kelas X Bab 11 Menjaga Martabat Manusia dengan tidak pergaulan bebas dan perbuatan zina

LARANGAN PERGAULAN BEBAS DAN PERBUATAN ZINA

1)      QS Al-Isra’ (17) ayat 32 berisi tentang larangan pergaulan bebas


Artinya dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.

2)      QS An-Nur (24) ayat 2 berisi tentang keburukan perbuatan zina


Artinya perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah diberi belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.

3)      Secara umum QS Al-Isra’ (17) ayat 32 mengandung pesan-pesan mengenai larangan mendekati zina karena zina merupakan perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk. Zina adalah melakukan hubungan biologis layaknya suami isteri di luar tali pernikahan yang sah. QS An-Nur (24) ayat 2 berisi perintah Allah SWT untuk mendera pezina perempuan dan pezina laki-laki masing-masing seratus kali. Zina dikategorikan menjadi 2 macam :
a. Muhsan, yaitu pezina sudah baligh, berakal, merdeka, sudah pernah menikah. Hukuman terhadap muhsan adalah didera seratus kali dan rajam (dilempari dengan batu sederhana sampai mati)
b. Ghairu Muhsan,yaitu pezina masih lajang, belum pernah menikah. Hukumannya adalah didera seratus kali dan diasingkan selama satu tahun.

4)      Tuduhan perzinaan harus dapat dibuktikan dengan bukti-bukti yang kuat, akurat, dan sah. Tidak boleh menuduh seseorang melakukan zina, tanpa dapat mendatangkan empat orang saksi.
5)      Diantara dampak negatif zina adalah sebagai berikut :
a. Mendapat laknat dari Allah SWT dan rasul-Nya3
b. Dijauhi dan dikucilkan oleh masyarakat
c. Nasab menjadi tidak jelas
d. Anak hasil zina tidak bisa dinasabkan kepada bapaknya
e. Anak hasil zina tidak berhak mendapat warisan

Bahaya Zina
Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
Zina adalah dosa yang sangat besar dan sangat keji serta seburuk-buruk jalan yang ditempuh oleh seseorang berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Ertinya : Dan janganlah kamu mendekati zina, kerana sesungguhnya zina itu adalah faahisah (perbuatan yang keji) dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh oleh seseorang)” (Al-Israa : 32)
Para ulama menjelaskan bahawa firman Allah Subhanahu wa Ta’ala : “Janganlah kamu mendekati zina”, maknanya lebih dalam daripada perkataan : “Janganlah kamu berzina” yang ertinya : Dan janganlah kamu mendekati sedikit pun juga daripada zina. Yakni : Janganlah kamu mendekati apa-apa yang berhubungan dengan zina dan membawa kepada zina apalagi sampai berzina.
Faahisah adalah = maksiat yang sangat buruk dan jelek
Wa saa’a sabiila = kerana akan membawa orang yang melakukannya ke dalam neraka.
Tidak ada perselisihan di antara para ulama bahawa zina termasuk Al-Kabaa’ir (dosa-dosa besar) berdasarkan ayat di atas dan sabda Nabi yang mulia Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Ertinya : Apabila seorang hamba berzina keluarlah iman (3) darinya. Lalu iman itu berada di atas kepalanya seperti naungan, maka apabila dia telah bertaubat, kembali lagi iman itu kepadanya” (Hadits shahih riwayat Abu Dawud no. 4690 dari jalan Abu Hurairah)
Berkata Ibnu Abbas. : “Dicabut cahaya (nur) keimanan di dalam zina” (Riwayat Bukhari di awal kitab Hudud, Fathul Bari 12:58-59).

