dinasti Umayyah ada juga yang disebut
hajib, yang bertugas mengawasi dan memberikan persetujuan terhadap program
kerja menteri. Wilayah Dinasti Abbasiyah dibagi menjadi beberapa provinsi yang
dinamakan imarat, gubernurnya bergelar Amir.
4. Bidang Militer
Militer Dinasti Abbasiyah terdiri
atas tiga bagian, yaitu pasukan pemanah, pasukan infanteri, dan pasukan
berkuda/kavaleri. Pasukan pemanah bersentakan anak panah dan busurnya, tugas
pasukan ini adalah mengacaukan musuh dari jarak jauh. Pasukan invanteri
bersenjatakan pedang, tombak, helm, dan tamengya. Mereka bertugas memukul
mundur pasukan musuh pada pertempuran jarak dekat. Pasukan berkuda
bersenjatakan pedang dan lembing, mereka bertugas mengobrak-abrik pertahanan
lawan melalui depan, samping, dan belakang. Selain pasukan-pasukan di atas ada
lagi pasukan pengawal khalifah, mereka ini pasukan elite yang bergaji tinggi.
Angkatan bersenjata Dinasti Abbasiyah
didominasi oleh orang Arabdan Persiah pada awalnya, namun pada tahun-tahun selanjutnya
didominasi oleh Arab, Turki, dan persiah. Dan masa sebelum berakhir daulat ini
pasukan bersenjatanya didominasi oleh Persiah dan Turki.[7][7]
Masa kejayaan pendidikan Islam
dimulai dengan berkembang pesatnya kebudayaan Islam yang ditandai dengan
berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam dan madrasah-madrasah
formal serta universitas dalam berbagai pusat kebudayaan Islam. Pendidikan
tersebut sangat berpengaruh dalam membentuk pola kehidupan, budaya dan
menghasilkan pembentukan dan perkembangan dalam berbagai aspek budaya kaum
muslimin.[8][8]
Adapun
sistem pendidikan Islam pada masa kejayaan meliputi :
1.
Kurikulum
Kurikulum adalah sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari oleh siswa. Lebih luas lagi,
kurikulum bukan hanya sekedar rencana pelajaran, tetapi semua yang secara nyata
terjadi dalam proses pendidikan di sekolah.
Kurikulum dalam lembaga pendidikan
Islam pada mulanya berkisar pada bidang studi tertentu. Namun seiring
perkembangan sosial dan cultural, materi kurikulum semakin luas. Pada masa
kejayaan Islam, mata pelajaran bagi kurikulum sekolah tingkat rendah adalah
al-Quran dan agama, membaca, menulis, dan berenang. Sedangkan untuk anak-anak
amir dan penguasa,
Kurikulum tingat rendah sedikit
berbeda. Di istana-istana biasanya ditegaskan pentingnya pengajaran ,ilmu
sejarah, cerita perang, cara-cara pergaulan, disamping ilmu-ilmu pokok seperti
al-Quran, syair, dan fiqih. Setelah usai menempuh pendidikan rendah, siswa
bebas memilih bidang studi yang ingin ia dalami di tingkat tinggi.
Ilmu-ilmu agama mendominasi
kurikulum di lembaga-lembaga pendidikan formal, seperti masjid, dengan al-Quran
sebagai intinya. Ilmu-ilmu agama harus dikuasai agar dapat memahami dan
menjelaskan secara terperinci makna al-Quran yang berfungsi sebagai fokus
pengajaran.
2. Metode
Pengajaran
Dalam proses belajar mengajar,
metode pengajaran merupakan salah satu aspek pengajaran yang penting untuk
mentransfer pengetahuan atau kebudayaan dari seorang guru kepada para pelajar.
Metode pengajaran yang dipakai dapat dikelompokkan ke dalam tiga macam, yaitu
lisan, hafalan, dan tulisan. Metode lisan bisa berupa dikte, ceramah, dan
diskusi. Metode menghafal merupakan ciri umum dalam sistem pendidikan Islam
pada masa ini. Untuk dapat menghafal suatu pelajaran, murid-murid harus membaca
berulang-ulang sehingga pelajaran melekat di benak mereka. Sedangkan metode
tulisan adalah pengkopian karya-karya ulama.