Dan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Ertinya : Dari Abi Hurairah, dia berkata : Telah bersabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidak akan berzina seorang yang berzina ketika dia berzina padahal dia seorang mukmin. Dan tidak akan meminum arak ketika dia meminumnya padahal dia seorang mukmin. Dan tidak akan mencuri ketika dia mencuri padahal dia seorang mukmin. Dan tidak akan merampas barang yang manusia (orang ramai) melihat kepadanya dengan mata-mata mereka ketika dia merampas barang tersebut pada ketika dia seorang mukmin” (Hadits shahih riwayat Bukhari no. 2475, 5578, 6772, 6810 dan Muslim 1/54-55).

Maksud dari hadits yang mulia ini ialah :
Pertama : Bahawa sifat seorang mukmin tidak berzina dan seterusnya.
Kedua : Apabila seorang mukmin itu berzina dan seterusnya maka hilanglah kesempurnaan iman dari dirinya”
Di antara sifat “ibaadur Rahman” ialah : ‘tidak berzina’. Maka apabila seorang itu melakukan zina, nescaya hilanglah sifat-sifat mulia dari dirinya bersama hilangnya kesempurnaan iman dan nur keimannya.
Setelah kita mengetahui berdasarkan nur Al-Qur’an dan Sunnah Nabi yang mulia Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahawa zina termasuk ke dalam Al-Kabaair (dosa-dosa besar) maka akan lebih besar lagi dosanya apabila kita melihat siapa yang melakukannya dan kepada siapa?
Kalau zina itu dilakukan oleh orang yang telah tua, maka dosanya akan lebih besar lagi berdasarkan sabda Nabi yang mulia Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Ertinya : Ada tiga golongan (manusia) yang Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan tidak melihat kepada mereka, dan bagi mereka seksa yang sangat pedih, yaitu ; Orang tua yang berzina, raja yang pendusta (pembohong) dan orang miskin yang sombong” (Hadits shahih riwayat Muslim 1/72 dari jalan Abu Hurairah, dia berkata : Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti diatas).

Demikian juga apabila dilakukan oleh orang yang telah bernikah atau pernah merasakan nikah yang shahih baik sekarang ini sebagai suami atau isteri atau duda atau janda, sama saja, dosanya sangat besar dan hukumannya sangat berat yang setimpal dengan perbuatan mereka, yaitu didera sebanyak seratus kali kemudian di rejam sampai mati atau cukup di rejam saja. Adapun bagi lelaki yang masih bujang atau dan anak gadis hukumnya didera seratus kali kemudian diasingkan (dibuang) selama satu tahun. Dengan melihat kepada perbezaan hukuman dunia maka para ulama memutuskan berbeza juga besarnya dosa zina itu dari dosa besar kepada yang lebih besar dan sebesar-besar dosa besar. Mereka melihat siapa yang melakukannya dan kepada siapa dilakukannya.

Kemudian, kalau kita melihat kepada siapa dilakukannya, maka apabila seorang itu berzina dengan isteri tetangganya, masuklah dia kedalam sebesar-besar dosa besar (baca kembali haditsnya di fasal kedua dari jalan Ibnu Mas’ud). Dan lebih membinasakan lagi apabila zina itu dilakukan kepada mahramnya seperti kepada ibu kandung, ibu tiri, anak, saudara kandung, keponakan, bibinya dan lain-lain yang ada hubungan mahram, maka hukumannya adalah bunuh. 

Setelah kita mengetahui serba sedikit tentang zina  dan dosanya, hukumannya di dunia di dalam syari’at Allah dan adzabnya di akhirat yang akan membawa para penzina terpanggang di dalam neraka, sekarang tibalah bagi kami untuk mejelaskan pokok permasalahan di dalam fasal ini yaitu hamil di luar nikah dan masalah nasab anak. Dalam fasal ini ada beberapa kejadian yang masing-masing berbeza hukumnya, 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelas XI Bab 2 Hidup Nyaman dengan Perilaku Jujur

Tari Lenggang Patah Sembilan: Tari Klasik Kesultanan Serdang di Sumatra Utara

Metode dan Teknik Pembelajaran diposkan oleh Sapri