3. Rihlah
Ilmiyah
Salah satu ciri yang paling menarik
dalam pendidikan Islam di masa itu adalah sistem Rihlah Ilmiyah, yaitu
pengembaraan atau perjalanan jauh untuk mencari ilmu[9][9].
Simpulan
Adapun yang dapat saya simpulkan dari makalah ini, yaitu:
1. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh
Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbass. Dia
dilahirkan di Humaimah pada tahun 104 H. Dia dilantik menjadi Khalifah pada
tanggal 3 Rabiul awwal 132 H, Setelah mengalahkan pasukan Marwan ibn
Muhammad(pasukan Dinasti Umayyah).
2. Masa Bani Abbasiyah adalah masa
keemasan Islam, atau sering disebut dengan istilah ‘’The Golden Age’’. Pada
masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi,
peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu
pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa
asing ke bahasa Arab. Fenomena ini kemudian yang melahirkan
cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di
berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
3. Bidang Perkembangan/Keemasan Islam
Pada Zaman Abbasiyah, terdiri dari
a. perkembangan intelektual. b. perkembangan peradaban dibidang fisik,didalamnya terdapat bangunan-bangunan
yang dipakai untuk menuntut ilmu.seperti:kuttab,darul hikmah,masjid,dll. c.
perkembangan peadaban dibidang politik dan pemerintahan, dengan mengangkat
menteri-menteri dan nenbentuk kementerian, dan juga membentuk
departemen-departemen yng di kepalai oleh menteri. d. bidang militer,terdiri dari:pasukan pemanah,
pasukan infanteri,dan pasukan berkuda
4. Masa kejayaan pendidikan Islam
dimulai dengan berkembang pesatnya kebudayaan Islam yang ditandai dengan
berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam dan madrasah-madrasah
formal serta universitas dalam berbagai pusat kebudayaan Islam. Pendidikan
tersebut sangat berpengaruh dalam membentuk pola kehidupan, budaya dan
menghasilkan pembentukan dan perkembangan dalam berbagai aspek budaya kaum
muslimin.kebudayaan itu dipengaruhi oleh dua faktor,yakni faktor intern(yang
dibawa dari ajaran Islam itu sendiri) dan faktor ekstern(yang dibawah luar
ajaran Islam.
5. Sistem pendidikan Islam terdiri atas
tiga bagian,yaitu petama,Kurikulum
adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari oleh
siswa.kedua, metode pengajaran, merupakan salah satu aspek pengajaran yang
penting untuk mentransfer pengetahuan atau kebudayaan dari seorang guru kepada
para pelajar. Ketiga, Rihlah Ilmiyah, yaitu pengembaraan atau perjalanan jauh
untuk mencari ilmu.
[9][9] Dr. MA. Badrim Yatim. Sejarah Pendidikan Islam pada Masa
Abbasiyah. ( Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2006), h. 101-102
NAMA: Lata mustika lagita
BalasHapusKELAS:XI Ipa 3
Absen: 16
1.Pengertian sejarah Islam
Kata sejarah dalam bahasa Arab disebut dengan ketentuan masa atau waktu. sedangkan ilmu tarif adalah ilmu yang membahas peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian massa atau tempat terjadinya peristiwa dan sebab-sebab terjadinya peristiwa tersebut.
2. Dengan demikian unsur penting dalam sejarah adalah adanya objek peristiwa adanya batas waktu yaitu masa lampau adanya perilaku yaitu manusia tempatnya latar belakangnya dan daya kritis dari peneliti sejarah dari pengertian demikian kita dapat mengatakan bahwa yang dimaksud dengan sejarah Islam adalah peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh terjadi yang seluruhnya berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan agama Islam dalam berbagai aspek.
1.Sejarah Islam adalah peradaban agama Islam yang di mulai dari turunnya wahyu pertama pada tahun 610M yang diturunkan kepada rasul yang terakhir yaitu Muhammad bin Abdullah di Gua Hira, Arab Saudi sampai dengan sekarang.
BalasHapus2.Sejarah berasal dari bahasa arab yaitu “syajaratun” yang berarti “pohon” sedangkan didalam bahasa arab sendiri, sejarah disebut tarikh. Kata “pohon” bermakna suatu percabangan geneologis dari suatu kelompok keluarga tertentu yang menyerupai profil pohon yang penuh dengan cabang beserta rantingnya pada bagian atas kemudian percabangan dari akar – akarnya dari bagian bawah.